"Pagi Pak Ivan." Vin-vin menyapa guru pujaannya dengan riang. Dia sengaja berjalan tepat di samping gurunya itu.
"Pagi Vin!" jawab Pak Ivan cuek.
"Semalam tidur nyenyak Pak?"
"Bukannya kamu ya? yang tidur nyenyak?" Pak Ivan melirik anak muridnya.
"Hehe.. maaf Pak, kemarin nggak tahu kenapa rasanya capek banget, makanya aku langsung tidur gitu aja."
"Kamu pasti capek karena berjalan jauh kemarin." Pak Ivan menyahut ucapan Vin-vin tanpa memandangnya. Tatapan matanya bergerak ke kanan kiri, khawatir jangan sampai ada yang memperhatikan mereka berdua dan menjadi bahan gosip di sekolah.
"Nggak kok, nggak capek. Hari ini mau jalan lagi juga boleh."
Ivan menepuk keningnya, "hari ini saya bawa motor kok."
"Okay, berarti nanti Pak Ivan bisa anterin aku pulang dong."
Kali ini Ivan menyugar rambutnya yang sudah rapih hingga sedikit berantakan, dia merasa sudah salah bicara, hingga membuat muridnya ini mengambil kesimpulan sesuai keinginannya.
"Sepertinya hari ini..."
"Eits! nggak boleh ingkar janji!" Vin-vin melotot, dia berpura-pura marah.
Ivan menghela napas, dia memang sudah berjanji kemarin, tapi itu karena terpaksa. Tapi yang namanya janji tetap janji, walaupun itu di ucapkan dengan terpaksa.
"Aku akan tunggu Pak Ivan di ruang guru seperti kemarin, saat bel pulang sekolah berbunyi!" ancam Vin-vin.
"Oke! oke! tolong jangan ke ruang guru lagi."
"Terus di mana? lapangan basket dekat parkir motor?"
"No! jangan! tunggu saya di.. di.. di cafe d'best yang ada di ujung jalan."
"Kenapa?" Vin-vin tampak bingung.
"Vin! Saya guru dan kamu itu murid. Saya nggak tenang kalau nanti sampai ada gosip miring tentang kamu, tentang kita..." bisik Pak Ivan.
Vin-vin terdiam, nampak sedang berpikir.
"Saya nggak bohong, Saya pasti temui kamu di sana. Kamu kan ada nomer saya!" Ivan berusaha meyakinkan Vin-vin.
"Oke. Nanti kita ketemu di sana! awas jangan bohong!" Ancam Vin-vin sambil berlari meninggalkan guru pujaannya yang masih mematung memandanginya.
Ivan menghela napas, merasa tak berdaya.
"Ini yang terakhir gue ketemu bocah itu di luar sekolah! nggak ada lagi lain kali!" gerutunya sambil melanjutkan perjalanannya menuju ruang guru.
.
"Vin-vin!"
Vin-vin yang sedang berjalan santai menuju kelasnya, seketika berhenti saat mendengar suara orang memanggil namanya.
"Lo Vin-vin kan? anak XI IPS 4?!"
"Iya, ada apa ya?" tanya Vin-vin bingung saat beberapa murid wanita mendekatinya.
"Gue senior Lo! nggak ada hormat-hormatnya Lo ke senior!" Ketusnya sambil mendekati Vin-vin di ikuti beberapa cewek yang ada di belakangnya.
"Oh, maaf kak. Ada apa ya?"
"Ikut gue!" titahnya sambil berjalan mendahului Vin-vin.
Dengan terpaksa Vin-vin patuh dan mengikuti para seniornya itu.
Ternyata Vin-vin di bawa ke halaman belakang sekolah yang sepi.
'Bruk!'
"Aahh! apa-apaan kalian?!" Vin-vin memekik kaget, saat dirinya di dorong dengan keras hingga dia jatuh terduduk di tanah lembab yang di tumbuhi rumput-rumput liar.
"Denger ya! jadi cewek jangan kecentilan deh! dari kelas X gue perhatikan Lo selalu nempel sama si Axel! cowok paling ganteng di sekolah! sekarang ada Pak Ivan, Lo mau embat juga! dasar cewek centil! ngerasa cantik Lo! hah!"
"A-aku... aku nggak..."
"Halah! nggak usah ngelak deh! kita semua liat, Lo kemarin ngejar-ngejar Pak Ivan sampai pulang sekolah pun ngintilin terus! nggak malu Lo jadi cewek! murahan!!" si kakak senior yang tersulut emosi mengangkat tangannya hendak menampar Vin-vin yang masih terduduk di tanah dan tak berdaya.
"Hei!!!"
Spontan kakak senior yang hendak menampar Vin-vin terkejut, tangannya bahkan sampai terhenti di udara.
