Episode ini mengandung 21+
"Sayang"
Dodo tersentak saat sebuah tangan mengalung di pinggangnya. Matanya melirik kanan kiri takut ada yang melihat. Dodo tahu yang terjadi diantara mereka salah. Tapi dia juga butuh belaian mesra, itu tidak didapatkannya dari Ina.
"Kania, kamu ngapain? Nanti kalau Ina bangun bagaimana?"
Kania makin erat memeluk kekasih putrinya. Ada kerinduan yang mendalam dirasakan wanita 45 tahun itu. Hasrat nikmat yang sudah lama tak mereka lakukan.
"Aku kangen sama kamu, do. Emang kamu nggak kangen sama aku."
Dodo membelit tangannya dipinggang Kania. Lama mata mereka saling bertabrakan. Keduanya saling tersenyum. Kania memberi kecupan kecil dibibir lelaki itu, Dodo menyambut dengan mencium Kania lebih intim. Suara lengguhan terdengar bergantian.
"Dimana kita main." Bisik Kania.
Tangan Kania memainkan milik Dodo. Hanya dengan mengeluskan dari luar sudah membuat lelaki itu terangsang. Dodo terus mengerang, Kania tersenyum lalu menarik Dodo kekamarnya.
Tubuh Dodo bergetar, hasratnya memuncak. Dodo menarik Kania kekamar mandi, mereka mekakukannya dengan penuh gairah. Dodo teringat adegan mesranya dengan seseorang sewaktu di jambi. Bayangan kejadian itu terlintas membuatnya sedikit melepas tubuh Kania.
Huuuh, kenapa aku mikirin dia sih!
Kania kembali menarik tubuh Dodo, memberi permainan yang membuat lelaki itu sulit menolak.Kania menarik gaunnya agar Dodo lebih leluasa bermain.
"Han...teruskan ... han .."
Kania melepaskan diri Dodo.
"Han? Siapa itu? perempuan mana lagi?"
Dodo terkesijap, entah kenapa nama itu kembali tercetus di bibirnya. Sesekali mengutuk diri, karena wajah itu kembali berseliweran dipikirannya.
Aaaaaarrrrgggg!
Kenapa dia terus menggangguku!
Dodo keluar dari kamar Kania. Setelah gagal melakukan penyatuan raga. Kania kesal karena Dodo menyebut wanita lain. Di depan pintu kamar, Kania merapikan baju lelaki itu.
"Aku mau nanya? Apakah kamu serius dengan putriku."
Dodo menjelit kearah Kania. Wanita didepannya adalah Sugar mommy nya selama ini. Kania yang membiayai hidupnya, membayar kontrakan, mengisi saldo ATM-nya. Semua itu dia terima asalkan ada syaratnya. Apalagi kalau menjalin hubungan terlarang berkedok pacaran dengan putri wanita itu.
Tanpa Kania ketahui kalau Dodo juga dekat dengan beberapa wanita di belakangnya. Setelah selesai melepas rindu bersama Kania, Dodo menemui Ina. Ina sedang asyik daring bersama dua sahabatnya tidak menyadari ada yang memperhatikannya.
"Sayang, aku pulang dulu, ya. Kalau mau sesuatu panggil bibi saja." Pamit Dodo sambil mengacak rambut gadis itu.
"Maaf, kak. Aku nggak bisa mengantar kakak ke depan. Bangun saja aku belum bisa."
"Biar mama yang mengantar calon menantu mama ini." Kania muncul didepan pintu kamar putrinya.
"Aku pulang, ya. Obatnya jangan lupa dimakan. Jangan banyak aktivitas dulu."
"Iya, bawel, ah." Gerutu Ina.
"Duh, kalian. Mama jadi tidak sabar melihat anak mama bersanding. Do, kapan kamu melamar Ina." Tanya mama Kania menjelit lelaki itu.
"Kapan Ina siap, tante. Lagian dia baru tamat SMA masih panjang perjalanannya. Ya, kan sayang."
"Tuh ma, kak Dodo aja ngerti." bela Ina.
Aku harap mereka beneran jadi menikah. Karena aku dan Dodo pasti akan bertemu tiap hari. Capek juga backstreet seperti ini. Tapi mau gimana lagi. Padahal sebelum dia pacaran sama Ina aku tidak se was-was ini. Sekarang aku malah takut anakku jadi sainganku. Aku takut Dodo beneran jatuh cinta pada Ina.
Setelah Dodo pulang, Kania sms ke lelaki itu.
[Aku tunggu di hotel Samudra dwinka]
[Aku capek, mau istirahat dulu]
[Tapi...do]
Tak ada balasan. Kania mendengus kesal.
Ini pasti gara-gara perempuan yang disebut-sebut Dodo dari tadi.
Aku akan cari tahu siapa perempuan yang dipanggil Han.
Sementara Bibi menemui Ina. Dilihatnya gadis itu asyik dengan Gawainya. Ina terlihat tertawa kecil, bahkan dia sudah lupa bagaimana penderitaannya selama ini.
Terbayang oleh Bibi, saat tadi melihat Dodo keluar dari kamar Kania. Bagaimana Kania memperbaiki kemeja Dodo seperti layaknya istri terhadap suaminya. Dada Bibi terasa sesak, tak terasa menetes air matanya saat melihat wajah Ina yang berseri.
