Suasana dikantin hari ini benar-benar ramai. Beberapa mahasiswa hadir untuk mengobati rasa laparnya, sebagian dari mereka ada yang menikmati makanannya, ada yang sedang memadu kasih duduk berdua berhadapan saling menggenggam tangan, ada yang sekedar berkumpul hanya untuk bergosip, ada juga yang membawa tugas kampus sambil ditemani cemilan dan jus pokat.
Laras duduk sendirian sambil berkutat pada gawainya, tugas kampus beberapa hari ini benar-benar menyita waktunya, padahal dia ingin ke rumah Ina untuk mengecek apakah sahabatnya sudah pulang apa belum.
"Mbak ini baksonya sama kerupuk pangsitnya." Ucap seorang pelayan kantin.
Sapaan itu sukses membuyarkan lamunannya. Netranya berputar menatap sang pelayan yang konon jadi idola fakultas Fisip UI.
"Makasih dek, seno. berapa totalnya dek?"
"Bayar disana, mbak." Jawab Seno lalu berlalu dari hadapan Laras.
Entah kenapa semangatnya hilang saat ini. Biasanya dia mendengar cerita dari Ina. Ada saja cerita semangat Ina, apalagi kalau dia cerita tentang dua pria yang sedang mendekatinya yaitu Rangga dan Dodo.
"Kasihan kamu, Na. Kamu mencintai pria yang mengkhianatimu. Padahal ada pria lain yang memberi perhatian lebih dari kak Dodo. Tapi, kalau kamu membuka hati pada kak Rangga nanti persahabatan kita bakal hancur. Kamu tahu kan, Na, kalau Angel sangat mencintai kak Rangga. Ah, entahlah aku juga bingung, kalau aku jadi Ina pasti aku pilih kak Rangga."
Laras masih menarasikan pemikirannya tentang cinta segitiga sahabatnya. Netranya berputar saat melihat dua gadis yang duduk tak jauh darinya. Ada helaan nafas saat melihat pemandangan itu. Sejak 2 bulan Ina menghilang, Angel tidak pernah menghampirinya. Dia lebih sering bersama Lala teman sekelas Angel.
Laras sadar, Angel baik padanya karena ada Ina. Selebihnya Laras sadar diri kalau dia tidak setara dengan kelas status Angel. Hanya Ina yang menerimanya apa adanya, Ina bahkan tidak malu menginap dirumahnya yang tidak ber-AC.
"Kamu dimana, na. Aku kangen sama kamu." gumamnya lirih sambil menyeka air matanya.
"Sama aku juga kangen sama kamu, Ras." Sebuah suara yang sukses membuat Laras kaget.
"Inaaaaaaaa."
Tanpa basa basinya Laras berlari memeluk sosok yang tadi dipikirkannya. Laras mencubit tangannya untuk membuktikan apakah dia sedang bermimpi atau ini kenyataan.
"Ini beneran kamu kan, Na?" Laras masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Iyalah, Ras. Kamu kira siapa? Ayu tingting? Hahahaaha..."
"Bukan, Ras. Aku kira Kathryn bernardo aktris idolaku yang main di got to believe."
"Drakor ya? perasaan aku baru pemain korea dengan nama itu?"
"Bukan, Na. Drama Filipina. Duduk yuk, kamu harus cerita sama aku." Laras menarik Ina duduk sudut kantin. Lalu memanggil Seno untuk memesan makanan buat Ina.
"Kali ini aku yang traktir kamu, Na."
Ina tersenyum, lalu memandang dua gadis yang mulai pergi meninggalkan bangkunya. Dua gadis yang sepertinya tidak melihat kedatangannya atau mungkin mereka tahu tapi tidak menghampirinya.
"Angel kenapa, Ras? Kalian berantem?" Tanya Ina yang melihat Angel pergi bersama Lala tanpa menyapa mereka berdua.
"Nggak tahu, Na. Semenjak kamu nggak masuk kampus, dia jarang nyamperin aku. Ya aku sadar diri, Angel anak orang kaya sedangkan aku anak tukang kue. Dia mau dekat sama aku ya kalau ada kamu saja, Na."
Ina memandang Laras yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Dari semua temannya memang Laras yang terlihat tulus berteman dengannya. Ina memegang tangan Laras guna menguatkan sahabatnya. Karena Ina yakin Angel pasti ada kesibukan lain makanya jarang kumpul dengan Laras.
"Ras, jangan suudzon gitu, bisa jadi Angel memang lagi sibuk. Bukannya dia beda jurusan sama kita."
"Ras, kamu ada mata kuliah nggak?" Tanya Ina sambil mencicipi makanan punya Laras.
"Eh, ini punyaku. Kan makananmu masih on the way." protes Laras ketika Ina hampir menghabiskan baksonya.
"Kamu makan punyaku aja, Ras. Aku laper banget nih."
