"Kamu serius nggak pulang bareng aku?" tanya Axel lagi meyakinkan Vin-vin.
"Iya Xel, kamu tenang aja. Aku pulang sama Eemmuut kok..." Vin-vin langsung menggandeng tangan Mutiara.
Mutiara pun tersenyum sambil mengiyakan. Senyum canggung sebenarnya karena dia hanya bersandiwara. Tadi sebelum jam pulang sekolah, Vin-vin sudah meminta bantuannya agar berbicara pada Axel bahwa mereka akan pulang bersama.
Mutiara awalnya tak setuju, tapi siapa sih yang bisa menolak permintaan Vin-vin? dia selalu memiliki cara membuat Mutiara luluh. Dia berjanji akan memberikan foto Axel yang paling tampan ke Mutiara dan berhasil membuat Mutiara akhirnya mau membantunya.
"Tapi kamu serius loh ya! beneran harus hati-hati!" pesan Mutiara setelah melihat Axel pergi.
"Yaelah Mut, emangnya Pak Ivan lelaki macam apa sampai kamu bicara kaya gitu!"
"Aku bukan lagi ngomongin Pak Ivan, aku lagi ngomongin kamu. Kalau nanti ada apa-apa atau kamu ketemu kakak kelas yang songong kemarin, kamu harus langsung telpon aku atau Axel!"
Vin-vin tersenyum sambil mengangguk, ya memang tak ada satu rahasia pun antara Vin-vin dan sahabatnya ini, bahkan kejadian kemarin yang sempat membuat Vin-vin ketakutan pun Mutiara tahu.
Mutiara mengantar Vin-vin sampai di depan pintu masuk cafe.
"Coba liat, Pak Ivan sudah ada di dalam belum?" perintah Mutiara.
Vin-vin melongok ke dalam cafe lewat jendela kaca, "ada kok. Itu lagi duduk sendiri..." jawab Vin-vin sambil nyengir kuda.
"Ck! sebel aku kalau lihat kamu nyengir gitu!" Mutiara manyun sambil mencubit gemas lengan Vin-vin.
"Aa... aaduhh..." Vin-vin mengaduh kesakitan tapi tetap meringis senang.
Mutiara memutar bola matanya dengan jengah lalu berjalan menjauhi Vin-vin. "Selamat bersenang-senang, ingat minta Pak Ivan anter kamu pulang sampai depan rumah!"
"Siap Bos!" ucap Vin-vin senang, dia pun mengantar kepergian Mutiara dan motor maticnya dari parkiran cafe. Setelah itu dengan cepat dia berjalan masuk ke dalam cafe untuk menemui guru pujaannya.
"Maaf nunggu lama ya Pak?" Vin-vin duduk persis di depan Ivan sambil tersenyum bahagia.
Dalam hati Ivan merasa lega karena bisa melihat senyum ceria itu lagi.
Ivan masih diam sambil memperhatikan wajah Vin-vin, matanya memang masih sedikit bengkak, mungkin tadi pagi lebih bengkak lagi.
Benarkah Vin-vin menangis semalaman? karena perkataannya kemarin?
"Kok Pak Ivan diem aja?"
"Oh, iya. Maaf saya malah ngelamun."
"Hmm... malah ngelamun lagi."
Ivan berdehem, mencoba menghilangkan groginya. Kenapa juga dia merasa grogi? dia hanya sedang bersama anak kecil?!
"Kamu mau makan apa?"
"Pak Ivan makan juga?" tanya Vin-vin balik.
"Kamu itu di tanya malah balik nanya."
"Nggak usah makan, Pak Ivan anterin aku ke supermarket aja."
"Ngapain?"
"Belanja dong! masa berenang."
Ivan menepuk jidatnya, heran dengan kelakuan anak muridnya yang satu ini.
"Kenapa harus pergi belanja dengan saya?!" tanya Ivan bingung sambil membayar minuman yang tadi sudah di pesanannya di kasir cafe.
"Lho? motor Pak Ivan mana?" Vin-vin berhenti di area parkir cafe dan celingukan mencari motor sport milik Ivan.
"Saya nggak bawa motor," jawab Ivan santai.
"Lha? terus kita pergi nya naik apa?"
"Taksi." Ivan mengambil ponselnya dan mulai memanggil taksi lewat aplikasi ojek online.
Tak lama sebuah mobil warna hitam muncul, lalu Ivan dan Vin-vin pun masuk.
"Setelah belanja, saya antar pulang ya. Lalu hutang saya lunas. Jangan minta di antar pulang lagi."
