"Aku ingin mengobrol denganmu." Ucap Arnold menjawab pertanyaan ku..
Aku terdiam, tenggorokanku rasanya tercekat. Mendengar suara Arnold yang begitu lembut menjawab ku, membuatku terhanyut.
"Velicia, sejujurnya sejak awal pernikahan aku melupakan bahwa kau hanyalah seorang gadis yang baru saja memasuki masa-masa untuk menjadi seorang wanita yang dewasa. Tapi, aku tak pernah memperhatikan itu, aku cenderung cuek. Membiarkan kamu melewati semuanya. Saat itu usiamu baru 20 tahun saat menikah denganku. Tapi, kau terlihat sangat dewasa. Kau tidak pernah mengeluh atas sikapku yang dingin padamu. Ku pikir kau baik-baik saja. Nyatanya tidak." Ujar Arnold panjang lebar.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Kenapa kau harus menjelaskan semua itu?" Akhirnya aku pun mengeluarkan suaraku.
"Aku ingin kau tahu, aku mengetahui semua tentang dirimu. Mulai dari sejak kau kecil bersekolah dimana, kebiasaan mu, bahkan aku mengetahui apa hobi mu. Aku tahu sejak dulu kau suka bermain piano. Dan...."
Ucapan Arnold semakin panjang lebar. Aku tak lagi fokus mendengarkan setiap ocehannya. Aku hanya terus memandangnya dari lantai atas yang juga ia balas pandanganku dari bawah sana.
Cuaca mulai mendung. Arnold terus saja mengoceh dan mengoceh tiada henti. Hingga akhirnya hujan turun, dia tetap tak beranjak dari tempat ia berdiri. Dan bahkan terus saja mengatakan apa yang aku sukai, kebiasaan ku dan semua hal tentang diriku.
Lama-lama aku kasihan melihatnya berdiri dibawah guyuran hujan yang semakin deras. Dia terlihat begitu menyedihkan. Apa yang sebenarnya ingin dia buktikan?
"Velicia, dengarkan aku. Aku minta maaf karena tidak menemaninya beberapa hari ini. Karena aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku agar bisa menemanimu seterusnya. Aku tidak bohong, tolong maafkan aku. Dan aku berjanji akan menemani kamu mulai hari ini." Ucapan Arnold terdengar begitu tulus.
Kenapa aku tidak memberikannya kesempatan? Kenapa aku harus berlagak jual mahal? Bukankah selama ini aku juga yang mengejar dan memintanya menjadi pacarku?
"Baiklah, tunggu sebentar." Ucapku serata mematikan sambungan telepon.
Jujur, aku sangat senang sekali saat ini. Aku tidak pernah melihat Arnold melakukan hal seperti itu padaku di masa lalu. Jangankan sampai rela hujan-hujanan untukku, sekedar untuk mengatakan apapun padaku sepertinya dia enggan.
Aku kemudian mengambil obat penahan sakit yang terletak di dalam laci, kemudian meminumnya. Secepat kilat aku berdandan. Lalu berjalan cepat ke lantai bawah dan membuka pintu untuknya.
Arnold mengusap kepalanya yang basah. Aku memberikan ya handuk dan baju ganti, karena pakaian yang dikenakannya sudah basah kuyup. Ia tersenyum kemudian berjalan ke arah kamar mandi yang ada di kamar tamu.
Setelah berganti pakaian Arnold lalu duduk di sofa ruang tamu, dia menatapku yang duduk berhadapan dengan sangat lekat.
"Kau selalu saja berdandan saat bertemu denganku dan aku belum pernah melihat wajah polos mu." Kata-kata Arnold yang keluar pertama kalinya saat kami duduk berhadapan.
"Aku sudah meneruskan bisnis keluarga Arista saat umurku 14 tahun. Jadi aku sudah terbiasa berdandan untuk menyembunyikan diriku. Aku tidak mau orang mengetahui usiaku yang sangat muda menjabat sebagai CEO di perusahaan ku. Mereka bisa meragukan kemampuanku. Lagi pula siapa yang akan mempercayakan sebuah perusahaan besar kepada seorang gadis remaja yang terkesan masih sangat labil seperti diriku saat itu." Jelas ku panjang lebar.
Arnold terlihat sedikit terkejut, kami berdua kemudian membahas masalah umur. Arnold ternyata baru sadar kalau selama ini dia mengira bahwa aku sudah dewasa, tapi sebenarnya aku baru berumur 20 tahun saat menikah dengannya.
