“Hah!”
Sena masih tak percaya dengan yang baru saja dikatakan oleh Zac. “Anda lucu sekali, Tuan!”
“Aku tidak sedang melawak!”
“Tapi tetap saja terdengar lucu, Tuan!”
“Kalau begitu apa yang harus aku lakukan agar aku bisa ngobrol denganmu?!”
Sena kembali mengernyitkan kening, pria di hadapannya ini rupanya sedikit keras kepala. “Maaf, Tuan. Tapi saya tidak bisa, Anda lihat sendiri 'kan. Saya sibuk!”
“Kalau begitu, sebutkan nomor rekeningmu?” Zac meraih ponsel di sakunya, ia menoleh ke arah Sena dengan menunggu jawaban gadis itu dan siap untuk mengetik sesuatu di layar ponselnya.
“Maaf, saya tidak mau, Tuan!”
Zac tampak menghela napas kasar, ia merasa gadis di hadapannya ini benar-benar keras kepala sekali. Pria itu akhirnya mendapat ide, ia menggeser tubuhnya tepat di antara deretan meja pelanggan. “Semua orang, hari ini nasi uduk yang kalian makan. Semuanya saya yang bayar, silahkan tambah atau bungkus juga boleh. Mari kita saling membantu agar ibu pemilik warung ini bisa segera tutup dan beristirahat dengan cepat.”
Sontak semua pengunjung yang berada di warung Bu Ratna bersorak senang. Sebagian dari mereka ada yang langsung minta tambah ada juga yang minta dibungkus hingga membuat Bu Ratna dan ketiga pelayannya kewalahan.
Sena benar-benar tak habis pikir dengan pria di hadapannya. Sedangkan Zac, ia segera memberi kode kepada Rama untuk menyuruh anak buahnya agar mengirim sejumlah uang ke warung milik Bu Ratna.
🍁🍁🍁
Setelah selesai melayani pengunjung yang antusias karena ulah si Zac, kini Sena kembali dikejutkan oleh ulah penerus klan Hutama itu. Rama menyerahkan sebuah koper hitam kepada Sena.
“Apa ini?” tanya Sena dengan kening berkerut, ia lalu meletakkan koper tersebut di atas meja kasir. Ia seolah enggan menyentuh benda berbentuk kotak itu.
Dering ponsel yang bersumber dari saku Zac, membuat pria itu segera mengambil ponselnya. “Aku angkat telepon dulu!”
Sena, Bu Ratna dan ketiga wanita yang membantu ibunya berjualan itu masih mematung di tempat. Menunggu hingga Zac selesai menelepon.
“Maaf, aku harus pergi dulu!” ucap Zac sesaat setelah menerima panggilan telepon.
Pria berbadan tegap tinggi itu menundukkan kepala dengan melihat Bu Ratna, sontak wanita paruh baya itu pun melakukan hal sama.
“Tapi, Tuan. Koper ini?!” sela Sena seraya menunjuk koper hitam itu.
“Itu untukmu,” balas Zac seraya mengulas senyum, setelah itu ia memutar tubuhnya dan berjalan keluar.
“Tapi, Tuan!” seruan Sena tak lagi didengarnya.
🍁🍁🍁
“Ibu, apa kita perlu membukanya?” tanya Sena sesaat setelah kepergian Zac.
Bu Ratna masih terdiam, wanita yang mengenakan celemek hitam itu juga tampak kebingungan seperti putrinya. “Ibu juga bingung, Na. Apa sebaiknya kamu kembalikan saja pada Tuan tadi?”
“Apa ibu juga beranggapan sepertiku bahwa di dalam koper ini berisi uang?” tanya Sena memastikan.
Bu Ratna tampak mengangguk yakin. “Dan pasti jumlahnya tak sedikit, Na.”
“Baiklah, kita buka saja ya?!” Sena kembali mengulangi kalimatnya.
Namun, belum sempat ia membuka koper tersebut. Ada seseorang yang masuk ke dalam warung mereka.
“Bu, nasi uduknya bungkus tiga ya!” ucap pria tersebut seraya duduk di salah satu kursi warung tersebut.
Sena yang masih memegang koper itu, buru-buru menyembunyikannya di bawah meja kasir.
“Maaf, Mas. Nasi uduknya habis,” balas Bu Ratna dengan wajah tidak enak.
“Wah, cepat sekali, Bu. Ini masih jam dua belas. Tumben sekali sudah habis,” jawab pria yang merupakan pelanggan tetap Bu Ratna.
