Alvin telah siap dengan pakaian kantornya.
Pagi ini Ia telah membangunkan Aya. Memberi gadis itu ciuman bertubi tubi dan sedikit ancaman agar segera bangun dari tidurnya.
Dibukanya pintu kamar Aya, manik matanya terlihat lelah sambil menghembuskan nafas perlahan. Ia memijat pelipisnya yang sedikit berkedut memperhatikan gadis yang masih menggunakan piyama tengah mengobrak abrik laci meja.
"Astaga By kamu belum mandi juga." kata Alvin menerobos masuk. Ia benar benar geram namun mau marah pun apa daya cinta kadang mampu menguasai emosinya.
"Om Hp aku mana ya?Aku lupa taro dimana." jawabnya tanpa menoleh ke sumber suara.
Alvin mendudukkan diri di sofa sambil menyilangkan kakinya. Tangannya bersedekap dada sambil menggelengkan kepala pelan.
"Hp kamu ada di Om." kata Alvin membuat gadis itu menghentikan kegiatannya. Aya berjalan mendekat dan duduk di samping Alvin.
"Kok ada di Om?"
Alvin membelai lembut kepala gadis itu memberi kecupan singkatnya.
"Semalam kamu nonton film di kamar Om. Hp kamu ketinggalan. Jadi Om simpen."
"Oh.." Aya menganggukkan kepalanya.
"Yaudah sana mandi. Om tunggu."
"Ok....Ok..."
Aya bergegas pergi mandi sebelum mendapat omelan pagi lagi.
Di ruang makan tampak lebih riuh beberapa hari ini untuk memperdebatkan keadaan Aya. "By pokoknya hari ini kita ke rumah sakit. Flu udah lima hari lebih kok ga sembuh sembuh."
"Besok aja Om."
"Sayang, dari kemarin kamu bilangnya besok mulu. Ujung ujungnya ga jadi berangkat. Banyak alasan ya."
"Beneran Mom. Besok. Janji." katanya serius.
"Awas kalo besok ada alasan lagi. Dady buang PS kamu."
"Iya Dad. Aku janji."
"Mau kemana kamu By?"
"Mau kasih makan kucing."
"Duduk."
"Tapi aku mau kasih makan kucing dulu."
"Tadi udah di kasih makan adik kamu."
"Iya kak." Kata Ano dan Darren membenarkan Neneknya.
"Kalo gitu mau liat aja."
"By.... Duduk. Makan sarapan kamu." Tegas Alvin membuat Aya kembali ke tempat duduknya dan sarapan.
"By nanti Asisten Om yang akan jemput kamu. Om ada meeting, Nanti kamu ke kantor Om sekalian makan di sana." kata Alvin saat mobil berhenti di depan kampus.
"Ok Om, aku turun dulu."
"Ya hati hati." Alvin mengecup kening dan kedua pipi Aya.
"Aya ke kantin yuk. Dosen di mata kuliah selanjutnya ga bisa datang. Jadi libur." Kata Winda sambil membereskan bukunya.
Aya tampak berfikir sejenak. Sudah berkali kali Aya menolak. Ia menjadi tidak enak.
"Ayo." putus Aya menerima tawaran dari temannya.
Keduanya menuju ke kantin. Semua mata tampak memperhatikan. Berbagai bisik bisik mula terdengar. Pujian pada Aya dan gunjingan pada teman di sebelahnya masuk ke Indra pendengaran.
Sorot mata Aya memandang sekitar. Perhatiannya terhenti melihat seseorang yang ditinggalkan begitu saja oleh segerombolan orang lainnya. Mereka berjumlah lima orang dan Aya mengetahui wajah masing masing karena sempat menyapa Aya saat berpapasan.
Aya melangkahkan kaki melihat kondisi laki laki berkacamata itu.
"Apa kau bai baik saja?" tanya Aya hanya di sahuti anggukan Olehnya.
Aya membantunya duduk di salah satu kursi. Ia memberikan minum dan di teguk hingga menyisakan setengah. Aya memperhatikan tangan laki laki itu tampak tergores di beberapa bagian. Ia Membersihkan luka sambil sesekali meniupnya. Ada getaran aneh yang laki laki itu rasakan. Ia hanya memandang Aya yang tengah sibuk dengan kegiatannya. Beberapa detik berlalu. Luka sudah tertutup sempurna dengan plester.
"Terimakasih." katanya lirih setelah tersadar dari lamunannya.
