Aya berkali kali mendecakkan lidah. Hari ini Ia dipaksa untuk ikut ke perusahaan Om nya.
Alvin hanya tersenyum tipis melihat tingkah gadis yang tengah duduk cemberut di sampingnya itu. Aya memandang keluar jendela mobil. Tapi raut wajah gadis itu masih dapat di lihat jelas oleh Alvin.
"Kenapa By?" Tanya Alvin menaruh berkasnya dan mengusap lembut kepala Aya.
"Ih Om aku bosen."
"Belum juga sampai. Om minta temenin sebentar. Nanti makan siang kita pulang."
"Om kan udah gede."
"Mommy kamu juga udah gede. Udah punya anak malahan juga sering minta temenin kamu." Kata Alvin teringat harus berdebat dengan iparnya tadi pagi untuk membawa Aya bersamanya.
"Ya kalo gitu Om sama Mommy sama aja."
"Sudah sampai Tuan, Nona." kata supir menghentikan perdebatan mereka.
"Terimakasih pak."
"Bapak mau kemana?" Tanya Aya melihat supir itu hendak turun. Alvin sibuk mengemasi berkasnya masih setia mendengarkan ocehan gadis itu bersama supirnya.
"Mau bukain pintu Non."
"Tidak usah. Kami bisa buka sendiri."
"Tapi Non."
"Turuti saja pak." Tegas Alvin.
"Baik tuan."
"Ayo turun By." Alvin melangkahkan kaki turun dari mobil begitu pula dengan Aya.
Keduanya memasuki perusahaan. Gadis itu menyita perhatian semua orang. Alvin menggenggam tangan Aya erat seakan mengatakan jika Aya adalah miliknya. Para karyawan lelaki melihat Aya dengan tatapan memuja. Alvin menajamkan sorot matanya memberikan peringatan kepada mereka. Berbagai asumsi berputar di benak masing masing orang. Namun belum juga bisa menebak siapa gadis yang dibawa oleh bosnya itu. Dari cara bosnya memperlakukan gadis itu ketara jika Ia orang yang spesial dan harus diperlakukan dengan baik. Mengingat Alvin orang yang kejam, mereka harus menjaga sikap sebaik mungkin.
"Selamat pagi Tuan dan Nona." Sapa mereka.
"Pagi." Jawab Alvin singkat dengan wajah datarnya dan Aya tersenyum tipis. Alvin langsung merangkul pinggang Aya untuk di bawa ke ruangannya.
Aya duduk di sofa. Gadis itu memperhatikan ruangan yang baru pertama kali Ia masuki. Ruangan dengan dominasi warna Abu abu terang yang tertata rapi. Ia melangkahkan kakinya memperhatikan banyak sekali fotonya terpasang di dinding.
"By." Alvin memeluk Aya dari belakang.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Alvin menopang kan dagunya pada kepala Aya. Mencium aroma gadis itu dalam dalam.
"Lagi liat foto."
"Om ada sesuatu buat kamu." Alvin memberikan Aya sekotak besar coklat agar tak merasa bosan.
"Om emang paling ganteng." Kata Aya girang sambil berlari menuju sofa.
"Eh itu tidak gratis. Cium dulu." Aya mencium kedua pipi dan kening Alvin yang ikut duduk di sampingnya.
"Om kerja dulu." Alvin mencium pucuk kepala Aya dan berjalan ke meja kerjanya.
"By tunggu di sini sebentar ya ada yang ketinggalan." kata Alvin saat berada di depan kantornya untuk pulang.
"Iya Om."
Beberapa menit berlalu Alvin kembali. Nafasnya memburu menahan emosi yang menggebu gebu. Ia menahan diri untuk tidak membunuh laki laki yang dengan berani memegang tangan gadisnya itu. Belum sempat Ia sampai, laki laki itu pergi.
"Siapa By?" tanya Alvin dingin.
"nggak tau."
"Siapanya kamu sampai pegang pegang tangan kamu begitu?"
"Bukan siapa siapa. katanya tadi salah orang, dikira aku temennya."
