Dalam perjalanan pulang Sena tak henti meluapkan kekesalannya atas tindakan Evan kepadanya. Ia terus menggerutu dengan mengendarai motornya, bajunya yang masih setengah basah bahkan tak terlalu dipedulikannya.
“Ada ya pria macam dia, suka banget merendahkan orang lain. Semoga aku dijauhkan dari orang semacam dia, Ya Tuhan,” gerutunya dengan wajah memberengut.
Sesampai di rumah, ia bersyukur karena ibunya sudah pergi ke warung. Jika tidak, sudah dipastikan ia akan dicecar puluhan pertanyaan oleh ibunya karena ia pulang dengan keadaan basah kuyup.
Suasana hatinya yang masih memburuk membuatnya kalap, setelah mandi dan mengganti pakaiannya. Ia segera mengambil piring, nasi serta lauk yang sudah tersaji di meja makan. Memang sudah menjadi kebiasannya ketika ia merasa kesal, ia akan makan dengan porsi banyak tanpa memperdulikan berat badannya yang tentu akan naik beberapa kilo keesokan harinya.
🍁🍁🍁
Setelah meredam kekesalannya dengan makan dalam porsi jumbo. Kini dengan menggunakan motor maticnya. Sena kembali keluar rumah, tujuannya kali ini ke kantor Montana Group untuk bertemu dengan Zac guna mengembalikan sejumlah uang yang tersimpan di dalam koper.
Sepanjang perjalanan ia begitu hati-hati menyimpan koper hitam itu, ia bahkan harus membungkus dengan kain dan pita agar tidak mencuri perhatian orang lain.
Sena melajukan kendaraannya di basement khusus tamu. Gadis itu tampak kebingungan karena tidak ada satu motorpun di sana, hanya mobil-mobil mewah yang terparkir rapi memenuhi sebagian basement tersebut.
Tentu saja tamu atau pengunjung yang datang ke kantor Montana Group rata-rata dari kalangan menengah ke atas. Hanya dirinya yang berkunjung ke kantor megah itu dengan menggunakan motor kesayangannya.
Dengan membawa koper yang ia hias sedemikian rupa, ia berjalan ke arah lobby lalu mendekati receptionist untuk meminta tolong agar bisa bertemu dengan Arzachel.
“Selamat siang, ada yang bisa kami bantu Nona?!” sapa salah satu dari receptionist tersebut.
“Selamat siang, saya mau bertemu dengan Tuan Arzachel. Apa saya bisa bertemu dengannya sekarang?” balas Sena dengan tersenyum ramah.
Kedua receptionist itu saling pandang dengan wajah heran, salah satu dari wanita itu mulai mengamati penampilan Sena yang saat itu mengenakan celana jeans dan kemeja kotak. Ia yang merasa diperhatikan dari atas sampai bawah merasa sedikit tak nyaman, sepertinya ia memang salah kostum. Harusnya ia tadi mengenakan baju formal yang biasa ia gunakan bekerja.
“Maaf, apa anda sudah ada janji sebelumnya?” pertanyaan gadis di hadapannya bahkan terkesan menyelidik.
Sena terdiam beberapa saat, tentu saja tidak mudah untuk bisa bertemu dengan Pejabat Eksekutif Tertinggi atau yang lebih dikenal dengan CEO di perusahaan Montana Group ini. “Ehm ... Saya belum membuat janji, tapi saya ingin bertemu dengan tuan Arzachel karena ada urusan yang sangat penting sekali. Jadi, saya mohon agar bisa bertemu dengannya sebentar saja,” mohonnya dengan kedua telapak tangan yang sengaja ia tempel di depan dadanya.
Kedua wanita itu kembali mengamatinya, kali ini pandangan mereka tertuju pada koper yang sudah ia bungkus cantik. Namun, ekspresi wajah mereka seketika berubah. Mereka berpikir bahwa dirinya adalah salah satu fans Arzachel yang sangat ingin bertemu dengan pria tampan itu. Apalagi bingkisan yang ia bawa begitu menguatkan kecurigaan mereka.
“Maaf, Nona. Tuan Arzachel tidak bisa bertemu dengan sembarang orang, jika anda tidak membuat janji terlebih dulu. Maka anda tidak bisa bertemu dengan Tuan Arzachel,” terang receptionist itu.
“Tapi ini sangat penting, Mbak. Saya harus bertemu dengan Tuan Arzachel sekarang,” kekehnya dengan wajah serius.
Namun, bukannya dipermudah. Ia malah diusir sama security yang sengaja dipanggil oleh receptionist itu. “Nona, silahkan pergi dari sini!” perintah security berbadan tinggi besar seraya menunjuk pintu keluar.
