"Aku harap kamu mau mengerti keadaanku saat ini Nan. Aku masih berduka, apalagi putriku saat ini sedang sakit. Aku harap kamu tidak berharap banyak padaku" ucap Refan saat Kinan meraih tasnya yang tadi dia bawa dari rumah.
Sontak Kinan terdiam sesaat, dia terkejut dengan kalimat pertama yang di ucapkan Refan setelah mereka menikah. Sebelum Kinan masuk ke dalam kamar mandi Kinan menatap laki-laki yang baru saja satu jam lalu menjadi suaminya.
"Maaf... Mas tidak perlu takut, aku tidak berharap banyak terhadap rumah tangga ini. Aku hanya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan putri kamu dan aku sudah berjanji untuk menjaga dan mengasuhnya" balas Kinan.
Kinan segera berjalan masuk ke kamar mandi untuk mengganti gaun yang dia pakai untuk menikah tadi. Kinan menatap cermin yang ada di dalam kamar mandi.
Tanpa dia sadari air matanya mengalir. Sakit rasanya mendengar perkataan Refan tadi. Tanpa harus Refan katakan, Kinan juga belum pernah memikirkan seperti apa nanti masa depan rumah tangga mereka yang akan mereka jalani. Kinan hanya ingin merawat bayi mungil yang bernama Naila itu.
Kinan mendengar suara tangisan Naila dari luar. Dia segera menghapus air matanya dan mengganti gaunnya. Setelah semua selesai Kinan keluar dari kamar mandi.
Dia melihat Refan sudah menggendong putrinya itu tapi bayi mungil itu terus saja menangis tanpa henti.
"Sini Mas Nailanya biar aku yang gendong" pinta Kinan.
Karena Refan sudah panik dengan suara tangisan Naila akhirnya dia menyerahkan Naila kepada Kinan.
Kinan menggendong Nila sambil bersholawat.
"Sayang berhenti ya nangisnya, ada Mama di sini. Kamu sekarang sudah mempunyai Mama" ucap Kinan sambil mengelus lembut pipi bayi mungil itu.
Tak lama Naila pun berhenti menangis dan perlahan matanya kembali tertutup dan tertidur. Refan menyaksikan kejadian itu.
Kinan benar - benar bisa mengurus putrinya, bahkan dia cepat sekali bisa mendiamkan tangisan Naila. Biasanya Mamanya atau adik Refan butuh waktu yang lama untuk menghentikan tangisan Naila.
Setelah Naila tertidur perlahan Kinan meletakkannya kembali di atas tempat tidur. Kinan memperhatikan semua barang - barang Naila di atas nakas dekat tempat tidur.
Kinan segera membuat susu di dalam botol susu, sebelumnya dia membaca takaran untuk usia Naila. Setelah selesai baru Kinan memberikannya kepada Naila yang sedang tidur.
Naluri anak bayi, walau dia tertidur tetap saja bibirnya mengisap botol susu sampai habis.
"Rupanya tadi kamu menangis karena haus ya sayang, maaf ya Mama gak tau" Kinan membelai lembut kepala Naila.
Kini Naila kembali tertidur. Kinan segera mencuci botol susu Naila agar tetap bersih.
"Susu Naila tinggal sedikit Mas, besok aku belanja perlengkapan Naila ya" ucap Kinan kepada Refan.
"Aku temani" jawab Refan.
"Terus Naila siapa yang jaga?" tanya Kinan.
"Kita pergi setelah Mama datang ke Rumah Sakit" jawab Refan lagi.
Takut banget anaknya aku beri racun. Kamu tidak perlu berburuk sangka Mas, aku bukan Ibu Tiri yang jahat. Aku tidak akan sanggup menyakiti bayi mungil yang tidak berdosa ini. Batin Kinan sambil memperhatikan Naila yang tidur dengan nyenyak.
"Kami tidur saja di atas tempat tidur di samping Naila, biasa Ibu juga seperti itu. Aku akan tidur di sofa" perintah Refan.
Ya iyalah, masak kamu juga mau tidur di atas tempat tidur, gak muat. Ucap Kinan dalam hati.
"Iya" jawab Kinan singkat.
Kinan segera berbaring di atas tempat tidur di samping Naila dan menghadap ke arah Naila sekaligus ke arah Refan yang masih duduk di sofa.
Sesaat mata mereka saling tatap. Tapi Kinan segera melepaskan pandangannya ke arah Naila. Dia mengelus lembut pipi bayi mungil itu, tak lama kemudian Kinan pun ikut terlelap di samping Naila.
