Lama Vin-vin berada di jok belakang motor Ivan, dia sama sekali tak memperhatikan jalan yang dia lalui bersama guru pujaannya.
Lamunannya terlalu sibuk dengan pikiran tentang tunangan Pak Ivan yang sudah meninggal setahun yang lalu.
Bagaimana mereka berdua melalui hari-hari mereka?
Dan bagaimana Pak Ivan memperlakukan tunangannya?
Mereka berdua pasti sangat romantis...
Vin-vin benar-benar penasaran tapi juga kesal, dia takut jika kenyataannya Pak Ivan sangat mencintai tunangannya itu dan mereka selalu bersama, ke mana-mana berdua, memadu kasih... aaahh membayangkannya saja Vin-vin merasa kesal dan marah, cemburu lebih tepatnya.
'Ckiiitt.... ' Tiba-tiba motor Pak Ivan berhenti, hingga membuat Vin-vin terkejut. Helmnya bahkan bertubrukan dengan helm yang di kenakan Pak Ivan.
"A-ada apa Pak?" tanya Vin-vin bingung.
Ivan melepas helm nya, merapihkan rambutnya yg sedikit panjang di bagian poni, lalu menoleh ke arah Vin-vin yang duduk di belakangnya.
"Kamu kenapa sih?" tanyanya.
"Kenapa?"
"Dari tadi saya tanya, kamu diam aja."
"Oh, maaf Pak... tanya apa?"
"Saya kan nggak tahu rumah kamu Vin-vin."
"Oh iya, lupa... hehehe..." Vin-vin memaksakan tawa garingnya. Namun saat sadar ada hawa dingin menusuk kulitnya, dia langsung memandang sekitar.
"Lho, kita kok ada di sini?" Vin-vin terkejut karena ternyata Pak Ivan menghentikan motornya tak jauh dari sebuah pantai.
"Saya bingung... waktu motor jalan terus malah sudah sampai di sini." Pak Ivan turun dari motor dan meninggalkan helmnya di atas motor, lalu dia duduk di pinggir jalan sambil melihat pantai yang berada tak jauh dari tempatnya berada.
Vin-vin pun mengikutinya dan duduk persis di sampingnya.
Pak Ivan hanya diam sambil menatap deburan ombak di tengah laut, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
Jangan-jangan dia sedang merasa rindu pada Rina?
Membayangkan itu, Vin-vin hanya bisa menghela napas.
"Kenapa dari tadi menghela napas terus?" tanya Pak Ivan sambil memandang Vin-vin.
"Aku hanya... hanya membayangkan bagaimana rasanya jadi tunangan Pak Ivan..." Vin-vin tertunduk.
Ivan hanya tersenyum.
"Kalian sudah kenal lama?"
"Kami kenal sejak SMA..."
Vin-vin mengangguk, "bagaimana dia bisa meninggal?"
Ivan terdiam, ingatannya terbang ke masa satu tahun yang lalu.. buru-buru dia memejamkan matanya.
"Ayo kita bicara yang lain saja."
Ivan melihat jam yang melingkar di tangannya,
"sudah hampir jam 4 sebaiknya kita pulang."
"Yah... tapi ini baru sebentar... baru juga ngobrol!"
"Sudah sore Vin!" ucap Pak Ivan dengan tegas.
Vin-vin cemberut tapi tetap berjalan mengikuti gurunya.
"Pakai helm nya."
"Nggak mau ah!"
"Kenapa?"
"Nggak mau pake helm nya orang lain! aku mau pake helm ku sendiri."
"Jangan aneh-aneh! perjalanan kita masi jauh."
"Ya sudah aku nggak pakai helm!" Vin-vin melipat tangannya di dada.
"Dasar anak kecil! egois!" kesal Ivan.
"Jangan panggil aku anak kecil!" ucap Vin-vin agak emosi.
"Terus panggil siapa? Siva?" Pak Ivan terkekeh.
"Pak Ivan! sebel aku!!" Vin-vin kesal sambil terus-terusan memukul dada gurunya dengan pelan.
Bukannya takut, Ivan malah tertawa terbahak-bahak dan itu membuat Vin-vin makin kesal.
Melihat anak muridnya begitu kesal, Ivan tersenyum lalu menangkis pukulan ringan Vin-vin dan menggenggam pergelangan tangannya.
"Nanti Saya beli helm couple lagi, buat kamu pakai. Sementara pakai ini dulu ya..."
"Beneran?" Vin-vin memandang Ivan penuh selidik.
"Iya." jawab Ivan singkat.
"Janji!" Vin-vin mengangkat jari kelingkingnya.
"Dasar anak kecil!" dengus Ivan sambil menautkan kelingkingnya dengan milik Vin-vin.
