Setelah Kinan dan Refan singgah ke rumah orang tua Kinan untuk menjemput Salman mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah Kinan dan alm. suaminya dulu.
"Masuk Mas" ajak Kinan ketika dia sudah membuka pintu rumahnya.
Kedatangan Refan kali ini ke rumah Kinan terasa berbeda. Dulu saat dia pertama kali menginjakkan kakinya di rumah ini dia tidak memperhatikan suasana dan keadaan rumah Kinan. Saat itu dia hanya berfikir bagaimana cara agar Kinan menolak perjodohan itu.
Tapi saat ini status mereka sudah berubah. Kinan kini sudah menjadi istrinya.
Refan memperhatikan keadaan sekeliling rumah Kinan. Ada foto keluarga Kinan bersama suami dan anaknya di dinding bagian atas ruang keluarga.
Dalam foto itu Kinan bersama suami dan anaknya terlihat sangat bahagia. Mereka semua tertawa lepas. Refan memperhatikan tata letak barang - barang di rumah Kinan.
Sederhana dan tidak terlalu banyak isinya mungkin karena Kinan mempunyai anak laki-laki yang masih kecil sehingga dia memang sengaja tidak membeli prabot yang berlebihan agar anaknya bisa bermain dengan leluasa.
Tidak ada perasaan apapun, Refan menganggapnya biasa saja karena dia memang tidak memiliki perasaan apapun pada Kinan.
Kinan masuk ke kemarnya dan kamar Salman. Dia menyusun barang - barang yang nanti dia perlukan saat berada di rumah Refan.
Tiba - tiba Salman datang dari arah kamarnya dengan membawa beberapa mainan dalam tangannya.
"Papa.. Papa... ini pistol Papa, yuk main perang - perangan" ajak Salman, sambil menyerahkan satu pistol besar kepada Refan.
Kembali perasaan ingin yang ingin memiliki anak laki-laki sejak lama muncul kembali. Refan menerima mainan dari Salman dan mulai asik bermain dengan anak tirinya itu.
Kinan mendengar suara yang riuh dan ramai dari luar kamar. Dia mengintip sedikit dari balik pintu dan melihat Refan sedang asik bermain dengan Salman.
Kinan bisa melihat dengan jelas putranya bermain dengan semangat dan Refan juga kelihatannya sangat menikmati permainan itu.
Entah mengapa hati Kinan terasa hangat dan tanpa dia sadari senyum di bibirnya merekah.
Ya Allah apakah ini adalah keputusan yang benar? Aku melihat putraku memang benar - benar mendapatkan kembali sosok Papanya. Sudah enam bulan sejak meninggalnya Mas Bima Salman tidak pernah segembira ini bermain dengan lelaki manapun termasuk Papa. Tapi kini Salam terlihat sangat bahagia. Ucap Kinan dalam hati.
Kinan kembali menyusun barang - barangnya. Dia hanya membawa beberapa barang yang penting saja. Nanti kalau dia memerlukan yang lainnya dia bisa kembali ke rumah ini untuk mengambilnya.
Kinan teribangat kalau dia belum mengabari Bik Ijah mengenai pekerjaannya. Kinan meraih ponselnya dan segera menelpon Bik Ijah.
Letak rumah Bik Ijah tak jauh dari komplek rumah Kinan. Hanya dalam waktu sepuluh menit Bik Ijah sudah sampai di rumah Kinan.
"Assalamu'alaikum" ucap Bik Ijah ketika memasuki rumah Kinan.
"Wa'alaikumsalam. Bibiiiiiiik... " panggil Salman.
Salman berlari menuju arah Bik Ijah datang dan memeluknya.
"Den Salman, Mama mana?" tanya Bik Ijah.
"Tuh Bik, Mama ada di kamar" Salman menunjuk ke arah kamar Mamanya.
Bik Ijah menurunkan Salman dari gendongannya.
"Den Salman main aja lagi sama Papanya ya. Bibik mau menemui Mama dulu. Tadi Mama Den Salman telepon Bibik dah mau menyampaikan sesuatu" ucap Bik Ijah kepada Salman.
"Oke Bik" jawab Salman.
"Permisi Tuan.. saya ke kamar Nonya dulu ya" ucap Bik Ijah kepada Refan.
