Meminta Restu
"Aku tidak menyangka jika Rio benar-benar mencintaiku dengan tulus. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah menghadirkan Rio ke dalam hidupku. Terima kasih sudah memberikan kesempatan untukku merasakan sebuah kebahagiaan." Aline berkata dalam hati.
"Semoga Papa, Mama, dan keluarga Rio merestui hubungan kami," tambahnya.
"Aku tahu, pasti nantinya akan ada banyak rintangan, terutama dari keluarga Rio yang masih belum bisa menerima kehadiranku. Tapi, kami pasti bisa melewati semua rintangan itu. Dan aku yakin, Rio pasti akan berjuang untuk hubungan kami." Aline tersenyum berusaha menyemangati dirinya sambil matanya terus memandangi wajah tampan Rio yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.
"Ada apa sayang senyum-senyum seperti itu? Aku tahu kalau aku memang tampan, tapi jangan melihatnya seperti itu, nanti tambah cinta lho," goda Rio tiba-tiba dan mengagetkan Aline.
Aline langsung tersentak dari lamunannya kemudian melihat ke arah luar jendela mobil untuk menyembunyikan pipinya yang merona karena malu.
"Mohon jangan terlalu percaya diri," sewot Aline.
"Tapi kan memang benar, aku ini tampan. Kalau aku tidak tampan, mana mungkin wanita secantik Rosaline Ariana Hadinata mau sama aku," ledek Rio.
Aline langsung memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Rio.
"Kenapa bibirnya dimajukan seperti itu? Minta dic***?" goda Rio lagi sambil mengangkat salah satu ujung bibirnya dan mengerlingkan matanya.
Aline langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya menatap tajam ke arah Rio.
"Jangan macam-macam. Belum halal. Dibersihkan itu otak mesumnya!" bentak Aline dengan wajah kesalnya sambil memberikan kepalan tangan kanannya ke arah wajah Rio.
Rio tertawa terbahak-bahak.
"Kamu sendiri yang menggoda aku mulai tadi. Siapa suruh bibirnya dimanyunkan seperi itu," ejek Rio sambil menyebikkan bibirnya.
"Sudah. Kamu fokus saja mengemudikan mobilnya, supaya kita sampai rumah dengan selamat," sahut Aline.
"Siap Bos!" jawab Rio sambil tersenyum manis supaya Aline tidak marah lagi.
"Sayang, kamu sudah menghubungi Papa kamu dan bilang kita kalau ingin bertemu?" tanya Rio.
"Aku tadi sudah bilang sama Papa kalau kita mau ke rumah karena ada yang mau kita bicarakan. Dan kebetulan Papa sedang tidak pergi ke mana-mana," sahut Aline.
*Kediaman Keluarga Hadinata
Sebuah mobil sport warna merah memasuki gerbang mansion Hadinata. Tak lama kemudian, Aline dan Rio keluar dari mobil dan memasuki rumah Hadinata.
"Assalamualaikum. Pa, Ma." Aline mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam," sahut Tuan Robby.
Aline dan Rio langsung salim dan mencium punggung tangan Tuan Robby secara bergantian. Tuan Robby menyuruh Aline dan Roy duduk di sofa ruang tamu. Tuan Robby memanggil pembantunya.
"Bik Imah, tolong siapkan minuman dan makanan ringan, terus bawa ke ruang tamu ya. Ada Aline dan Rio datang berkunjung," perintah Tuan Robby.
"Wah, non Aline datang Tuan. Sebentar Tuan, saya siapkan minuman dan makanan ringannya," ucap Bik Imah, kemudian segera berjalan menuju dapur.
Tiba-tiba dari arah tangga ada yang menegur Bik Imah.
"Siapa yang datang Bik?" tanya Nyonya Erisa sambil berjalan menuruni anak tangga.
"Itu Nyonya ada non Aline sama pacarnya datang bertamu. Sekarang ada di ruang tamu sama Tuan. Saya permisi Nyonya, saya mau menyiapkan minuman dan camilan untuk mereka," sahut Bik Imah.
