Ivan melirik jam tangannya, lalu melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja kerjanya.
Sepi...
Sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi, tapi Vin-vin sama sekali tak menghubunginya. Biasanya dia selalu mengirim chat atau menelpon, namun kali ini sunyi sekali. Ada apa dengan Vin-vin?
'Apa terjadi sesuatu dengannya?' batin Ivan.
Entah kenapa di hatinya terbersit rasa khawatir pada murid yang selalu mengganggunya itu.
Ivan pun merasa heran sendiri, bukannya dia malah seharusnya senang karena orang yang selalu mengganggunya tak muncul lagi?
"Aahh.. sudahlah, nanti juga akan ketemu di cafe," gumam Ivan pada dirinya sendiri.
"Pak Ivaann..."
Ivan tertunduk makin dalam di antara kertas-kertas laporannya. Suara ini adalah suara yang sangat dia hapal, dan sangat dia hindari.
Namun apa daya, mereka bekerja di tempat yang sama dan ruangan yang sama, sekeras apapun Ivan berusaha menghindarinya, dia tak akan bisa.
"Pak Ivan, gimana motornya sudah selesai? sudah jadi?"
"Oh, Bu Yosephine... iya sudah jadi," jawab Ivan sambil memaksakan senyum.
"Ooh.. kebetulan sekali, hari ini giliran motor saya yang di service. Bagaimana kalau Pak Ivan bantu saya?" Bu Yosephine langsung berdiri tepat di samping meja kerja Ivan.
"Ehm, bantu apa ya Bu?"
"Bantu antar saya pulang, ambil motor di bengkel. Terus kita nanti bisa makan dulu, bagaimana?"
Kali ini alasan apa lagi yang harus di pakai Ivan agar bisa menolak ajakan Bu Yosephine. Ivan tersenyum kaku, bingung.
"Bu Yosephine ini terlalu agresif, Pak Ivan nya jadi takut kan itu..." Celetuk Pak Anis dari meja kerjanya.
Bu Yosephine melirik sinis ke arahnya, "nggak usah ikut campur deh Pak Anis!"
Lalu dia menatap kembali guru pujaannya yang masih mematung di kursinya.
"Gimana Pak Ivan? bisa ya?"
"Mm.. maaf sekali Bu Yosephine, tapi saya benar-benar sudah ada janji sepulang sekolah nanti."
Bu Yosephine tampak cemberut, dia menatap tajam ke arah Ivan.
"Bener? bukan karena ingin menolak ajakan saya?"
"Betul Bu lagi pula sepulang kerja kalau bukan urusan yang sangat penting, saya malas. Saya lebih suka istirahat di apartemen saya."
"Aahh..." Bu Yosephine tersenyum, "saya juga nggak suka ke mana-mana sebenarnya. Lebih enak di rumah aja. Bagaimana kalau..."
"Aduh, maaf Bu, saya harus buru-buru. Permisi " Ivan dengan segera bangkit dari duduknya, sambil memandang jam tangannya berpura-pura sibuk. Dia enggan mendengarkan ucapan Bu Yosephine yang sepertinya mulai ngelantur dan nggak jelas dan berbahaya.
Dengan langkah yang sangat lebar, Ivan meninggalkan ruang guru tepat saat bel pulang sekolah berbunyi.
Ivan pun menghela napas dengan lega.
Ivan berjalan menuju gerbang sekolah, dia akan menuju area parkir motor untuk mengambil motornya dan langsung ke cafe d'best, tempat dia janjian dengan murid bawelnya -Vincia-.
Namun langkahnya terhenti saat dia melihat, Axelio -cowok yang selalu ada di dekat Vin-vin- berlari menuju kelas XI IPS 4.
Tak lama kemudian, dia melihat Axel sudah berjalan di samping Vin-vin, tangannya bahkan mendarat di pundak Vin-vin.
"Mesra sekali? bukan pacar tapi sedekat itu?" batin Ivan.
Ivan sengaja menghentikan langkahnya sekejap, menjaga jarak agar Vin-vin tak melihatnya. Setelah itu dia berjalan menuju area parkir dan ternyata Vin-vin juga sedang berdiri di pintu keluar area parkir motor, lagi-lagi Ivan menghentikan langkahnya.
Setelah Axel datang dengan motor maticnya, Ivan melihat Vin-vin langsung naik di jok belakang dan mereka berdua langsung pergi begitu saja.