"Ayo pulang." Alvin menggandeng tangan Aya.
Tidak ada obrolan di dalam mobil. Alvin dan Aya sama sama diam.
"Kita kok kesini Om?" tanya Aya saat mobil berhenti di sebuah gedung.
Alvin tidak menjawab. Ia langsung turun dan menyeret Aya untuk masuk ke dalam. Pintu ruangan apartemen terbuka, didalamnya begitu mewah dan tertata. Sekilas Aya melihat banyak fotonya disana. Alvin mencengkram tangan Aya membawanya masuk ke dalam kamar. "Om sakit." keluh Aya dengan tangan yang sudah memerah. Alvin tidak peduli. Ia mendorong Aya hingga berbaring di ranjang.
"Siapa laki laki itu?" bentak Alvin keras membuat Aya terkejut dan meneteskan Air mata.
"Aku udah bilang aku ga kenal Om." kata Aya sesenggukan.
"Kalo ga kenal kenapa dia pegang pegang tangan kamu?"
"Aku udah jujur. Aku udah jelasin."
"Om nggak percaya."
"Terserah Om. Aku mau pulang."
Pintu terkunci. Ia mencoba membuka sandi dengan tanggal lahirnya dan berhasil. Pintu belum terbuka sepenuhnya sudah terdorong untuk tertutup kembali. Tangan kekar Alvin mendorong pintunya cukup keras membuat Aya sedikit terlonjak.
"Mau kemana kamu?"
"Mau pulang."
"Enggak boleh."
"Om aku mau pulang." rengek Aya.
Alvin menggendong Aya untuk kembali ke kamar. Ia menjatuhkan Aya ke ranjang. Memeluk gadis itu sampai tak bisa bergerak sedikitpun. "Om aku mau pulang. Nanti Mommy nyariin."
"Mommy kamu biar Om yang urus."
"Om jahat."
Alvin membalikkan tubuh Aya dengan cepat membuat mereka saling berhadapan.
"Om minta maaf." Alvin mencium kening Aya mendekap kepalanya di dada bidangnya. Pergelangan tangan Aya yang memerah menyita perhatian Alvin. Ia melepaskan dekapannya. Beberapa saat kemudian Alvin kembali. Ia mengolesi tangan Aya dengan obat. Pria melakukannya dengan hati hati dan sesekali meniupnya.
"Masih sakit?"
Aya hanya menggeleng.
"Om minta maaf By. Kamu maafin Om kan?" tanya Alvin dengan wajah memelas.
"Kita pulang nanti sore. Om sudah bilang Mommy kamu." lanjutnya masih tidak mendapat jawaban dari Aya.
"Aku lapar." kata Aya.
"Om masakin. Kamu ga boleh ikut. Nanti kenapa napa lagi."
"Aku mau pasta. Aku ikut. Cuma duduk. Ga akan sentuh apapun." Alvin tersenyum menganggukkan kepalanya. Untuk kali ini Ia mengizinkan Aya untuk makan pasta sebagai permintaan maaf.
Sepiring pasta dan dua gelas jus sudah tersaji di meja makan.
"Kok banyak banget Om." melihat pasta di depannya dengan porsi besar.
"Sepiring berdua. Sama Om."
Alvin menyuapi Aya dan untuk dirinya sendiri. Gadis itu makan dengan lahap. "habis ini minum obat." Aya hanya mengangguk fokus dengan makannya. Alvin tersenyum melihat tingkah menggemaskan gadis itu saat makan. 'Maafkan Om By. Om menyakitimu. Om lepas kendali.' Batinnya sendu.
Sorot matanya berubah tajam seketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
'Siapapun tidak boleh menyentuhmu.'
Batinnya penuh tekad.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Ina Karlina
waduh posesif banget ni om Alvin ..bucin akut sama anak asuhnya..sampe ga boleh di lihat apalagi di pegang ..langsung ngamuk dia 😁😁😁
2025-02-26
0
Riska Wulandari
jangan ciam cium mulu om..🤭
2022-05-08
1
Sufi Aima
wow posesif, i like...
2021-10-01
0