“Tapi, Tuan. Kita mau kemana?” tanya Sena setelah Zac menyuruhnya masuk ke dalam mobil.
“Nanti kamu akan tahu!” balas Zac dengan mengulas senyum tipis.
“Saya tidak mau, Tuan. Saya harus segera pulang, saya kesini hanya ingin menyerahkan ini kepada Anda!” tolaknya seraya kembali menyodorkan koper yang ia bungkus rapi.
Zac terdiam beberapa saat dengan memperhatikannya saksama. Pria di hadapannya ini bahkan tak berkedip sedetikpun untuk mengamatinya, tentunya hal itu membuatnya salah tingkah. Bagaimana tidak, seorang pria tampan nan rupawan kini sedang berdiri di hadapannya dengan menatapnya intens.
“Aku tidak suka dengan penolakan, selama ini tidak ada yang berani menolakku,” ucap Zac penuh penekanan. Sorot matanya juga menunjukkan ketegasan, seolah menjelaskan bahwa apapun yang ia perintahkan. Tidak ada yang bisa menolaknya.
Sena menghela napas lirih. Jadi begini ya orang kaya. Mereka selalu bertingkah semau mereka sendiri, gerutunya dalam hati.
“Baiklah, jika kamu masih tetap ingin menolakku. Aku akan memberikanmu penawaran,” tambah Zac seraya melipat kedua tangannya di dada.
“Penawaran? Maksudnya?” Sena mengerutkan kening mendengar kata yang terucap dari bibir Zac.
“Jika kamu ikut denganku, aku akan memberikanmu tiket konser penyanyi yang sangat kamu sukai.” Zac memutar tubuhnya dan menoleh ke arah Rama. “Siapa nama penyanyi itu, Ram?” tanyanya kemudian pada sang asisten.
“Ariana Grande, Tuan!” jawab Rama cepat.
“Hah!!!” Sena begitu terkejut ketika Rama menyebut nama penyanyi favoritnya.
“Tiket konser Ariana Grande, tiket VVIP dan kamu juga bisa berswafoto dengannya.” Kali ini Zac berkata dengan wajah serius.
Bagi seorang Sena ini adalah berita yang sangat membahagiakan karena selama ini ia begitu ingin melihat secara langsung penyanyi idolanya dan sekarang, seorang pria tiba-tiba memberinya tawaran yang begitu menggiurkan.
Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah Sena akan menerima tawaran Zac? Tentu bagi sebagian orang yang tidak mengenal Sena lebih jauh, pasti mengira Sena dengan gaya sok jual mahal akan menolaknya. Tetapi, itu sama sekali tidak benar karena Sena akan menjawab "iya". Ia adalah gadis yang tak akan menyia-nyiakakan kesempatan karena kesempatan tidak akan datang dua kali. Begitu pikirnya.
Apalagi tawaran Zac, begitu menggoyahkan imannya.
“Be-benarkah yang Anda katakan, Tuan?” tanyanya meyakinkan.
“Menurutmu? Apa aku terlihat seperti seorang pembual?!”
“Bu-bukan begitu, hanya saja saya sedang memastikan. Ini masih seperti mimpi bagi saya?!” Sena mengalihkan perhatiannya ia lalu berucap lirih pada dirinya sendiri. “Harga tiket yang termurah saja sekitar dua juta, ini malah VVIP yang harganya setara dengan gajiku tiga bulan! Bagaimana aku tak terkejut, coba!”
“Ini!” Zac menunjukkan ponselnya yang menampilkan pembelian tiket konser Ariana Grande yang akan berlangsung bulan depan dan yang membuat Sena melongo karena harga yang tertera di layar smartphone milik pria itu.
“Wow? Kenapa harganya dua kali lipat lebih mahal, Tuan?” tanya Sena masih dengan mata membelalak tak percaya.
“Masuk dulu, kamu mau menjadi pusat perhatian karyawanku?” perintah Zac seraya menunjuk jok mobilnya dengan dagunya.
