Menahan Kesal

“Hah ... Begini ya rasanya jadi pengangguran?” Sena menghela napas lirih seraya membuka jendela kamarnya. Tampak taman kecil yang berada di samping rumahnya, tempat favoritnya.

Ia mengulas senyum seraya kembali berkata pada dirinya sendiri. “Tenang Sena, ini adalah awal yang baik untuk masa depanmu. Kamu hanya perlu membawa surat lamaran ke beberapa perusahaan dan semoga salah satu di antara perusahaan itu mau menerimamu.”

“Semangat! Fighting!” ucap Sena seraya mengepalkan tangannya ke atas.

Pemandangan itu ternyata dilihat Shera yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya, gadis kecil itu menutup mulutnya dengan salah satu tangannya karena menahan tawa. “Kak Sena lucu,” celetuk Shera dengan cekikikan.

“Hei ... Kamu berani ngeledek kakak, ya? Awas kamu ya, jangan salahkan kakak kalau uang jajanmu berkurang,” ancamnya seraya tersenyum menyeringai.

“Ih Kakak! Masa gitu aja main kurang-kurangin uang jajan sih! Aku 'kan cuma becanda kakakku yang cantik,” gadis kecil bermata indah itu memang sangat pandai merayunya. Shera bahkan kini berjalan mendekatinya, lalu memeluknya dari samping dengan erat.

“Gadis kecil kakak ini makin pinter ya ngerayu!” ia mencubit gemas hidung Shera, lalu membalas pelukan adiknya.

“Sena!” seruan ibunya membuat kedua kakak adik itu menghentikan guyonan mereka.

“Iya, Bu!” Sena melepaskan pelukannya. “Udah sana ganti baju, nanti kakak yang antar kamu ke sekolah!”

“Beneran, kak?” kedua mata gadis kecil itu membulat senang seraya tersenyum lebar.

“Iya, dah sana!” ia mengangguk sembari mengusap lembut rambut adiknya.

“Yeay ... Dianter kakak!” Shera berlari ke arah kamarnya dengan hati riang. Gadis kecil itu sangat senang karena diantar olehnya, itu artinya Shera akan membawa bekal lebih banyak dari biasanya. Sena akan dengan senang hati mengantar adiknya ke minimarket dekat dengan sekolahan sebelum berangkat dan Shera bebas memilih tiga macam yang dia inginkan.

Sena hanya bisa tersenyum melihat tingkah adiknya. Sejak kepergian ayahnya lima tahun yang lalu karena penyakit kanker paru-paru, ibunya menjadi tulang punggung bagi keluarga kecil mereka. Sena yang saat itu masih kuliah di Universitas Negeri di kotanya memilih kerja part time di salah satu Kafe yang berada tak jauh dari kampusnya.

Dari kecil ia memang sudah dididik mandiri oleh kedua orang tuanya, jadi ketika takdir mengambil orang yang paling ia cintai. Sena mencoba tegar dan selalu menguatkan ibunya, adiknya yang masih sangat kecil bahkan sudah kehilangan sosok Ayah, sosok pelindung. Sejak saat itu Sena mencoba menjadi sosok kakak dan Ayah bagi Shera, ia meniru semua perlakuan ayahnya kepadanya dulu dan menerapkannya pada Shera.

🍁🍁🍁

Setelah mengantarkan Shera pergi ke sekolah, Sena bergegas menuju ke rumah Bu Indah untuk mengantarkan pesanan nasi uduk. Seperti biasa Mang Udin tampak menyambutnya dengan suka cita, sebuah senyuman bahkan tak pernah surut dari wajah pria yang usianya sekitar 45 tahun itu.

“Ayo masuk, Neng Sena. Kali ini Neng Sena dilarang menolak karena ini pesan dari Nyonya Indah!” ucap Mang Udin dengan wajah yang dibuat sok serius, membuat Sena mau tak mau harus menurut ucapan pria itu.

“Gitu ya, Mang?!” ia sebenarnya merasa tak enak hati, jujur ia lebih senang jika disuruh menunggu di luar.

“Iya, Neng. Udah hayuk masuk, Neng!” Mang Udin berjalan terlebih dulu dengan membawa satu kantong besar nasi uduk. Ia dengan ragu-ragu mulai mengikuti langkah Mang Udin.

