Satu koper berukuran besar yang berisi pakaian dan kebutuhan lainnya sudah siap untuk dibawa. Tidak lupa Shanum mengingat dan mengecek kembali, barangkali ada barang yang tertinggal.
Dia menatap kamar yang didominasi warna biru langit dan jendela yang dihiasi origami bentuk bintang dengan berwarna senada. Ya, gadis ini menyukai warna biru. Baginya warna biru selaras dengan karakternya yang periang dan ramah. Tanpa orang lain tahu dia sebetulnya menyimpan banyak kesedihan.
"Ayah, aku pasti kangen Ayah nanti," ujar Shanum manja sambil memeluk sang ayah.
Dia begitu menyayangi ayahnya. Baginya ayahnya sosok pelindung. Andaikan tiap waktu ayahnya ada di rumah dia pasti tidak akan terluka, batinnya.
"Hati-hati ya sayang, kalau nggak ada urusan penting atau mendesak jangan pergi kemana-mana, maaf Ayah dan Mama gak bisa mengantarkan kamu," ucapnya lembut sambil mengelus kepala anak kesayangannya.
"Ma, Shanum pamit ya, nanti Shanum dua minggu sekali pulang," ujar gadis itu sambil mencium punggung tangan ibunya.
"Sebulan sekali aja kamu pulangnya, biar hemat. Dari tempat magang kamu ke rumah itu jauh, harus tiga kali naik kendaraan umum. Boros itu namanya," ketus Emily mengecilkan perasaan putrinya.
"Baik, Ma...," Tanpa panjang lebar Shanum menjawab perkataan ibunya karena takut salah bicara.
"Ya sudah, ini di dalam amplop ada uang buat bayar kost satu bulan ini. Dan ini uang saku kamu buat sebulan, ingat harus dihemat ya. Mama juga bekalin kamu beras, jadi kamu tinggal beli lauknya saja kalau makan," ucap Emily kepada Shanum.
"Iya, Ma. Shanum pamit ya, Ma...Yah...."
Dengan diantar sopir ayahnya, Shanum pergi menuju tempat tujuan ditemani kesedihan yang selalu berpihak kepadanya.
...~~~...
at 07.00 pm
"Selamat malam Kak, saya Shanum yang kemarin sudah nego kamar kost via telpon," sapa Shanum sopan.
Dengan pandangan yang aneh, wanita dewasa di depannya melihat dia dari ujung kepala hingga ujung kaki. Seperti orang jahat yang dicurigai, Shanum sekilas merasa tidak nyaman.
Apalagi saat ini dia mengenakan tanktop yang memperlihatkan dada ranumnya, dibalut dengan jaket jeans belel kesayangannya dan dipadupadankan dengan rok jeans sepaha. Memamerkan kulit bening dan mulusnya. Ya dia pikir, yang punya kosan-nya perempuan jadi tidak perlu memakai baju tertutup.
"Selamat malam, ini adek Shanum ya?" tanya seorang wanita ramah.
"Ah, iya Kak," jawab Shanum.
"Ramah juga ternyata," bisik Shanum di dalam hati.
"Namaku Clara, kamu bisa memanggilku dengan panggilan Kak atau Mbak. Aku juga yang jadi pengawas kamu nanti di Butik. Jadi bersikap baiklah selama di sini," jawabnya tegas dan sedikit terdengar seperti nada ancaman.
"Baik, Kak." Hanya itu yang terucap dari bibir mungil Shanum, karena saat ini dia merasa sudah lelah.
"Aku antar kamu ke kamar yang akan kamu tempati, mari..." sahut Clara pada gadis di depannya.
Dengan sekali anggukan sebagai tanda persetujuan, Shanum mengikuti Clara ke dalam rumahnya yang terbilang sangat luas. Wanita itu mengajak Shanum menuju ke lantai dua. Dan dia membukakan pintu kamar sambil menyerahkan kunci pintunya.
"Hati-hati kalau tidur, pintu harus selalu dikunci, karena ini kos-kosan campur laki-laki dan perempuan," kata Clara sambil memberi kode dengan jempol dan telunjuk, sebagai isyarat menagih uang sewa.
"Oh iya Kak, ini." Shanum menyerahkan uang yang dititipkan Emily kepadanya.
Clara menghitung uang tersebut selembar demi selembar, lantas berlalu pergi dari hadapan gadis cantik penghuni baru di rumah sewanya. Selepas Clara pergi, Shanum masuk ke dalam kamarnya.
"Ah... akhirnya bisa istirahat juga," pekik Shanum sambil merebahkan tubuh letihnya di atas ranjang. Ia mengedarkan matanya ke sekeliling kamar yang baginya lumayan luas dengan harga sewa yang tergolong murah untuk daerah dekat pusat kota.
Tanpa menunggu lama, Shanum mengeluarkan handuk dan peralatan mandi dari dalam koper lalu masuk ke kamar mandi. Menanggalkan tiap helai kain yang menutupi tubuh indah penuh keringat. Tanpa sengaja dia melihat tubuh polosnya di cermin, seperti biasa dia berlenggak lenggok, berputar-putar, melihat setiap lekuk tubuhnya, khususnya bagian payud*ra montoknya. Ia sungguh mengagumi tubuhnya sendiri.
"Hmm... padahal aku kurang apa sih, bibir tipis menggoda, dada ranum, bokong semok tapi nggak sekalipun Abna tertarik untuk menyentuhku. Memegang tanganku saja nggak pernah, apalagi mencium bibirku," ocehannya di depan cermin.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
buk e irul
shanum pingin di belai 🤣🤣🌺🌺🌺🌺
2022-03-17
1
🎧Reo Ruari Onsiwasi
iya ayah pasti kangen
2022-02-18
0
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
pen stop tdnya.. tp.. kok gk nahan sih??? kepo banget lhooo😁😁😁
2022-02-16
1