Beberapa bulan sebelumnya
"Horeeee!"
"Kita luluuusss"
Teriakan beberapa siswa-siswa SMA NUSA BANGSA menggema di lapangan basket. Beberapa dari mereka ada yang memilih pulang, Ada yang ikut berkumpul ditengah lapangan, ada yang asyik bercengkerama bersama teman-temannya.
Setelah acara pelepasan, kepala sekolah mengizinkan para murid untuk merayakan kelulusan tanpa keributan. Sebagian dari mereka merayakan dengan corat coret.
"Bajunya jangan di corat coret. Kasih pada yang lebih membutuhkan." Ucap pak kepsek yang pusing lihat para murid sudah membubarkan diri. Padahal belum ada instruksi.
Tentu saja hal ini mereka manfaatkan untuk merayakan kelulusan. Apalagi murid XII, mereka berpelukan ala teletubies.
Salah satunya tiga wanita yang merayakan kelulusan dengan corat coret. Mereka adalah Karina, Angel dan Laras. Laras adalah sahabat Karina sejak masuk SMP, sedangkan Angel bersahabat sejak masuk SMA.
Mereka bertiga tidak menghiraukan tatapan dari jauh sambil menggelengkan kepalanya. Semua yang berkumpul di tengah lapangan melakukan kegiatan yang sama. Berbagai warna cat dan coretan spidol yang ada dibaju mereka. Tampak wajah mereka yang berseri.
"Na, kamu dijemput tuh." panggil Laras.
Ina berlari mendekati lelaki yang berdiri didepan tiang gawang basket. Senyum ceria tampak di wajah keduanya. Langkahnya berlari menghambur kearah lelaki itu.
"Kak Rangga kapan pulang ke Indonesia?" serunya sembari memeluk kakak yang disayanginya.
"Seminggu yang lalu."
Ina menepuk dada sang kakak "Jahat, pulang nggak ngabari."
"Males, ah. Kamu banyak mintanya."
"Gitu, ya sama adeknya." Itu menatap tajam kearah sang kakak.
Dia Rangga, Kakak tiriku. Mamaku pernah menikah dengan papa Aryo, papanya kak Rangga. Sejak kecil kak Ranggalah tempat pengaduanku, tempat aku berlindung. Dia menjadi pahlawanku, panutanku, bahkan aku berharap jika menikah nanti punya suami seperti kak Rangga.
Tapi bukan berarti aku suka sama kak Rangga. Nggak mungkinlah, kayak nggak ada laki-laki lain saja. Kalau bisa sih aku dapat yang dewasa. Ya, lagi- lagi lelaki pedomanku adalah kak Rangga.
Sejak papa Aryo meninggal dunia. Kak Rangga pulang ke rumah mamanya. Dulu sebelum dijemput sama Tante Raya, dia ngotot mau ngajak aku ikut tinggal sama dia. Tapi nggak mungkinlah, aku kan masih punya mama.
"Yuk, pulang kakak traktir kamu makan yang enak."
"Bener!" Seru Ina
Rangga mengangguk lalu mempersilahkan sang adik masuk ke mobil. Tatapan Ina kearah kedua temannya, ada rasa tak enak karena meninggalkan mereka begitu saja.
"Kak, ajak mereka, ya. Biar rame. Bolehkan." Ina dengan tatapan memelas membuat Rangga mengiyakan permintaan sang adik.
Padahal aku ingin hanya berdua dengan kamu, na. Karena ada yang ingin aku sampaikan padamu, ah Rangga payah kali kau.
Ina berlari mendekati kedua temannya. Rangga memperhatikan dengan seksama dari balik kaca, terlihat keseruan tiga sahabat. Tatapannya tak pernah lepas dari tubuh mungil yang berdiri. Karena dari kedua temannya hanya Ina bertubuh kecil.
Tampak Ina dan kedua temannya berjalan ke arah mobilnya.
"Ngel, kamu didepan, ya." Ucap Ina sambil membuka pintu mobil.
"Makasih, na. Calon adek ipar yang pengertian." Angel mencubit pipi sahabatnya.
"Ehmmmm.. angel dicariin, kok aku nggak ya. Nggak kasihan aku yang jomblo ini." Laras memecahkan keakraban Ina dan Angel.
Ina memencet pipi laras dengan gemas "kan, ada aku."
Laras menggeleng "Nooo, kamu punya pak dokter, na? siapa namanya...!"
"Dokter Dodoooooo" Teriak Laras dan Angel.
Zreeeet zreeeeet
"Siapa, na?" Tanya Laras mulai kepo
"Kak dodo."
"Ciyeeeee .... yang ditelepon calon suami." Goda Angel.
"Apaan sih, kalian, biasa aja deh."