Ia berjalan mengekor di belakang Mang Udin, kedua netranya tak henti mengagumi rumah mewah milik Bu Indah. Bangunan yang luasnya berkali lipat dari rumahnya itu tampak tertata rapi dengan perabotan yang bisa dipastikan harganya sama dengan gajinya beberapa bulan.

“Neng Sena, duduk sini aja! Nyonya masih di dalam kamar,” terang Mang Udin seraya menunjuk sofa di ruang santai. “Mamang tinggal dulu ya, Neng. Mau ngelanjutin siram menyiramnya,” lanjut Mang Udin dengan mengulas senyum.

“O iya, Mang. Terima kasih ya!” balas Sena seraya menyunggingkan senyum.

Setelah kepergian Mang Udin, Sena masih duduk di tempat sembari mengamati foto besar yang tergantung di dinding ruangan tersebut. Tampak Bu Indah, suaminya dan kedua putra putrinya. Sena tiba-tiba teringat dengan putra Bu Indah yang menurutnya sangat arogan. Bahkan dengan orang tuanya juga pria itu berani bersikap kurang sopan.

Fokusnya terpecah ketika mendengar suara seorang pria dari sebelah ruangan itu.

“BIBI!!!” suara pria itu terdengar begitu kencang di telinganya.

Sena berdiri dan mencari seseorang yang di maksud pria itu. Namun, rumah itu terlihat sangat sepi. Tak tampak siapapun di sana.

“BIBI!!!” teriakan kedua pria itu akhirnya membuatnya beranjak dari ruangan tersebut, mencari sumber dari suara itu berasal. Ia terus berjalan ke samping ruangan hingga akhirnya ia melihat seorang pria yang tengah berenang dengan bertelanjang dada.

Pandangan tajam pria itu langsung diarahkan kepadanya, seperti seorang pemburu yang sedang mencari mangsa. Tatapan pria itu sangat tajam dan tidak bersahabat.

“Siapa kau? Kamu maling ya? Kenapa kamu bisa berada di rumahku?” pertanyaan menyakitkan pria itu membuatnya menghela napas lirih.

Pria arogan yang baru saja ia lihat di foto dan kini ia harus berhadapan lagi dengan pria itu.

“Maaf, saya hanya mengantarkan nasi uduk pesanan Bu Indah dan saya tadi disuruh menunggu di ruangan itu,” jawabnya seraya menunjuk ruang santai yang berada tepat di sebelah kolam renang. “Saya tadi mendengar teriakan anda, di dalam sepertinya tidak ada siapa-siapa, Mas!” jelasnya kemudian.

Pria yang bernama Evan itu hanya tersenyum tipis seraya memandangnya remeh. “Kalau begitu, ambilkan handuk itu!” perintah Evan seraya menunjuk handuk yang terlipat di kursi rotan tak jauh dari tempatnya berdiri.

Sena mengangguk seraya berkata, “Baik, Mas!” ia mengambil handuk putih itu lalu berjalan mendekati Evan.

“Ulurkan tanganmu!” perintah Evan saat ia sudah berada di tepi kolam. Ia mengernyit bingung. Namun, ia menurut ucapan pria itu dan mengulurkan tangannya.

Dengan gerak cepat Evan segera menarik tangannya, tenaganya yang kalah besar dengan tenaga Evan akhirnya tak kuasa menahan berat pria itu. Ia terjungkal ke dalam kolam yang dalamnya sebatas dadanya.

Ia segera meraup wajahnya yang basah, napasnya terengah-engah karena masih terkejut dengan tindakan yang dilakukan Evan kepadanya.

Bukannya minta maaf, Evan malah tersenyum puas dengan apa yang baru saja dilakukannya. “Itu hukuman bagi cewek yang tidak tahu tata krama seperti kau! Jika kau gadis pengantar nasi uduk seperti yang kau bilang tadi, harusnya kau menunggu di luar rumah. Bukan malah masuk ke rumah tanpa seizin pemiliknya!”

Mendengar kalimat menyakitkan dari pria itu membuat kedua matanya memanas apalagi, ponselnya yang masih ia simpan di saku celananya basah tak terselamatkan.

“Kenapa diam?!” seru Evan dengan masih memasang wajah tak bersahabat.

Sena mendongak agar air matanya tak sampai jatuh, sekuat tenaga ia mencoba agar ia tak menangis. Ia memilih tak menjawab ucapan pria itu dan berjalan ke tepi kolam. Evan tampak mengerutkan kening melihat sikapnya.

