"Ham."
Dodo mendatangi ruangan Ilham. Sejak beberapa hari yang lalu saat Ina mengamuk pada dirinya. Membuat lelaki itu tak tenang. Dia mencoba berkomunikasi dengan Ina yang masih mematung.
Menurut keterangan dokter Jaya, Ina mengalami depresi berat, seperti ada kekecewaan mendalam.
"Iya, do. Ada apa?"
"Kamu kenal sama keluarga yang merawat Ina?"
"Kenal. Itu kan orangtua Gita, do."
Dodo menaikan alisnya "Gita yang mantan tunanganmu. Yang donorkan jantung buat Ina, kan."
"Iya."
"Pantas, ham. Aku seperti kenal sama lelaki dirumah itu."
"Maksud kamu, kak Alam."
"Iya." Dodo langsung kesal saat mengingat bagaimana Alam membuatnya terusir.
"Kenapa wajahmu, do? Jangan bilang kamu cemburu sama kak Alam. Aduh, Do.kamu tenang aja, kak Alam bukan orang yang gampang jatuh cinta. Dia pernah di kejar kak Keisya tapi tetap aja dia lurus ke Gita."
"Aku minta tolong, ham. Tolong cari pengobatan yang bagus buat Ina." Pinta Dodo.
Itu sebagai cara aku menebus perasaan bersalahku padamu,na.
"Kenapa nggak kamu saja yang mencarinya?"
"Aku ... dan Ina .... sudah putus, ham." Jawab Dodo terbata-bata.
"Kok bisa? Pasti kamu selingkuh lagi? kayak waktu sama Mela dulu."
"Maaf, tapi waktu sama Mela itu taktik aku supaya dia mutusin aku. Capek, ham banyak maunya." keluhnya.
Ilham menggelengkan kepalanya. Dia paham Dodo tipe cowok yang cepat gonta-ganti pasangan. Hanya dengan Ina hubungan temannya awet sampai saat ini.
...🍇🍇🍇🍇...
Ilham mendatangkan psikiater untuk pengobatan Ina ke kediaman Gunawan. Yulia mengucapkan terimakasih pada Ilham karena sudah membantunya.
"Nggak papa, tante. Ina itu sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Oke, tante, aku pamit dulu. Mas Fadhil, nanti kabari hasilnya." Pamit Ilham pada mama Yulia dan Fadhil, psikiater yang diantarnya.
Mama Yulia mempersilakan Fadhil memeriksa Ina.
"Bu, sebaiknya Ina lebih sering diajak ngobrol agar dia bisa merespon yang disekitar."
Fadhil menatap Ina lalu membuka sebuah alat.
"Apa yang kamu lihat, Ina?"
"Sebuah cahaya terang. Disana ada beberapa kupu-kupu berlari. Indah sekali." Cerita Ina setelah dihipnotis.
"Apa yang kamu rasakan?"
"Disini lebih tenang. Rasanya aku tak mau kembali."
"Bisakah kamu menceritakan apa yang kamu alami."
Ina menggangguk dalam keadaan dibawah kesadaran.
"Aku melihat mamaku bersama lelaki itu. Sakit rasanya, lebih sakit saat mama bilang aku hanya menyusahkannya."
Mama Yulia kaget mendengar cerita Ina "Ada, ya. Ibu seperti itu. Kasihan kamu, nak."
"Besok ajak Ina kerumah sakit, saya tunggu disana. Kita akan melakukan beberapa terapi. Saya permisi dulu."
"Makasih, dokter sudah bantu Ina."
Mama Yulia mengantarkan Dokter Fadhil sampai depan pintu. Lalu lelaki itu pergi bersama mobilnya.
Sejenak mama Yulia teringat cerita Ina, hatinya mencelos. Ada rasa kasihan pada gadis.
"Kalau dia tidak bahagia bersama keluarganya, biar aku yang mengangkatnya jadi anakku."
Keesokan harinya
Dari jauh Dodo menatap Ina yang sedang menjalani terapi, matanya yang masih kosong seolah membuat dirinya semakin merasa bersalah. Walaupun dari jauh, Dodo merasakan bahwa Ina kepedihan yang mendalam, kepedihan yang dia berikan pada gadis itu.
"Do"
"Eh, iya, Ham." Dodo menyeka air matanya.
"Kamu nangis?"
"Eh, iya...enggak kok. Aku kan laki, masa laki nangis."
"Lah, nangis nggak harus cewek. Kalau kamu nangis itu berarti kamu masih punya hati. Aku juga sering nangis, kok."
"Kamu mah nangisin siti, tapi nggak bertindak. Ntar kalau siti jatuh cinta beneran sama kak Jo, nyahok." balas Dodo meninggalkan temannya.
Satu bulan kemudian
Sudah satu bulan Ina mendapatkan perawatan Terapi dari dokter Fadhil. Perawatan intensif sehubungan dengan Depresi yang dialaminya.