Refan menatap wajah Kinan yang sudah tertidur. Kini wajahnya sudah polos dan bersih dari make up. Refan melihat mata sembab Kinan.
Pasti tadi dia menangis di kamar mandi. Cih cengeng sekali, aku mengatakan itu agar dia tidak berharap aku kalau aku menikahinya karena sudah bisa melupakan istriku dan mencintainya. Itu tidak mungkin bisa aku lakukan. Aku sudah mencintai Renita selama sepuluh tahun. Sangat sulit untuk bisa melupakannya, apalagi dia adalah cinta pertamaku. Batin Refan.
Refan mengambil posisi berbaring di atas sofa rumah sakit dan mulai memejamkan matanya. Perlahan Refan juga sudah terlelap.
"Oeeeeek.... oeeeeek.... " Naila menangis.
Sontak Kinan terbangun dan melihat jam.
Astaghfirullah aku ketiduran, sudah hampir lewat waktunya Naila minum susu. Pantas dia menangis, dia pasti sangat haus.
Kinan segera bangkit dan turun dari tempat tidur. Kemudian dia segera membuat susu untuk Naila. Sementara Naila masih terus menangis. Suara tangisnya sangat nyaring terdengar.
"Kenapa dia, apakah tubuhnya panas lagi?" tanya Refan yang terbangun karena suara tangisan Naila.
Refan segera duduk dan bangkit untuk menggendong Naila.
"Dia haus, sudah waktunya untuk minum susu" jawab Kinan.
Susu untuk Naila sudah selesai dibuat Kinan.
"Sini Mas biar aku gendong, susunya sudah siap" pinta Kinan.
Refan memberikan Naila ke dalam gendongan Kinan. Kinan langsung memberikan botol susu itu kemulut Naila.
Tangisan Naila langsung berhenti dan dia minum dengan rakusnya.
"Haus sekali ya nak, maaf ya Mama ketiduran jadi gak tau kalau anak Mama ini haus banget. cup.. cup.. anak baik budi, anak sholehah" Kinan menepuk pantat Naila dengan lembut sambil menggendongnya.
Tak butuh waktu lama karena memang Naila sangat haus, botol susunya sudah langsung habis dan isinya berpindah ke perut bayi mungil itu. Setelah kenyang Naila kembali tertidur.
Kinan meletakkannya kembali ke atas tempat tidur. Setelah Naila kembali tertlelap Kinan melirik jam dinding dah meraih ponselnya. Kinan membuat alarm untuk membuat jadwal minum susu Naila.
Setelah itu Kinan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Mending aku shalat tahajjud, sayang kalau dilewatkan, mumpung tadi aku sudah tertidur beberapa jam.
Refan masih belum bisa tidur setelah tadi mendengar suara tangis putrinya yang begitu keras. Dia berjalan menghampiri putri kecilnya.
"Sayang maafkan Papa ya, Papa juga lupa membuat alarm waktu minum susu kamu. Kamu jangan marah sama Papa ya, dan tidur yang nyenyak" Refan mencium lembut pipi gembul Naila.
Kinan keluar dari kamar mandi dan langsung mencari sesuatu di lemari.
"Kamu mau ngapain?" tanya Refan.
"Mau shalat tahajjud" jawab Kinan.
"Ooo... kiblatnya ke arah sana" ucap Refan sambil menunjuk ke arah kiblat.
"Terimakasih" balas Kinan.
Refan kembali berbaring di sofa sedangkan Kinan melaksanakan shalat sunah tahajjud. Kinan shalat dengan khusyuk.
"Ya Allah.. kuatkan hamba dalam rumah tangga ini.Berkahi dan limpahi rahmatMu. Beri kesehatan pada Naila. Tunjuki hamba jalan yang benar agar rumah tangga ini berjalan baik tanpa ada menyakiti siapapun juga terlabih anak - anak. Hanya kepadaMU aku memohon dan hanya kepadaMU lah hamba meminta, kabulkan ya Rabb. Aamiin.... "
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
ep_mygTHV
gk tau diri , kinan tnp lo juga mampu urus diri sm anaknya ,, lah elo??? urus diri ajh susah smpe mo bunuh diri , urus ank gkbisa ,, bsa nya ape lo...
2024-10-09
0
ep_mygTHV
gak tau diri bgt najiss , udh d tolong gk ada trimakasihnya ,,,
2024-10-09
0
lacibolalaaaaaa
bagus, gas omongannya. tapi tolong nanti buat kamu sendiri, tetep sabar yaa
2024-01-21
1