Bu Indah yang baru keluar kamar dan mencari keberadaannya tampak sangat terkejut ketika melihatnya berada di tepi kolam dengan keadaan basah kuyup.

“Astaga, Sena! Apa yang terjadi denganmu, sayang?” Bu Indah setengah berlari menghampirinya, pandangan wanita itu kemudian beralih ke putra bungsunya. “Evan, pasti kamu yang sudah buat Sena seperti ini?” tuduh Bu Indah dengan menatap putranya tajam.

“Aku hanya menyadarkannya saja, Ma. Dia harus tahu diri kalau ke rumah orang itu harus tahu sopan santun, dia harus belajar tata krama nggak asal nyelonong masuk aja!” jawab Evan seraya naik ke dasar. Dada bidangnya yang basah tampak terekspos.

“EVAN!!! Cepat minta maaf pada Sena!” perintah Bu Indah dengan nada membentak.

“Cih, buat apa aku harus minta maaf sama dia! Dia yang nggak tau diri juga!” Evan memilih masuk dengan tubuh masih basah, ia sama sekali tak mengindahkan ucapan mamanya.

Dengan masih menahan kesal, akhirnya Bu Indah membantu Sena untuk naik ke dasar.

“Sayang, maafkan sikap Evan, ya. Dia sebenarnya anak baik kok.”

Namun, Sena yang sudah merasa sangat kesal dengan pria itu memilih diam dan mengulas senyum tipis. Ia lalu mengambil ponselnya yang sudah tak menyala, ia sangat menyayangkan karena smartphone-nya ini baru dua bulan yang lalu ia beli.

“Ponselmu rusak ya? Nanti biar saya ganti, kamu nggak usah khawatir ya Sena.”

“Tidak usah, Bu. Sepertinya hanya mati saja, nanti saya bawa ke tukang service HP,” tolaknya seraya tersenyum meyakinkan.

Terpopuler

Comments

༄༅⃟𝐐•ωαƒєяqυєєη❤💜

༄༅⃟𝐐•ωαƒєяqυєєη❤💜

ihh dasar pria arogan 😤 ku do'akan Evan mencintai Sena tp syg sekali saat itu tiba ternyata sudah terlambat krn Sena udah jd milik org lain yaitu Zac,biar si Evan tau bgmn rasanya sakit hati 😅

2022-03-04

1

ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤​᭄😎

ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤​᭄😎

kalo AQ mah main tonjok aje gak perlu liat yg penting puas hati....