Ivan menatap kepergian motor putih itu hingga hilang dari pandangannya. Tanpa sadar dia sudah berkacak pinggang.
"Gue... di kerjain sama bocah bau kencur itu?!" geramnya sambil tertawa miring.
"Konyol!" kesalnya sambil berjalan masuk ke area parkir untuk mengambil motornya.
Ivan melajukan motornya dengan kencang, dan dengan sengaja dia mengambil rute yang sama dengan Axel, saat melihat motor putih yang di naiki Axel dan Vin-vin, dengan sengaja dia memicu motornya dengan kencang dan melewati mereka berdua.
Dia kesal, entah kenapa dia merasa kesal.
Mungkin harga dirinya terasa di injak-injak oleh Vin-vin, bocah bau kencur yang bahkan belum berumur tujuh belas tahun. Dan yang paling mengesalkan dari semua itu adalah rasa marahnya. Kenapa juga dia harus marah?
bukankah dia seharusnya senang, karena dengan begitu dia bisa bebas dari belenggu murid nya itu.
Ivan seharusnya tak perlu kesal.
"Sial! kenapa gue harus merasa kesal! konyol!" teriaknya lirih.
...***...
"Tlililit... tlililit..."
Dengan cepat Ivan menghampiri ponselnya yang tergeletak di atas sofa, namun saat melihat nama yang tertera di layar, dia langsung merasa kecewa.
"Kenapa?!" ketusnya.
"Lagi PMS ya brot!" balas orang di seberang tak kalah ketus.
Ivan hanya mendesah, dia makin kesal dengan tingkahnya sendiri yang mulai konyol.
'Kenapa juga gue jadi uring-uringan gini sih!' gerutunya dalam hati. Dion sahabatnya sejak SMA yang tak punya salah malah kena semprot.
"Sorry Yon, ada apaan?"
"Lo kayaknya lagi ada masalah ya?"
"Nggak kok, cuma capek aja."
"Nongkrong aja yuk," ajak Dion. "Biar Lo fresh nggak mikir kerjaan mulu! bikin cepet keriput tau! ntar murid Lo pada kabur lagi lihat muka gurunya yang nggak ganteng lagi."
Ivan memilih diam, Dion bagaikan menyiram bensin dalam percikan api kemarahan di hati Ivan.
"Di mana?" tanya nya.
"Di cafe tempat murid Lo kerja itu aja, siapa tahu gue bisa ketemu dia lagi."
Ivan terdiam lagi. Bingung.
Dia tak ingin bertemu dengan Vin-vin, namun dia juga penasaran kenapa Vin-vin mengingkari janji yang sudah mereka sepakati tadi pagi. Coba kalau Ivan yang berbuat demikian, Vin-vin pasti marah dan dengan nekat mendatanginya ke ruang guru.
Tanpa sadar Ivan tersenyum, mengingat kejadian itu, lalu sedetik kemudian dia terdiam dan merasa konyol.
"Jangan Cafe itu, yang lain aja!" walaupun hati Ivan ingin sekali datang ke tempat itu, tapi dia berusaha menjaga harga dirinya.
"Gampang lah Bro, yang penting kita keluar dulu, urusan ke cafe mana masalah belakangan."
"Tapi Lo jemput gue ya, gue lagi malas bawa motor."
"Hmm... tumben banget Lo minta di jemput. Oke lah gue ke rumah Lo jam 7."
Ivan menutup sambungan telponnya dan menatap lama layar ponselnya yang sudah mati.
Apakah lebih baik dia ke Cafe itu dan bertemu Vin-vin? tapi dia harus memasang muka bagaimana? cuek? atau menanyakan masalah janjian di cafe d'best yang batal?
"Argghhh!!! kenapa gue harus pusing mikir masalah nggak penting ini!!!" Teriaknya sambil menjambaki rambutnya sendiri.
"Mending gue mandi!" Ucapnya akhirnya, sambil bangun dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi.
Dia ingin mengguyur kepalanya agar bisa berpikir normal kembali seperti biasanya.
Vin-vin benar-benar sudah membuatnya menjadi orang yang sangat konyol dan tak bisa berpikir jernih.
"Dasar bocah!!!" Teriaknya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
makanya kalo suka itu jujur aja,gengsi aja dingedean,,
2022-11-12
0
Triple R
wkwkwkw ivan baper di ghosting sama vinvin
2021-10-11
0
ɾιɳι🖤
pak guru ganteng dilema🤣
2021-09-29
0