Refan hanya membalasnya dengan anggukan. Bik Ijah berjalan melewati Refan dan Salman yang kembali bermain pistol.
"Nyaaaah... " panggil Bik Ijah.
"Masuk Bik" balas Kinan.
Bik Ijah duduk di lantai dan membantu Kinan menyusun beberapa pakaian Kinan ke dalam koper.
"Nyonya akan pindah?" tanya Bik Ijah.
Kinan mengangguk.
"Sekarang aku sudah menikah lagi Bik dan Mas Refan adalah suamiku. Jadi kemana suamiku membawaku aku akan ikut. Tapi rumah ini memiliki kenangan aku bersama Mas Bima. Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Tolong Bibik rawat rumah ini setiap hari ya. Bibik datang saja seperti biasa untuk membersihkan rumah ini, aku akan tetap memberikan gaji Bibik seperti biasanya. Kalau ada yang aku butuhkan, aku akan datang lagi ke sini untuk mengambilnya" perintah Kinan.
"Baik Nyah.. kalau Nyonya datang ke sini jangan lupa bawa Salman ya Nya, Bibik pasti sangat merindukannya" ucap Bik Ijah sambil menyeka air matanya.
"Biiiik.... sayang ya rumah Mas Refan jauh dari sini. Kalau tidak aku sebenarnya lebih nyaman meninggalkan Salman pada Bibik kalau aku pergi kerja. Tapi mau gimana lagi sekarang statusku sudah berbeda. Aku tidak bisa memutuskan sendiri tanpa meminta izin suamiku" sambut Kinan.
"Iya Nya, Bibik mengerti" balas Bik Ijah.
"Kami pergi ya Bik, titip rumah ini tolong rawat seperti rumah Bibik sendiri" pesan Kinan sebelum pergi.
"Iya Nya. Baik - baik di sana ya Nya. Semoga Nyonya dan Salman betah tinggal di rumah yang baru. Semoga kalian bahagia" ucap Bik Ijah tulus.
"Aaamiin.. " Kinan memeluk Bik Ijah lembut dan Bik Ijak membalas pelukan Kinan.
Bik Ijah membantu Kinan membawa koper miliknya dan milik Salman.
"Sayaang salim sama Bibik sebelum kita pergi" perintah Kinan kepada Salman.
"Kita mau pergi kemana Ma? Ini kan rumah kita?" tanya Salman polos.
"Mulai hari ini kita akan pindah ke rumah Papa Refan sayang, kan kamu mau ketemu adik bayi" jawab Kinan.
"Adik bayi yang kemarin di rumah sakit Ma?" tanya Salman polos.
"Iya. Kamu mau kan?" potong Refan.
"Mau Pa, aku suka sama adik bayi.. hore.. aku punya adik bayi sekarang bibiiiik" teriak Salman sambil lompat kegirangan.
Kinan tersenyum melihat putranya yang polos itu bahagia. Keputusannya memang tidak salah. Semoga... Ucapnya dalam hati.
Sedangkan Bik Ijah merasa sedih karena akan berpisah dengan Salman. Bagaimanapun tiga tahun ini dia yang menjaga dan merawat Salman di rumah kalau Kinan pergi kerja. Tentu Bik Ijah sudah sangat dekat dengan Salman dan sudah menganggap Salman sebagai anaknya sendiri.
"Tapi kita akan jarang bertemu Den. Den Salman baik - baik ya nanti di rumah Papa Refan dan harus sayang sama adik bayinya. Adik bayinya jangan di buat nangis ya.. Salman harus bisa jadi Kakak yang baik untuk adik bayinya nanti, harus bisa jaga adiknya kalau Papa dan Mama kerja" pesan Bik Ijah.
"Iya Bik, aku akan jaga adik bayi kalau Papa dan Mama pergi kerja. Adik bayi tidak akan nangis kalau ada Kakak Salman" sambut Salman ceria.
Bik Ijah kembali memeluk Salman untuk salam perpisahan. Walau berat tapi dia tidak mempunyai kekuatan menahan Salman dan Kinan untuk tetap berada di sini.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Yuen
Dasar jahat gak tau diri
2022-06-22
1
Dwi Sasi
Sayang di bibik gak ikut yaaa
2022-06-11
1
Susann
salman kaya ngerti aja apa yg di omongi sama bibik,,,kan umurnya baru 3th
2022-06-03
1