“Iya, Mas. Saya mohon maaf, ya. Barusan saja diborong sama Pak Bos!” jelas Bu Ratna dengan mengulas senyum.
“Padahal saya lagi kepengen banget. Ya sudah, Bu. Besok saja kalau begitu,” pamit pria itu dengan wajah sedih.
“Iya, Mas. Sekali lagi kami minta maaf, ya!” seru Sena seraya membungkukkan badannya.
🍁🍁🍁
“Kita buka sekarang, Bu?” tanya Sena setelah kepergian pria itu.
“Jangan! Dibuka di rumah saja, Na. Takut ada orang lagi yang tiba-tiba masuk,” cegah Bu Ratna yang langsung dibenarkan oleh Sena.
“Iya, kita buka di rumah saja, Bu.”
Sementara itu di sebuah mobil mewah keluaran terbaru Rolls-Royce Wraith yang melaju dengan kecepatan sedang, tampak Zac dan Rama tengah melakukan perjalanan untuk menghadiri peresmian butik tante Daisy.
Suasana sudah tampak ramai ketika mobilnya memasuki halaman butik milik tante Daisy. Reporter dari beberapa stasiun televisi juga tampak memadati halaman depan butik mewah tersebut. Zac turun dari mobil bersamaan dengan Barnes yang juga baru saja datang.
Mereka berdua sukses menyita perhatian reporter yang akan meliput jalannya peresmian butik mewah berlantai tiga itu. Beberapa dari reporter tersebut tampak mendekat ke arah mereka. Namun dengan sigap para bodyguard yang memang sudah berjaga di depan seketika menghalangi para wartawan untuk tidak mendekat pada penerus keluarga Hutama itu.
Kedua adik sepupu itu terlihat terkejut ketika sepupu terkecil mereka, putri semata wayang tante Daisy melebarkan senyum seraya merentangkan tangannya dan setengah berlari ke arah kedua sepupunya yang memiliki wajah tampan nan rupawan itu.
“Lily!” kompak Zac dan Barnes.
“Hai para pria tampan!” teriak Lily seraya memeluk mereka secara bergantian. Barnes bahkan sempat mengacak pelan rambut gadis itu.
“Hei ... Jangan macam-macam kau ya, ini rambut baru ditata. Ih, Barnes rese banget sih!” protes Lily yang seolah mengadu tingkah Barnes pada Zac.
Namun, Zac hanya terkekeh melihat tingkah sepupunya yang sangat persis dengan waktu muda mamanya— tante Isy.
(Bagi yang penasaran sama kisah Daisy, Damian dan Davian. Bisa ditengok di "Istri Kesayangan Tuan Muda ya) wkwkkw nyelip bentar buat promosi.
“Kamu kapan pulang? Kenapa tidak memberi kabar? Harusnya kamu memberi kabar kepada kami,” ucap Zac pada Lily.
“Kamu kayak nggak tau si Lily aja, Kak. Dia 'kan suka pakai acara suprise-surprisean,” imbuh Barnes dengan mengulas senyum.
“Nah, tu tahu Kak Barnes! Aku emang mau kasih kalian surprise, kalian pasti kangen banget sama aku 'kan, hayo ngaku?” ledek Lily dengan jari manis menunjuk bergantian ke arah mereka berdua.
“O, ya. Ada surprise lagi buat Kak Zac, bentar!” Lily memutar tubuhnya dan berjalan ke arah Anayya dan Bryna yang sudah datang dari satu jam yang lalu. Kedua sepupunya itu tampak bercengkerama dengan seorang gadis cantik yang wajahnya seolah tak asing.
Lily menggandeng gadis cantik itu untuk mengikuti langkahnya, ia ingin memberi kejutan kepada Zac.
“Kak Zac!” teriak Lily dengan tangan masih menggandeng tangan gadis itu.
Zac menoleh ke arah Lily, kedua netranya langsung terpaku pada sosok gadis yang berada di samping Lily. Seorang gadis yang begitu mirip dengan Marisa. Zac bahkan tanpa sadar menyebut nama Marisa ketika melihat gadis itu.
“Marisa!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐•ωαƒєяqυєєη❤💜
apakah Marisa punya saudara kembar?🤔
2022-03-04
2
Anin 💝💋
no koment ya kk onel lanjut baca aja heheh
2022-02-18
0
Ani Ernawati
cus milih kenangan apa sosok baru nih sultan zac
2021-10-28
0