"Jujur, aku baru-baru saja mengetahui usiamu 20 tahun saat menikah denganku. Aku berpikir kau itu wanita yang sudah dewasa karena kau memang terlihat sangat dewasa. Dari gaya penampilan, cara bicara, hingga sikapmu sangat menunjukkan bahwa kau wanita yang sudah dewasa. Dan sekarang, usiamu baru 23 tahun, masa-masa perlu dimanja." Ucap Arnold seraya mencubit hidungku.
Sentuhannya membuatku bergeridik geli. Entah kenapa rasanya begitu berbeda. Mungkin karena dia melakukannya dengan senyuman. Karena tiga tahun terakhir, kami memang selalu melakukan hubungan suami istri. Tapi hanya sebatas melakukannya saja, tanpa ada kata sayang dan cinta yang terucap dari mulut kami berdua.
Siang berganti malam, Arnold tak kunjung pergi. Sejak kedatangannya tadi, kami berdua terus mengobrol panjang lebar. Mulai tentang pekerjaan, aktivitas yang kami lakukan akhir-akhir ini, namun yang paling dominan dibahas Arnold adalah tentang diriku.
"Sudah malam, apa kau..."
"Aku akan menginap." Arnold menyela ucapan ku.
Aku mulai menyiapkan makan malam untuk kami berdua, dan untuk pertama kalinya di malam ini Arnold menemani bahkan membantuku di dapur.
Sungguh aku bahagia sekali. Andai saja semua ini terjadi sejak dulu. Tapi, yang ada.... Ah sudahlah yang terpenting adalah sekarang Tuhan masih memberiku kesempatan untuk merasakan kebahagiaan ini di sisa hidupku yang kurang dari 90 hari lagi.
Setelah makan malam, kami berdua duduk di sofa ruang keluarga dan menonton film.
Meski mata kami fokus menonton sebuah film yang melegenda 'Titanic', kami sesekali mengobrol ringan.
"Apa kau pernah pacaran?" Tanya Arnold padaku.
Jujur, aku bingung harus menjawab apa.
"Aku pernah menyukai seseorang." Jawabku asal.
Namun entah kenapa, aku merasa Arnold terlihat tidak senang dengan jawaban yang ku berikan.
"Apa aku kenal dengan orang itu atau tidak?" Lagi-lagi pertanyaan Arnold membuatku berpikir untuk menjawabnya.
Aku malah teringat dengan sosok Arnold yang lembut padaku, persis seperti Arnold yang sangat aku sukai dulu. Tapi, rasanya berbeda sekali dengan pria yang ada di hadapanku saat ini.
"Kamu tidak kenal, aku menyukai orang itu saat kecil dulu." Jawab ku lagi.
Iya benar, aku memang menyukai pria itu sejak aku kecil. Pria yang tak lain adalah Arnold, tapi aku tak tahu hal apa yang membuatnya berubah setelah menikah denganku.
Tapi, beberapa hari yang lalu, aku bertemu dengan Arnold yang sama seperti yang aku sukai saat kecil dulu. Hanya saja tak lam setelah itu ia kembali lagi seperti Arnold yang sekarang, Arnold yang selalu bersikap dingin.
Entah aku yang salah menilai? Atau Arnold yang dulu dan Arnold yang sekarang memang orang yang berbeda. Tapi aku tidak mungkin salah mengenali wajahnya. Atau memang Arnold memiliki kepribadian ganda?
Pikiranku melayang kemana-mana, sampai aku tiba-tiba merasakan sentuhan Arnold pada leherku.
Jantungku berdegup kencang saat ia menatapku dalam dan semakin mendekatkan wajahnya padaku. Hingga akhirnya Arnold mengecup bibirku dan mulai menyentuh tubuhku, tapi syukurlah dia teringat akan syarat kedua yang ku katakan yaitu tidak boleh berhubungan intim.
Arnold berhenti mencium bibirku lalu memeluk ku.
“Bagaimana dengan sekarang? Kamu menyukaiku, kan?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
kurasa Arnold sudah tau penyakit Velicia 😭😭😭
Entahlah ada maksud terselubung apa dibalik perhatian Arnold untuk Velicia.. semoga kamu tidak menyesal Arnold dikemudian hari...
2021-12-10
1
shaqueena Delima
apa arnold sudah tau tentang penyakit veli??
2021-09-15
10