Laras mengendus kesal saat melihat makanannya habis tak bersisa dilahap Ina. Mau nggak mau Laras akan menyantap Soto kesukaan Ina walaupun dia tak suka toge.
"Togenya dipinggirin aja, Ras." Ina paham Laras rada phobia liat toge. Tapi dia tak bisa menahan tawa saat melihat ekspresi gadis itu membuang toge.
"Kata .. Toge itu bagus untuk kesuburan."
"Kata siapa?"
"Kata mbah gog."
Ina enggan menyebut nama pemilik kata tersebut.
Ina dan Laras berjalan disebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Seperti kebanyakan anak muda lainnya mereka memasuki dari satu toko ke toko lainnya hanya untuk cuci mata. Laras yang suka barang diskonan pun masuk ke dalam kerumunan para wanita penyuka diskonan. Ina memandang beberapa barang brand yang berjejer di etalase toko pakaian pria.
Matanya tertuju sebuah jas kerja yang menarik perhatiannya. Dalam bayangannya sosok itu cocok sekali menggunakan pakaian itu.
Namun matanya membulat ketika melihat bandrol harga jas tersebut.
Selama ini dia sudah banyak membuang waktunya untukku. Apa salahnya sesekali aku memberinya sesuatu. Tapi sepertinya aku mencarinya di tanah abang saja, dompetku tak cukup dengan harga segini.
Ah, kakakku apa kabar, ya? apa dia tahu yang aku alami dua bulan ini. Semoga saja tak tahu, aku tak bisa terus menerus membebani hidupnya. Kasihan kak Rangga sampai sekarang belum menikah karena merasa menjadi waliku.
Apa aku comblangi saja kak Rangga dengan Angel? Aku rasa mereka cocok.
Sementara disudut mall sepasang lelaki dan wanita berusia 30-an sedang duduk disebuah butik pakaian wanita. Lelaki itu lebih memilih menyibukkan diri dengan gawainya. Sementara sang wanita juga lebih sibuk memilih beberapa pakaian yang di pilihkan karyawan toko.
"Kamu bosan, Ga. Tadi aku sudah bilang sama aku, kalau aku bisa pergi sendiri. Lagian aku bukan anak kecil yang harus dikawal terus."
"Tapi, Ji. Kamu itu baru habis operasi, ntar kalau ada apa-apa sama kamu, aku juga yang kena. Kamu juga ngeyel, disuruh istirahat malah keluyuran."
Wanita itu tersenyum melihat perhatian Rangga padanya "Makasih perhatiannya, Tuan Rangga. Tapi aku juga nggak maksa kamu ikut, kan. Aku sudah biasanya melakukan sesuatu sendiri."
Wanita itu adalah Jihan. Dua bulan yang lalu dia terpaksa mengangkat janinnya karena dianggap hamil anggur. Saat itu usia kandungannya memasuki 2,5 bulan. Awalnya dia menolak dikuret, tapi setelah melihat Dodo tak ada itikad baik, Jihan akhirnya mau dikuret.
Rangga dan Jihan saat ini hanya berstatus sahabat. Bagi Jihan, Rangga itu lelaki yang baik. Tapi Jihan sadar diri jika dirinya tak pantas dengan Rangga. Semenjak hamil Jihan mulai sering minder, selalu merasa takut jika ada lelaki lain yang mendekatinya.
"Mbak aku pilih yang ini. Tolong bungkuskan, tapi aku titip dulu disini. Kami mau keluar dulu cari makan."
Si karyawan pun mengiyakan permintaan Jihan. Karena Jihan dan mamanya sudah menjadi langganan di butik. Setelah membayar, Jihan dan Rangga berjalan ke sebuah cafe makanan chinese. Jihan pun memesan kwetiau goreng.
"Ingat jangan makan yang berminyak. Ntar lukamu ngoyak." Omel Rangga sambil menyeruput kwetiau goreng.
Jihan tersenyum mendengar omelan lelaki didepannya. Lelaki yang dianggap sebagai sahabatnya.
"Ras, aku nggak jadi makan. Kita pulang yuk ke rumah kamu." Rengek Ina tiba-tiba di sebuah Cafe makanan Chinese.
"Loh, kok gitu kita sudah pesan makanan dari tadi. sebentar lagi juga sampai."
Ina tanpa permisi pergi meninggalkan laras. Laras hanya bisa menggaruk kepala saat melihat perubahan sikap Ina.
"Inaaaaa"
Laras tergopoh-pogoh membawa tas belanjaan hasil dirinya memburu diskonan. Tampak Ina berdiri di pinggiran pagar kaca.
Perempuan itu kemarin menggoda kak Dodo dan sekarang dia menggoda kakakku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
nerusin ini dulu😂 kangen ma ina...
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-14
0
MAY.s
Visualnya pake Kathryn bernardo sama Danil padiella jg sekalian tor😅
2022-01-24
1
Yeni Eka
Oh, Jihan waktu itu hamil anggur
2021-11-08
0