Sena yang merasa putus asa, hanya bisa menghela napas lirih sembari berjalan keluar lobby. Ia bahkan tak mengucapkan sepatah katapun sebelum ia pergi meninggalkan kedua receptionist itu.
“Hah, kenapa hari ini aku sial sekali! Dijeburin ke kolam, di usir dari perusahaan besar ini. Padahal aku tidak punya niat apa-apa, aku hanya ingin mengembalikan ini saja,” gerutu Sena seraya menatap koper yang ia bawa.
Sena memilih duduk di depan lobby, berharap ia akan bertemu dengan siapapun yang bisa membawanya bertemu dengan Zac dan ia berhasil mengembalikan koper itu. Meskipun ia dari keluarga biasa, tapi ia dan ibunya sangat menjunjung tinggi kejujuran serta kerja keras. Jadi, menerima uang sebanyak itu dengan cuma-cuma meski kemarin Zac mengatakan itu adalah bonus bagi mereka. Tapi tetap saja, mereka merasa bahwa uang itu terlalu banyak.
Setelah menunggu hampir setengah jam, ia pun mulai merasa putus asa. Ia memilih meninggalkan tempat tersebut dan berjalan ke basement untuk pulang.
Namun, saat ia akan meninggalkan tempat itu, sebuah mobil sedan mewah terlihat berhenti di depan lobby dan tepat saat itu juga. Zac dan Rama tampak berjalan keluar dari lobby.
Sena tampak mengulas senyum demi melihat Zac, dengan mengesampingkan rasa malunya ia berteriak kencang agar suaranya bisa terdengar oleh pria tersebut. “Tuan Arzachel!” serunya seraya melambaikan tangan, persis seperti seorang anak kecil yang begitu senang bertemu dengan temannya.
Security yang tadi mengusirnya mulai berjaga-jaga. Sedangkan Zac, pria itu mengalihkan perhatiannya dan ia sedikit terkejut ketika menyadari bahwa gadis yang memanggilnya adalah Sena. Seorang gadis yang sudah mampu mengusik hatinya.
“Maaf, Tuan atas ketidak nyamanan ini. Akan segera kami bereskan gadis itu,” ucap security dengan kepala menunduk.
“Jangan ada yang berani mendekatinya atau mengusirnya,” hardik Zac yang membuat security yang berjaga terkesiap.
Zac lalu berjalan ke arah gadis itu dengan senyum terulas. Beberapa karyawan Montana yang menyaksikan adegan itu tampak tak percaya dengan yang mereka lihat. Seorang Arzachel yang terkenal dengan sikapnya yang tak pernah peduli dengan wanita manapun, kini terlihat begitu senang ketika bertemu dengan seorang gadis berpenampilan sederhana. Bahkan sangat sederhana sekali.
“Berapa lama kamu menungguku di sini?” tanya Zac saat ia sudah berada di depan Sena.
Sena mengulas senyum seraya berkata, “O, kurang lebih setengah jam, Tuan. Saya hanya ingin mengembalikan ini!” ia mengangsurkan koper yang sudah dibungkus rapi.
Tentu saja Zac begitu terkejut ketika melihat bingkisan cantik dari Sena. Ia mengira gadis itu bersusah payah datang ke kantornya karena ingin memberi bingkisan tersebut yang belum ia ketahui apa isi dari bingkisan berwarna moka itu. Ia sangat terharu, tak berpikir panjang. Zac langsung menarik tangan Sena dan menggandengnya menuju mobil.
“Tuan, kenapa malah menarik tangan saya? Saya hanya ingin memberikan ini!” ulangnya dengan wajah kebingungan.
“Ikut aku!”
Dua kata yang keluar dari bibir Zac membuat Sena semakin bingung, apa pria itu marah dengannya? Lalu akan dibawa kemana dirinya? Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul dalam benaknya, ia masih mencoba melepaskan genggaman tangan Zac. Namun, tenaganya benar-benar tak ada apa-apanya dibanding dengan tenaga pria itu.
Adegan yang dilakukan Zac sontak semakin membuat beberapa karyawan yang berada di sekitar semakin penasaran. Namun, dengan sigap Rama mengisyaratkan kepada mereka semua untuk masuk dan tidak ada satu pun yang boleh menyaksikan Zac dan Sena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐•ωαƒєяqυєєη❤💜
ehh kok Sena nya diajak masuk mobil,emgnya mau diajak kmn?😅
2022-03-04
1
R⃟•D•I👏OFF
hayooo mau ngapain tuh wkwkwkkwjw, , , ,
2022-03-03
2
Ani Ernawati
zaccccc..🙋
2021-10-28
0