Vin-vin yang duduk di samping gurunya langsung manyun.
"Kalau gitu, jaketnya nggak akan aku kembalikan!"
"Ya sudah buat kamu juga nggak apa-apa."
Vin-vin makin manyun. Dia harus putar otak supaya punya alasan agar bisa pulang dengan guru pujaannya lagi.
.
"Kamu mau belanja apa?" tanya Pak Ivan sambil memandang Vin-vin yang mengambil troli belanjaan.
"Belanja bahan makanan buat pesta," jawab Vin-vin sambil nyengir.
"Pesta? pesta apa?"
"Bercanda... hehe.." Vin-vin cuek sambil terus berjalan mengambil bahan makanan dan memasukannya ke troli.
Dia mengambil pasta, bumbu pasta, daging, udang, ayam, bumbu masak, beberapa minuman dan makanan instan.
"Kamu beneran mau adain pesta?" Ivan masi tercengang melihat betapa banyaknya belanjaan yang di beli Vin-vin.
Vin-vin hanya diam sambil terus tersenyum. Setelah selesai membayar di kasir, dia mengajak Ivan untuk pergi dari supermarket.
"Oh ya, ngomong-ngomong tentang pesta, bulan depan aku mau ngadain ultah ku yang ke tujuh belas tahun. Pak Ivan datang ya."
Ivan hanya diam, dia tak mau berjanji karena dia tak tahu bisa menepatinya atau tidak.
"Saya panggil taksi dulu."
"Rumah kamu di mana?" Ivan masih berjibaku dengan ponselnya dan memesan taksi online untuk mengantar Vin-vin pulang.
"Jangan ke rumah aku, tapi ke rumah Pak Ivan."
Ivan terkejut, jarinya bahkan terhenti di udara saat mendengar ucapan Vin-vin.
"Mau apa?"
"Mau masak ini..." ucap Vin-vin santai sambil menunjukan sekantong besar belanjaan.
"Kamu... beli ini semua buat di masak di rumahku?"
Vin-vin mengangguk mantap sambil nyengir.
"Nggak, saya nggak butuh itu!" Ivan dengan keras menolak.
"Lalu buat apa belanjaan ini?"
"Bawa pulang saja ke rumahmu."
"Mamah baru belanja kemarin, kulkas di rumah sudah penuh sesak. Ini kan mau buat isi kulkas Pak Ivan. Waktu itu Pak ivan bilang kalau kulkas nya nggak ada isi. Jadi mau aku isi."
Lagi-lagi Ivan menepuk jidatnya.
"Belanjaan sebanyak itu... malah busuk Vin-vin! saya nggak pernah masak."
"Kalau begitu setiap hari aku ke rumah Pak Ivan buat masak. Ide bagus kan?" Vin-vin nyengir makin lebar.
"Ide bagus dari mana?!" gerutu Ivan.
"Udah ayo cepat ke rumah Pak Ivan, keburu ayam dan daging nya busuk kalau nggak langsung masuk kulkas." Vin-vin mendorong Ivan agar keluar dari area super market dan mencari taksi.
Saat melihat taksi berwarna biru yang sedang parkir di pinggiran area supermarket, Vin-vin langsung masuk dan menarik Ivan agar ikut masuk.
"Mau ke mana, dek?" tanya si sopir taksi.
"Ke rumahnya," jawab Vin-vin sambil menunjuk Ivan yang duduk di sebelahnya.
Si sopir taksi melirik Ivan dari spion tengah mobilnya, berpikir sejenak siapa pria itu hingga dia harus tahu di mana rumahnya tanpa di beri tahu.
"Alamat?" tanyanya mencoba sabar.
"Di mana rumah Pak Ivan?"
Ivan terdiam untuk beberapa saat, tapi tatapan Vin-vin dan supir taksi membuatnya merasa sedikit terintimidasi. Akhirnya dengan terpaksa dia mengatakan alamat rumahnya.
"Oke, kita berangkat," ucap si sopir taksi sambil tersenyum puas.
Begitu pula Vin-vin yang tak bisa menyembunyikan senyumnya yang mengembang sangat lebar. Dia merasa puas karena misinya untuk ke rumah Pak Ivan berhasil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Triple R
ya ampun vin vin gercep bner
2021-10-11
0
Rarey
"mau kemana dek?"
"kerumahnya"
lah apa iya supir taksinya tau rumah pak guru ganteng...oalahhh Vin Vin gemes aku 😁😁
2021-09-30
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Vin2 Gercep , Semangat ya kk 13 mantan Ry ngasih 🌻
2021-09-30
1