Sena yang sedari tadi tak menyadari jika ia menjadi perhatian orang yang berlalu lalang seketika menatap Zac dengan wajah bingung. Iya sih, ia sedang berhadapan dengan Big Bos di kantor ini, tapi masa segitunya. Pandangan orang lain terhadap dirinya, seolah tak rela Zac bercakap-cakap dengan dirinya.
Ia yang begitu tergoda karena tawaran yang diucapkan Zac, akhirnya mau tak mau menuruti ucapan pria itu dengan ikut Zac masuk ke dalam mobil dan pergi entah kemana. “Tunggu, Tuan?! Tapi kita. Ehm ... Maksud saya, anda tidak sedang berniat menculik saya, 'kan?” ia yang tersadar dengan ucapan, segera memejamkan mata singkat.
Sena! Apa yang kamu katakan barusan? Kenapa kamu begitu percaya diri jika pria di hadapanmu ini akan menculikmu, bagaimana jika akhirnya dia berubah pikiran dan membatalkan memberikanmu tiket karena ucapan konyolmu! rutuknya dalam hati.
Namun, Zac bukannya marah. Ia malah tertawa mendengar kalimat konyol Sena. “Kamu benar, aku memang berniat akan menculikmu!” ucapnya seraya memegang kepala Sena, lalu menekannya pelan agar menunduk dan menggeser tubuh gadis itu untuk masuk ke dalam mobil.
Dengan wajah melongo, Sena menatap Zac seolah meminta penjelasan.
“Jalan!” perintah Zac pada Rama, ia sengaja tak mengindahkan ekspresi Sena yang masih kebingungan.
Mobil melaju perlahan meninggalkan halaman luas kantor Montana, menuju ke suatu tempat yang masih menjadi misteri bagi Sena.
“Tuan, sebenarnya kita mau kemana?”
“Menculikmu!” jawab Zac tanpa beban..
“Tuan, ini sama sekali nggak lucu, ya!” ucapnya setengah berteriak. Membuat Rama yang tengah fokus menyetir menatapnya dari kaca tengah mobil. “Kalau begitu tolong turunkan saya di sini saja!” ucapnya kemudian dengan suara lirih.
“Benar mau turun di sini?”
“Iya!” balas Sena seraya mengangguk.
Zac menoleh ke arah kiri, seolah sedang mengamati sesuatu. Setelah itu ia mengalihkan kembali perhatiannya pada Sena. “Di sini pernah terjadi pemerkosaan, dan korbannya menghilang bagai ditelan bumi,” terang Zac dengan menatap Sena lekat. Matanya seolah menunjukkan keseriusan bahwa ceritanya adalah suatu fakta yang belum terungkap.
“Kalau begitu, setelah jalan ini saja turunnya.” Gadis berhidung mancung itu tampak melihat sekitar dan memang jalanan yang sedang mereka lewati terlihat sepi dan ia mulai membayangkan jika ia turun di tempat tersebut apa yang akan terjadi dengan dirinya? Sena menggeleng demi membayangkan dirinya dikejar seorang pria yang tak ia kenal, sungguh sangat menakutkan.
“Sebentar lagi kita akan sampai di tujuan, kamu pasti masih ingat hari ini adalah hari pertama proyekmu, bukan?”
Mendengar kalimat Zac, ia mulai teringat sesuatu. Memang benar hari ini adalah hari pertama dan timnya mengerjakan proyek besar antara perusahaannya dan perusahaan Montana. Namun karena ia sudah resign, jadi semuanya hanya tinggal kenangan. Tapi tunggu!
Barusan Zac mengatakan jika mereka akan sampai di tempat tujuan, jadi itu artinya mereka akan ke tempat di mana timnya saat ini?
Seketika wajah Sena tampak begitu panik, membuat Zac yang sedari tadi duduk di sampingnya tampak mengulas senyum karena sikap randomnya.