"Sama sama."
"Yusuf kenapa kau diam saja diperlakukan seperti itu?" tanya Winda sambil duduk membawa tiga porsi makanan.
"Kau mengenalnya."
"Dia satu kelas dengan kita."
"Oh." jawab Aya.
Aya berkenalan dengan Yusuf dan ketiganya makan bersama.
Yusuf tampak memperhatikan gadis cantik yang makan di depannya. Tampak cuek tapi di sisi lain sangat baik. 'Tidak pernah ada yang sepeduli ini padaku.' Batinnya.
Aya sedikit khawatir. Jika Om nya tau dia makan di luar tanpa pengawasan pasti akan kena marah. Tapi Ia akan menerima konsekuensinya. Di beri omelan dari pulang sampai pagi menjelang.
"Sayang." Suara sosok wanita mengejutkan Aya yang tengah berperang dengan pikirannya. Suaranya menyita perhatian seluruh orang yang ada di sana. Siapa yang tak kenal Istri dari Kenan. Seorang pengusaha sukses. Semua orang berbisik tentang status Aya. Keturunan keluarga Alexander.
Mengaitkan kehidupan gadis itu dengan harta, tahta dan segalanya.
"Mama kok di sini?" kata Aya sambil berbisik.
"Mama mau jemput kamu. Mama kangen sama kamu. Kita ke rumah Mama ya." Memeluk Aya erat.
"Kemarin kan Mama main ke rumah Nenek."
"Tapi Mama masih kangen. Mau ya...."
"Yaudah."
"Kalian temannya Aya ya?"
"Iya Tante." jawab Winda dan Yusuf.
"Aya pulang dulu ya." sambil menggandeng tangan Aya.
"Bentar Ma. Aku belum bayar."
"Asisten Mama akan bayar. Sekalian punya mereka."
"Makasih Tante."
"Sama sama."
"Aku duluan ya."
"Iya hati hati."
"Udah kaya ga sombong lagi." celetuk Winda.
"Iya." jawab Yusuf memikirkan gadis yang baru saja pergi dari hadapannya.
Seorang pria duduk di kursi kebesarannya menunggu gadisnya untuk makan bersama.
"Tuan, Nona tidak ada di kampus."Lapor salah seorang yang baru saja memasuki ruangannya.
Alvin menggebrak mejanya dengan keras. Menyalurkan segala amarah yang menyulut dirinya. Mereka sudah terbiasa dengan sikap Alvin apalagi yang menyangkut semua hal tentang Aya. Emosinya mudah berubah jika berhubungan dengan gadis itu.
"Kemana?"
"Menurut laporan. Nona tadi di jemput Mamanya tuan."
"Siapkan mobil." Katanya dingin.
"Baik Tuan."
"By..." panggil Alvin pada gadis yang tengah makan itu.
"Om."
"kamu kok ga ngabarin Om."
"Hp aku kan ada di Om."
"Kamu disini Vin?" Tanya Mama Aya yang baru kembali dari dapur.
"Iya." Jawabnya singkat.
"Kamu udah makan?" tanya Alvin mencium kening Aya.
"Ini lagi makan. Om udah makan?"
"Belum. Nunggu kamu."
"Om mau." Tawarnya sambil menyodorkan sepotong mangga.
Alvin memakannya dengan senang hati.
"Flu kamu kok belum sembuh sayang. Mama anterin ke dokter yuk."
"Besok aku pergi sama Om."
"Sama Mama aja."
"Sama aku." Tegas Alvin.
" By....Pulang yuk. Om lapar."
"Makan di sini aja Vin. Kakak siapin."
"Nggak kita makan di rumah aja. Lagian obatnya By juga ada di rumah."
"Aku pulang dulu Ma." Kata Aya setelah menghabiskan mangganya.
"Iya sayang." Kata Mama terpaksa sambil memeluk Aya dengan erat.
"Nikmati waktu kalian sebelum benar benar kehilangan. Milikku adalah hal mutlak. Begitu juga putriku." batin Mama melihat kepergian mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Astaga mamanya,,Aku harus bilang apa ya..🙇🏻♀️🙇🏻♀️
2023-05-04
0
Ayu Nuraini Ank Pangkalanbun
terlalu egois mama kadungnya giliran masih bayi g mau ngurusin
2023-01-11
0
Lee Fay
Nah spertinya mama si aya dan papa serta kakaknya ini ada niat terselubung deh alias ga tulus.
2022-05-09
3