Progres penyembuhan Ina berjalan sangat cepat.
Mama Yulia terus mendampingi Ina, baginya terapi itu sangat membantu.
Seperti yang kita ketahui depresi yang dialami Ina, disimpulkan sebagai post traumatic stress disorder. Dimana itu merupakan Gangguan yang ditandai dengan kegagalan untuk pulih setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan.
Kondisi ini bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan pemicu yang dapat membawa kembali kenangan trauma disertai dengan reaksi emosional dan fisik yang intens.
Kekecewaan Ina saat dikecewakan seseorang. Apalagi Mamanya sendiri yang menorehkan luka itu. Seorang Ibu yang seharusnya melindungi anaknya, tapi tidak didapatkannya.
"Makasih, dok. Atas pengobatannya selama ini." Ucap Ina yang berdiri didepan kamar praktek Dokter Fadhil.
"Sama-sama, Na. Kamu tetap harus kontrol dua minggu sekali, jangan mikir yang sedih-sedih." Nasihat dokter Fadhil.
"Siap, dok. saya pamit dulu." Ina dan mama Yulia meninggalkan ruang praktek dokter Fadhil.
Saat mereka berjalan melewati lorong rumah sakit. Sepasang mata mengikuti Ina dari jauh. Ada lega dalam dirinya melihat gadis itu sudah sembuh. Dia mencoba mendekati Ina tapi diurungkannya.
"Na."
Ina berdiri terdiam. Dia hapal pemilik suara itu, beberapa kali mengatur nafas agar tak terpancing emosi, tangannya mengepal tapi dilepaskan lagi.
"Iya."
"Bisa kita bicara?"
"Disini saja." Ina masih mencoba cuek.
Dodo menghela nafas panjang "Aku minta maaf atas kejadian waktu itu. Aku dijebak ..."
"Kalian suka sama suka kan? Ya, udah nggak usah dibahas lagi, kamu bukan siapa-siapa aku lagi. Kita sudah selesai."
"Oh, ya. Ini aku kembalikan. Mama lebih butuh cincin ini dari aku. Terimakasih.
Yuk, tante kita pulang. Aku sudah lapar." Ina menarik tangan mama Yulia menjauhi Dodo.
Klik
Oooooweeeeeee Oooooweeeeee
Mama Yulia dan Alam bergantian menenangkan Shasa yang sedari tadi menangis. Mereka pikir Shasa lapar, sudah diberi susu tetap saja menangis.
"Ada apa, tante?" Ina muncul ketika mendengar tangisan bayi yang tak kunjung reda.
"Sini, biar aku coba." Ina mencoba menenang Shasa.
"Eeeeh, kamu apain anakku, kamu tuh masih muda nggak ngerti ngurus bayi. sini... entar anakku kenapa-kenapa."
Mama Yulia menggeleng saat melihat sikap Alam yang berlebihan.
Oooooweeeeee .... Ooooweee ....
"Tuh, kan nangis lagi. Aku walaupun anak tunggal tapi paling tidak taulah ngurus bayi." Balas Ina dengan santai.
"Twinkle ... twinkle little Twinkle, Twinkle, little star
how I wonder what you are
up above the world so high
like a diamond in the sky
Twinkle,Twinkle
little star ..."
Tak lama setelah dinyanyikan lagu oleh Ina. Shasa kembali terlelap dengan cantik. Ina menatap lekat bayi berusia 7 bulan tersebut.
Kenapa aku sepertinya merasa dekat dengan mereka.
Seperti aku berada di tempat yang tidak asing.
Kenapa aku seperti merasa sayang sekali dengan anak itu.
Padahal aku baru beberapa hari ini melihat anak ini.
Ina menahan degup jantungnya berdebar kencang saat memegang Shasa.
Aku merasa melihat Gita yang sedang bersama anakku.
Tetap terus pantengin cerita ini.
Teimakasih buat yang sudah mau mampir ke karya receh saya. Tanpa kalian tulisan ini tidak berarti apa-apa.
Jangan lupa likenya
Jangan lupa komennya juga rate
Kalau berkenan bantu vote dan hadiah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
dunia novel itu sempit😉
2022-03-10
0
SyaSyi
sukses selalu buat karyamu
dukung karyaku ya Thor
kisah Aluna
My Kids My Hero
aku dan mantan kekasih suamiku
2021-09-22
0
🌹Dina Yomaliana🌹
cocok lah Dodo kalau sama Kania😏 sama2 suka gonta ganti pasangan hidup, dulu Kania suka sama yg tua, sekarang suka sama berondong, calon anaknya pula🥵🥵🥵🥵 haduhhh, semoga aja ngak ada orang yang seperti Kania di dunia nyata ya kak mel🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2021-09-17
0