“Jadi kita mau ke—?” pertanyaan Sena menggantung di udara saat mobil memasuki halaman parkir kantor utamanya dulu.
“Tuan, kenapa anda tidak bilang kalau tujuannya ke sini? Kalau begitu, saya akan segera turun dan pulang!”
“Kenapa memangnya? Apa kamu takut bertemu dengan temanmu yang sudah menyebarkan berita palsu itu?”
Sena terhenyak, bagaimana mungkin pria di hadapannya ini tahu masalah pribadinya? Ini bukan lagi sebuah kebetulan. Setelah mengatakan dengan tepat siapa penyanyi favoritnya, dan memberinya tawaran tiket VVIP dengan harga yang fantastis. Pria itu juga bisa menebak tentang masalah pribadinya.
“Kamu jangan khawatir, mulai detik ini. Tidak ada yang akan berani mengusikmu atau mengganggumu, jika itu sampai terjadi mereka akan berhadapan langsung denganku,” tegas Zac.
Entah apa tujuan pria yang memiliki manik cokelat itu mengatakan hal itu, tapi tetap saja membuat Sena merasa tak nyaman berada di kantor utama yang pernah menjadi tempatnya bekerja sebelum akhirnya ia dipindah ke kantor cabang dengan alasan ia lebih mampu karena di sana ia akan berkembang dan benar saja, kariernya mengalami peningkatan yang signifikan. Namun karena sifat ketamakan Mei, ia terpaksa harus mengundurkan diri.
Sena masih terdiam dengan segala macam pertanyaan di kepalanya, tentu saja semua itu tidak mudah untuk dilakukan apalagi ia akan bertemu dengan timnya. Di mana dari sekumpulan orang itu ada seseorang yang sangat ingin ia hindari.
Setelah Rama berhasil memarkir di antara deretan mobil mewah yang berjajar rapi, Rama pun segera turun dan membuka pintu Zac dan dirinya secara bergantian.
“Aku akan mengajarimu bagaimana menghadapi orang yang berlaku seenaknya kepada kita,” ucap Zac saat mereka sudah turun dari mobil.
“Tapi, Tuan. Kenapa anda seperti tahu semua tentang saya? Saya merasa ini sedikit aneh, padahal tujuan saya tadi hanya untuk mengembalikan koper yang anda berikan kemarin. Tapi kenapa urusannya jadi panjang begini, ya?!”
Zac tak langsung menjawab. Namun beberapa detik kemudian kedua sudut bibirnya melengkung sempurna ke atas seraya berkata, “Karena kamu adalah Charita Sena!”
Pria itu mengulas senyum tipis, lalu berjalan masuk ke dalam kantor tersebut. Meninggalkan Sena yang semakin bingung dengan maksud ucapannya.
Sena mengerutkan kening. “Kenapa memangnya dengan namaku? Kenapa memangnya jika aku Charita Sena?” Sena menggaruk rambutnya yang tak gatal, semakin ia mencoba berpikir. Semakin pusing kepalanya.
“Sampai kapan kamu mau berdiri di sana? Ayo ikut denganku, tiket VVIP penyanyi favoritmu sudah di depan mata,” teriak Zac dengan tersenyum menyeringai.
“Ah, kenapa tawarannya harus tiket konser Ariana sih? Kenapa nggak yang lainnya coba! 'Kan sayang banget kalau mau nolak,” gerutunya sebal.
Namun, pada akhirnya kakinya melangkah ke arah Zac. Bahkan kali ini otak dan hatinya tidak bekerja sama dengan baik, saat otaknya ingin menolak. Tapi tidak dengan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐•ωαƒєяqυєєη❤💜
tiket oh tiket kamu membuat Sena tdk berkutik 😅 lebih baik manut aja Sen demi tiket VVIP konser Ariana Grande 🤭
2022-03-04
1
R⃟•D•I👏OFF
uhuk, , , ,
2022-03-03
2
Ani Ernawati
mau juga donk tiket konser Ariana grande
2021-10-28
0