Suara langkah kaki berlari dengan cepat menghampiri Vin-vin, tangan kekarnya mendorong si kakak senior hingga dia jatuh terjengkang ke belakang.
"A.. Axel..." gumam Vin-vin saat melihat Axel sudah berada di dekatnya.
"Kamu nggak apa-apa kan?" tanyanya khawatir. Dia pun membantu Vin-vin agar bangun dan ikut membersihkan beberapa rumput dan tanah yang menempel di kaki dan tangan Vin-vin.
"A-aku.. aku nggak apa-apa..." ucap Vin-vin lirih, namun matanya memerah, dia berusaha menahan tangis karena ketakutan.
Melihat itu, Axel naik darah. Belum pernah dia melihat Vin-vin seperti ini sebelumnya, selama bersamanya Vin-vin selalu tersenyum bahagia.
Axel menatap seniornya yang masih terduduk di atas tanah yang lembab itu, dengan penuh emosi dia mendekat dan mencengkram kerah baju si kakak senior hingga dia menjerit ketakutan.
"Jangan berani-berani Lo macem-macem ke Vin-vin! Gue nggak akan diam aja walaupun Lo cewek! paham Lo!" teriak Axel. Tinjunya bahkan sudah mengepal dan hampir saja melayang ke pipi mulus kakak senior yang sudah memejamkan matanya karena ketakutan.
"Axel!"
Teriakan Vin-vin menyadarkan Axel dan membuatnya menghentikan niatnya untuk mendaratkan bogem mentah di pipi kakak seniornya.
"Jangan Xel! jangan! please!" Vin-vin langsung memeluk Axel dari belakang berusaha mencegahnya.
"Jangan sampai kamu di hukum karena ini..." bisik Vin-vin sambil terisak di punggung Axel.
Emosi yang tadi memuncak di dada Axel, seketika mereda, dia berusaha mengatur nafasnya dan dengan perlahan melepaskan cengkeramannya di kerah baju sang kakak senior.
Karena merasa sudah terlepas dari cengkraman Axel, si kakak senior tadi langsung bangun dan berlari ketakutan diikuti teman-teman nya yang lain, yang dari tadi hanya menonton tak berani mendekat untuk membantunya.
"Xel..."
Axel masih diam, dadanya masih naik turun menahan emosi.
"Maaf ya Xel..."
"Kamu nggak salah apa-apa kok!" ketus Axel.
Lalu dia berbalik dan menatap Vin-vin.
"Ayo balik ke kelas, atau kamu mau pulang? aku antar..."
Vin-vin menggelengkan kepalanya, "aku mau ke kelas aja."
Axel menghela napas, "aku antar ya..."
Vin-vin memaksakan senyum agar Axel menjadi tenang, "tentang yang tadi, jangan ceritakan ke siapapun ya, apalagi papi dan mamah aku..."
Axel mengangguk tanda setuju, "tapi aku nggak akan tenang kalau kamu jauh dari pandangan ku.. pulang sekolah, aku langsung ke kelas ya, aku anter kamu pulang. Aku nggak mau kejadian seperti ini terulang lagi."
Vin-vin mengangguk lalu berjalan beriringan dengan Axel menuju kelasnya.
Hari ini sepertinya rencana nya untuk pulang bareng Pak Ivan gagal lagi, tapi tak apa-apa masih ada lain kali. Axel terlihat begitu marah dan tertekan, Vin-vin tak bisa mengabaikannya apalagi dia baru saja menolongnya.
"Vin,"
"Hmm?"
"Kenapa mereka melakukan itu? kamu buat salah ke mereka?" tanya Axel lirih.
Vin-vin menggelengkan kepala, "aku juga nggak tahu, tiba-tiba mereka mendorongku dan berteriak-teriak katanya aku kecentilan karena sudah merebut Pak Ivan dan kamu... cowok paling ganteng di sekolah..."
"Dasar cewek-cewek gila!"
Vin-vin hanya tersenyum kecut.
"Pokoknya mulai sekarang, aku akan mengawal mu seharian penuh! jangan keluar dari kelas saat jam istirahat sampai aku datang! jangan pulang sekolah duluan sampai aku jemput! ingat itu! kalau nggak aku bakal laporin kejadian tadi ke Papi Al!" titah Axel.
"Iya Xel..." Vin-vin mendesah pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
ɾιɳι🖤
untung axel dtg tepat wktu😌
2021-09-29
0
Atieh Natalia
Axel baik tp sayang author nya udah kasih jodoh buat Vin vin guru ivan
2021-09-29
0
🎮 ⏤͟͟͞ROcthie ଓε⚽🏚€
Terima kasih Axel 🤗🤗🤗
2021-09-26
2