Laras dan Angel terkekeh melihat reaksi Ina yang risih digoda sama mereka. Mereka tahu hubungan Ina dan Dodo diawali antara pasien dan dokter. Mamanya juga sangat percaya dengan dokter Dodo. sehingga hubungan mereka lancar tanpa hambatan apapun.
"iya kak."
"Oh, Iyakah. Alhamdulillah."
"Iya, Aku akan kerumah sakit sekarang."
Angel dan Laras menatap Ina. Menanti cerita dari Ina.
"Kata kak dodo, dia udah dapat donor jantung buat aku!"
"Aaaaaaa .. Ina selamat, ya. Paling tidak lo nggak akan sakit lagi."
"Amin... makasih, ya, doanya." Laras memeluk Ina dengan erat.
"Kak, aku mau langsung pulang dulu. Traktirnya kapan-kapan saja, kakak masih lama kan diindonesia."
Tak berapa lama mobil mereka berhenti dikediaman Ina, gadis itu turun dari mobil. Netranya menangkap sebuah mobil yang tak asing dimatanya.
Mama sudah pulang.
Ina berjingkrak riang lalu berjalan memasuki rumahnya. Rasanya dia ingin mengabarkan pada mamanya tentang kelulusannya. Paling tidak dia bisa minta mamanya mencarikan kampus yang keren.
"Ma, aku lulus." Serunya saat mendapati mamanya sedang meneguk air mineral di dapur.
"Oooo... baguslah." Reaksi datar yang diberikan Kania membuat gadis itu menahan sesak.
"Kamu ganti baju kita ke rumah sakit. Kata Dodo dia sudah dapat donor jantung buat kamu." Kania melangkahkan kakinya menuju sofa ruang tengah. Kakinya dilipat kesamping menunjukkan betapa mulusnya paha Kania.
Matanya menangkap pakaian yang dikenakan sang mama. Ada rasa tak nyaman dalam penglihatannya. Lingerie hitam yang hanya sebatas paha, Ina bisa menebak kalau mamanya habis berpacaran.
"Jangan bilang tadi ada pacar mama kesini."
"Iya, tadi Edo kesini. Nggak papa, na. Mama kan masih muda, belum 50 tahun."
"Tapi, ma. Ina malu. Mama sudah 3 kali berganti suami. Masih mending papa Aryo daripada David."
Ingatannya melayang saat suami ketiga mamanya mencoba masuk ke kamar anak tirinya. Ketika Ina sedang mengerjakan tugas sekolah, bak seorang pahlawan lelaki itu bilang "Papa mau lihat anak papa belajar."
Tak ada kecurigaan dalam pikirannya saat lelaki itu disampingnya. Tangan david mulai bekerja, membelai rambut anak tirinya, mengecup keningnya, Ina mulai risih berusaha berontak tapi David lebih kuat.
"Pa, jangan." protesnya.
"Tenang, na. Mama kamu sudah tidur, hanya kita berdua disini."
"Toloooong!"
Plaaaakkk
"Diam!"
Mulutnya dibekap, tangan Ina meraih sesuatu yang bisa menyelamatkannya. Sambil berdoa dalam hati.
Bruuuuk!
Seketika David ambruk membuat dirinya sedikit lega. Dengan cepat Ina berlari mencari pertolongan. Tapi saat membuka pintu kamarnya.
"Mama"
"Apa yang kalian lakukan berdua dikamar?kamu mencoba menggoda suami mama, Hah!" Kania muncul didepan pintu kamar putrinya. Tatapannya beralih ke kancing baju Ina yang sudah terbuka.
"Ma...papa David yang menggodaku." Adu nya.
"Mas, kamu nggak papa sayang?" Kania mendekati suaminya.
"Apa yang kamu lihat! Cepat bantu bawa papamu ke kamar!" Ina menghapus air matanya dan membantu mengangkat David yang masih pingsan.
Lamunannya buyar saat bibi yang bekerja dengan keluarganya menyapa.
"Non Ina sudah pulang? Gimana, non lulus nggak?"
"Lulus dong, bi. Siapa dulu, Karina."
"Alhamdulillah, non. Sebagai hadiah buat non, boleh reques sama bibi mau dimasakin apa?"
"Nanti aja, bi. Aku mau siap-siap kerumah sakit. Katanya ada donor jantung buat aku."
"Alhamdulillah, ya, non."
Bibi menatap Ina yang sudah memasuki kamarnya.
Ya Allah semoga non Ina benar-benar mendapatkan donor itu. Kasihan sejak kecil sudah menderita dan tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibu kandungnya.
Berilah non Ina umur yang panjang agar bisa mengejar apa yang dia cita-citakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Radya Arynda
kasihan ina😭😭😭
2024-12-31
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦✍️⃞⃟𝑹𝑨💫⃝ˢᶦ𝐂ɪᴘяᴜт
mampir 2 bab🙏
2024-05-10
3
Nana
ibu tiri kali kok jahat banget
2022-07-06
0