"Jangan panggil..."
"Iya, iya Siva! hehehe.."
Vin-vin makin cemberut, bibirnya mengerucut dengan sangat lucu membuat Ivan makin gemas.
namun Ivan harus bisa menahan dirinya, dia tak boleh terbawa suasana.
"Sudah, pakai helmnya sekarang."
Kali ini Vin-vin menurut, dia memakai helm bekas tunangan Ivan dengan terpaksa.
Vin-vin naik ke jok belakang motor Ivan, kemudian melingkarkan tangannya di perut sang guru pujaannya itu.
Tiba-tiba saja, pipinya merona. Dia tersipu malu karena merasakan bagian perut gurunya yang berotot. Walaupun Pak Ivan berbadan sedikit ramping, namun tubuhnya sangat atletis dan kencang.
"Ehem!!" Pak Ivan berdehem dengan sangat kencang, namun Vin-vin tak menyadarinya.
Akhirnya dia mencubit punggung tangan anak muridnya itu.
"Auch... ah .. sakit Pak..." Vin-vin melepaskan tautan tangannya dan mengusap-usap punggung tangannya yang memerah karena cubitan guru pujaannya itu.
"Katanya suruh pegangan, sudah pegangan salah pula!" gerutu Vin-vin.
"Pegangan boleh, tapi jangan elus-elus juga! aku ini lelaki normal Vin!" Pak Ivan memakai helmnya berusaha menutupi rona merah di wajahnya.
"Kan aku anak kecil, masa sih Pak Ivan bisa terpancing gara-gara di elus anak kecil..." Vin-vin tersenyum di kulum karena berhasil menggoda guru pujaannya.
Ternyata Pak Ivan sangat lucu jika merasa malu, dan Vin-vin senang karenanya.
"Awas kamu nanti!" geram Pak Ivan.
Dia pun mulai memutar stater motornya lalu melajukannya dengan kencang, membuat Vin-vin tersentak dan dengan cepat mencengkram ujung jaket Ivan.
"Pak Ivan!! jangan ngebut!" teriak Vin-vin.
Ivan pun menurut dan memperlambat laju motornya, "Saya takut kamu kesorean sampai rumah."
Vin-vin mengeratkan pelukannya, dan menempelkan kepalanya di pundak Ivan.
"Nggak apa-apa telat, yang penting bisa bersama Pak Ivan lebih lama," ucap Vin-vin.
Ivan diam, walaupun sebenarnya dia mendengar semuanya.
Dia masih bingung dengan perasaannya sendiri. Apakah dia akan membalas perasaan muridnya atau mengacuhkannya.
Namun tak bisa di pungkiri, dalam lubuk hati yang terdalam, Ivan merasa ada sedikit perasaan untuk anak muridnya itu.
Ivan masih ragu... mungkin belum siap menjalin hubungan kembali, atau mungkin dia belum bisa melupakan Rina.
Ivan menarik napasnya lalu menghembuskannya dengan kencang.
"Ke mana lagi Vin?"
"Eh? ehm.. belok ke kanan..."
Ivan membelokkan motornya sesuai perintah Vin-vin.
"Ke kiri pak! ke kiri!" ucap Vin-vin tiba-tiba.
Ivan sedikit terkejut dan menghentikan motornya secara mendadak, membuat Vin-vin tersentak dengan keras menubruk punggung Ivan.
Ivan merasakannya, benda kenyal itu menubruk punggungnya, membuat Ivan otomatis merona.
"Sial..." batinnya.
"Berikan saja alamatmu! biar nggak perlu kasih petunjuk yang menyesatkan begitu!" kesalnya.
"Iya Pak.." Vin-vin menurut dan memberikan alamat rumahnya dengan lengkap.
"Tas ransel kamu di mana?"
"Eh? di sini." Vin-vin menunjuk tas ranselnya yang menggantung di punggungnya.
"Putar taruh di depan!" titah Pak Ivan.
"Kenapa?"
"Sudah nurut aja!" kesal Ivan.
"Nggak mau ah! bikin aku jadi nggak bisa peluk Pak Ivan!"
Ivan membalik badannya dan dengan paksa melepas tas ransel Vin-vin lalu memakainya sendiri.
"Pak Ivan apa-apa an sih!"
"Kalau nggak nurut, saya turunin di sini!"
Vin-vin cemberut karena dia jadi kesulitan memeluk gurunya karena terhalang tas ransel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dasar vin-vin kesempatan kamu ya bikin pak guru salting🤣🤣🤣🤣
2022-11-12
0
Triple R
mentok ya pa ivan hangat lagi
2021-10-11
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Semangat kk
panggil Aku Vin.....
13 mantan Ry mampir next
2021-10-05
0