Nyonya Erisa tidak menjawab, hanya bergumam. "Ada urusan apa mereka datang ke sini?"
Kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu. Saat Nyonya Erisa memasuki ruang tamu, Aline langsung berdiri untuk bersalaman dengan ibu tirinya, dan diikuti Rio.
"Apa kabar, Ma?" sapa Aline sambil salim dan saat akan mencium tangan ibu tirinya itu, Nyonya Erisa langsung menarik tangannya.
"Baik," jawabnya singkat dengan wajah kurang bersahabat.
Berbeda sekali saat Rio bersalaman dengannya.
"Nak Rio, apa kabar? Lama sekali tidak main ke sini?" sapa Nyonya Erisa dengan senyum merekah sambil tangan kirinya menepuk pelan pundak Rio.
"Alhamdulillah baik tante," sahut Rio sambil tersenyum.
Nyonya Erisa sangat menyukai Rio karena Rio adalah calon menantu idamannya, sudah tampan, kaya, dari keluarga terpandang, dan di usia muda sudah ikut memimpin perusahaan keluarganya. Sungguh menantu ideal untuk bersanding dengan Alexa putrinya. Dia sangat tidak rela jika Rio harus bersanding dengan anak tirinya yang dianggap sebagai pembawa sial. Nyonya Erisa selalu menentang hubungan Aline dan Rio, karena menurutnya Alexalah yang pantas untuk Rio, dan Alexa sangat mencintai Rio. Dan Nyonya Erisa akan melakukan apapun agar Alexa bisa bersanding dengan Rio.
Bik Imah datang membawa minuman dan makanan ringan. Tuan Robby mempersilahkan semua untuk menikmati minuman dan makanan yang disediakan.
"Om, Tante. Kedatangan saya dan juga Aline ke sini karena ada hal penting yang ingin kami sampaikan kepada Om dan Tante." Rio memberanikan diri untuk memulai bicara.
Aline hanya menunduk karena dia merasa gugup.
"Ada apa Nak Rio? Langsung bilang saja tanpa ragu," ucap Tuan Robby.
Rio melihat ke arah Aline dan memegang tangannya untuk menenangkan Aline yang sedang gugup, kemudian berkata, "Om dan Tante pasti sudah tahu bahwa saya dan Aline sudah lama berpacaran. Kami sudah berpacaran selama 4 tahun." "Saya ingin hubungan kami berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Saya ingin memohon restu dan ijin dari Om dan Tante untuk melamar Aline menjadi pendamping hidup saya," ungkap Rio dengan lantang dan mantab.
Tuan Robby dan istrinya terkejut dengan ucapan Rio. Tuan Robby sangat senang karena Rio benar-benar mencintai Aline dengan tulus. Tuan Robby yakin bahwa Rio adalah suami yang pantas untuk Aline. Tuan Robby merasa terharu, dia tersenyum melihat ke arah Aline.
Berbeda dengan Tuan Robby, Nyonya Erisa menunjukkan ekspresi tidak sukanya. Dia tidak setuju jika Rio menikah dengan Aline. Rio harus menikah dengan Alexa, putrinya. Nyonya Erisa menggenggam tangannya dengan kuat, dia marah dan semakin membenci Aline.
"Apa kamu sudah yakin dengan putriku Aline? Apa kamu sudah memikirkannya baik-baik?" cerca Tuan Robby.
"Saya yakin Om. Saya sangat mencintai putri Om. Saya hanya menginginkan Aline menjadi istri saya Om," tegas Rio meyakinkan Tuan Robby.
Tuan Robby sangat senang dengan ucapan Rio.
Kemudian Nyonya Erisa menyahut, "Apa Nak Rio tidak ingin mempertimbangkan kembali? Nak Rio pasti sudah tahu kan asal usul Aline, yang anak dari wanita perebut suami orang?" sindir Nyonya Erisa.