2022-03-04

1

Ani Ernawati

Ani Ernawati

Bu indah mimpi ap punya anak kok Ndak tau sopan santun

2021-10-28

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis yang Malang
2 Pria Arogan
3 Gadis Itu!
4 Kebetulan yang Menyebalkan
5 Don't Want to Meet You
6 Persiapan Rapat Penting
7 Merutuki Kebodohan
8 Perasaan Bersalah
9 Dukungan Oma
10 Resign
11 Nasi Uduk
12 Benarkah Dia?
13 Healing Smile
14 Menahan Kesal
15 Ikuti Aku!
16 Tawaran yang Menggiurkan
17 Sekretaris Pribadi
18 Tak Tinggal Diam
19 Kejahatan akan Mendapat Balasannya
20 Menolak Tawaran
21 Kenangan Masa Lalu
22 Tamu tak Diundang
23 Hadiah
24 Obsesi
25 Obsesi Part. 2
26 Biarkan Aku Menyukaimu
27 Bagai Langit dan Bumi
28 Ucapan Terima Kasih
29 Warung Apung
30 Terpesona
31 Menepati Janji
32 Lounge and Bar
33 Panik
34 Salah Paham
35 Merindukan Ayah
36 Sangat Menyakitkan
37 Petuah dari Wanita Luar Biasa
38 Keputusan yang Sulit
39 Restu Mama
40 Maling
41 Berubah
42 Jangan Seperti Ini!
43 Stupid Girl!
44 Tidak Terlalu Menyakitkan
45 Wanita dengan Segala Kerumitannya
46 Hari yang Berat
47 Bersyukur
48 Membatalkan Lamaran
49 Because It's You
50 Anniversary Opa dan Oma
51 Yes, I Will
52 si Dokter dan si Pasien
53 Belum Terbiasa
54 Jalan-jalan ke Mall
55 Untuk Ibu
56 Thank You for Coming Into My Life
57 Hari yang dinanti
58 Hari Bahagia
59 Hanya Ingin Berduaan
60 Panik
61 Hal Memalukan
62 Kita di Rumah Sakit!
63 Jangan Memanjakanku!
64 Penyihir Cinta
65 Penyesalan
66 Aku Malu!
67 Motif Natasha
68 Warung Bakso
69 Nomor Tidak Dikenal
70 Kamu Jangan Khawatir
71 Jangan Pernah Menggangguku Lagi!
72 Kita ke Bali
73 Welcome to Bali
74 Kamu tak Menginginkanku!
75 Aku Sangat Mencintaimu, Sayang!
76 Siapa Wanita Itu?!
77 Gadis yang Manis
78 Emosi
79 Apa Kamu Cemburu?
80 Semoga Dia Tenang di Sana
81 Ada Apa Lagi Ini?
82 Salah Sangka
83 Mantan Rama
84 Gadis Kecil
85 Bandara
86 Rumah Makan Nasi Uduk
87 Jangan Menatap Istriku!
88 Bersikap Dingin
89 Aku Tak Cemburu!
90 Apa Kamu Masih Marah?
91 Ide Gila!
92 Tak Ingin Pergi
93 Black Line
94 Bubur Ayam
95 Kamu yang Memulai
96 Kabar Membahagiakan
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Gadis yang Malang
2
Pria Arogan
3
Gadis Itu!
4
Kebetulan yang Menyebalkan
5
Don't Want to Meet You
6
Persiapan Rapat Penting
7
Merutuki Kebodohan
8
Perasaan Bersalah
9
Dukungan Oma
10
Resign
11
Nasi Uduk
12
Benarkah Dia?
13
Healing Smile
14
Menahan Kesal
15
Ikuti Aku!
16
Tawaran yang Menggiurkan
17
Sekretaris Pribadi
18
Tak Tinggal Diam
19
Kejahatan akan Mendapat Balasannya
20
Menolak Tawaran
21
Kenangan Masa Lalu
22
Tamu tak Diundang
23
Hadiah
24
Obsesi
25
Obsesi Part. 2
26
Biarkan Aku Menyukaimu
27
Bagai Langit dan Bumi
28
Ucapan Terima Kasih
29
Warung Apung
30
Terpesona
31
Menepati Janji
32
Lounge and Bar
33
Panik
34
Salah Paham
35
Merindukan Ayah
36
Sangat Menyakitkan
37
Petuah dari Wanita Luar Biasa
38
Keputusan yang Sulit
39
Restu Mama
40
Maling
41
Berubah
42
Jangan Seperti Ini!
43
Stupid Girl!
44
Tidak Terlalu Menyakitkan
45
Wanita dengan Segala Kerumitannya
46
Hari yang Berat
47
Bersyukur
48
Membatalkan Lamaran
49
Because It's You
50
Anniversary Opa dan Oma
51
Yes, I Will
52
si Dokter dan si Pasien
53
Belum Terbiasa
54
Jalan-jalan ke Mall
55
Untuk Ibu
56
Thank You for Coming Into My Life
57
Hari yang dinanti
58
Hari Bahagia
59
Hanya Ingin Berduaan
60
Panik
61
Hal Memalukan
62
Kita di Rumah Sakit!
63
Jangan Memanjakanku!
64
Penyihir Cinta
65
Penyesalan
66
Aku Malu!
67
Motif Natasha
68
Warung Bakso
69
Nomor Tidak Dikenal
70
Kamu Jangan Khawatir
71
Jangan Pernah Menggangguku Lagi!
72
Kita ke Bali
73
Welcome to Bali
74
Kamu tak Menginginkanku!
75
Aku Sangat Mencintaimu, Sayang!
76
Siapa Wanita Itu?!
77
Gadis yang Manis
78
Emosi
79
Apa Kamu Cemburu?
80
Semoga Dia Tenang di Sana
81
Ada Apa Lagi Ini?
82
Salah Sangka
83
Mantan Rama
84
Gadis Kecil
85
Bandara
86
Rumah Makan Nasi Uduk
87
Jangan Menatap Istriku!
88
Bersikap Dingin
89
Aku Tak Cemburu!
90
Apa Kamu Masih Marah?
91
Ide Gila!
92
Tak Ingin Pergi
93
Black Line
94
Bubur Ayam
95
Kamu yang Memulai
96
Kabar Membahagiakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!