Hati Aline terasa sakit sekali mendengar ucapan Nyonya Erisa yang sudah menghina ibunya. Air matanya mulai jatuh dari ujung matanya. Tangannya semakin menggenggam dan terasa meremas tangan Rio.
"Saya yakin Tante, saya memilih Aline. Dan saya menerima Aline dengan tulus bagaimanapun asal usul dan masa lalunya." Rio menjawab dengan tegas. Dia tidak suka Nyonya Erisa menghina Aline dengan mengatakan hal yang tidak baik tentang ibu kandung Aline.
Tuan Robby menahan amarahnya dan berkata, "Cukup Ma. Jangan menghina Aline seperti itu apalagi di depan Rio tamu kita dan pacar Aline."
"Tapi, apa orang tua Nak Rio bisa menerima Aline seperti Nak Rio menerima dia? Apa Nak Rio yakin mereka akan merestui hubungan kalian? Saya tidak yakin orang tua kamu terutama mama kamu bersedia menerima perempuan seperti dia menjadi menantu di keluarga mereka." Nyonya Erisa masih tidak mau kalah dan terus berusaha menekan Rio dan merendahkan Aline.
"Saya akan membicarakan masalah ini dengan keluarga saya. Dan saya akan meyakinkan orang tua saya bahwa Aline adalah wanita yang saya cintai dan Aline adalah wanita paling tepat untuk menjadi istri saya," jawab Rio dengan wajah merahnya menahan amarah karena melihat Aline menangis.
Saat Nyonya Erisa ingin menyahut kembali segera ditahan oleh Tuan Robby.
"Sudah Ma jangan dilanjutkan lagi, kalau kamu hanya ingin menyakiti Aline dengan kata-katamu itu!" bentak Tuan Robby. "Ini tentang hidup Aline dan Rio. Mama tidak berhak mengatur dan mencampuri hidup mereka. Mereka punya hak untuk penuh atas hidup mereka. Dan saya sebagai orang tua kandung Aline, saya merestui kalian."
"Dan Nak Rio kapan kiranya kamu akan membawa orang tuamu datang untuk melamar Aline?" tanya Tuan Robby.
"Seperti yang sudah saya sampaikan tadi saya akan membicarakan masalah ini dengan orang tua saya dulu. Dan saya juga akan meyakinkan orang tua saya bahwa Aline adalah wanita pilihan saya dan wanita yang saya cintai dan akan saya pastikan orang tua saya akan menerima hubungan kami," tegas Rio kepada Tuan Robby.
"Minggu depan saya dan keluarga saya akan datang silaturrahmi ke sini untuk melamar Aline menjadi istri saya." Rio mengatakannya dengan tegas dan meyakinkan sambil memberikan tatapan lembutnya kepada Aline.
Aline sangat bahagia. Dia menangis haru dan senang Rio akan memperjuangkan cinta mereka, bahkan akan berusaha meyakinkan kedua orang tuanya untuk merestui hubungan mereka.
"Apa??? Tidak! Ini tidak mungkin?!" teriak seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu.
TBC
Jangan lupa tinggalkan coment, vote, favorite dan like untuk mendukung karya author.
Author ucapkan terima kasih banyak kepada para readers. Semoga kalian sehat selalu 💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Pak Yan
INI BENAR 2 TRAGEDI BESAR UTK ALINE....... KLO MA ' LAMPIR DN NINI PELET BERSATU..... APALAGI KALO NENEK SIHIR IKUT JUGA ( EMAKNYA RIO , CAMERNYA ELINE ).... BAKALAN HANCUR DUNIA ELINE...... LASIHAN KAMU NDOK......🤔🤔🤔🤔🤔😠😠😠😠😡😡😡😡😡😖😖😖😖🤐🤐🤐😭😭😭😭😭😢😢😢😢😢
2022-10-18
2
Wulan Dary
maaf ya kak author,menurutq Aline di sini terlalu lemah masa dimit" nangis sih.....
2022-05-29
1
JAmila Jamila
di lanjut y bgus cerita nya
2022-05-04
1