Non, bibi nggak tega mengatakannya yang sebenarnya. Ya, Allah kalau memang engkau sayang pada non Ina. Berikanlah dia kebahagiaan.
klik
6 bulan kemudian
Alam menatap suasana disekelilingnya. Sebuah keramaian di tempat tamasya terkenal dijakarta.
Sambil mendorong stroller bayi dengan penuh percaya diri dia berjalan tanpa peduli dengan tatapan orang. Telinganya terus mendengar pujian-pujian dari kaum hawa.
Matanya menatap sebuah struk es krim berlambang hati. Sambil membawa sang putri yang usianya masuk 6 bulan. Vanesha atau biasa dipanggil shasa, menggeliat melihat wajah ayahnya. Senyumnya menampakkan keceriaan, membuat sang ayah yang masih berduka menjadi sedikit senang.
"Shasa mau eskrim. Nanti ya kalau sudah satu tahun. Shasa tahu nggak kalau ini kesukaan bundamu. Waktu hamil kamu tiada hari tanpa es krim." Alam menikmatan sebuah eskrim berbentuk kerucut.
aaauuu.. iiii ...
Terdengar celotehan shasa yang juga ingin berkomunikasi dengan sang Ayah.
"Om, Shasa kayaknya pengen tuh makan eskrim." sahut Gery yang ikut menemani Alam ke sebuah taman bermain.
"Jangan, ah. Masih bayi juga." Alam protes saat Gery mencuil es krim untuk diletakkan ke bibir shasa.
"Gery salut coklat!" Pekik Alam saat melihat bekas es krim di bibir shasa.
Owweeeeek ooweeeeekkk
"Tuh, kan shasa nangis. Kamu sih!" omel Alam sambil menggendong shasa.
"Om, kayak ini persis emak- emak." Ledek gery
"Kan aku single parent bisa jadi emak sekaligus bapak. Cup cup cup, nak sayang. Sayangnya ayah." Alam masih sibuk mengayunkan Shasa ditambah tatapan para hawa.
"Enak ya, jadi om. Bisa viral, coba kalo onty masih ada..."
"Kalo onty mu masih ada yang ada sepanjang hari aku dipelototin. Kamu tahu pas dia nyamperin aku ke kantor. Kebetulan aku ada klien cantik, ya sudah, sampai klien itu pulang aku sudah seperti mau diterkam."
Gery tertawa "Enak dong om, diterkam istri. Auuumm"
"Makanya ger, cari pasangan. Jangan nungguin yang itu mulu." Alam membalas gery
"Siapa? Nabila? Emang kenapa? Kan kalian yang buat dia sampai bisa dipenjara." Gery mulai nyolot tak suka kekasihnya disudutkan.
"Sebentar? Yang buat aku hampir cerai sama onty mu siapa?"
Gery diam saja. Nabila pernah bilang kalau dia hanya kagum saja dengan Alam. Bukan berarti cinta. Gery merasa onty saja yang salah paham.
Lama dia menatap langit.
"Onty Gita apa kabar? Kami rindu padamu. Onty pasti sedang berada disurga. Liat onty shasa sudah besar. Tapi nggak mirip onty lebih mirip papanya. Kalau mirip onty kan cantik"
Pletuk
Gery merasa ada yang menjitak kepalanya. Wajahnya menatap kearah si pemukul.
"Iyalah mirip. Aku kan bapaknya. Kalo mirip sama kamu baru aku curiga."
"Ih, si om. Sakit tau! Udah ah, aku kayak nyamuk kalau sama om terus. Itu shasa udah tidur, om. nggak pegel di gendong terus."
Alam meletakkan shasa ke dalam stroller. Lama ditatapnya wajah anaknya. Ada tetesan air matanya, seolah meratapi yang sedang terjadi.
Alam baru menyadari tidak mudah menjadi orang tua tunggal.
"Aku rasa mungkin inilah yang ibu rasakan saat membesarkanku. Maafkan aku, bu. Maafkan aku yang dulu sempat membencimu, bu. Gita sayang kamu apa kabar sudah enam bulan sejak kepergianmu. Aku sangat merindukanmu, sepi rasanya tanpa kamu."
Alam memandang photo gita sambil duduk disamping shasa.
"Wah, adeknya imut, ya." sebuah suara menyapa shasa yang masih tertidur.
"Na, jangan di ganggu, itu bayinya masih tidur." Suara lelaki disampingnya.
"Tapi, kak dodo. Anaknya lucu banget, rasanya pengen cepat-cepat menikah kalau bayi seimut ini."
Alam merasa terganggu saat ada suara yang didekat stroller anaknya. Tanpa melihat si pemilik suara, alam menegur orang yang mengusik tidur putrinya.
"Maaf, mas dan mbak. Anak saya sedang istirahat. mohon jangan diganggu."
"Tuh dengar, sayang. Bapaknya marah, udah jangan di usik lagi." dodo menarik kekasihnya agar jauh dari sibayi.
Ina menahan dadanya. Jantungnya berdegup dengan kencang. Dia merasa seperti tidak asing dengan bayi tersebut.
Sejak mendapatkan donor jantung, yang ina sendiri tak tahu siapa orangnya. Dia sering mengalami hal aneh, didatangi oleh seorang wanita yang mirip dirinya dalam mimpi. Setiap didekat ilham dia merasa lelaki itu seperti tidak asing. Sekarang, hanya melihat seorang bayi yang baru dijumpainya, ina sudah merasa dekat.
Lama dia menatap ke belakang untuk mengendalikan degup jantungnya yang semakin kencang.
"Ina, kamu kenapa? Jantung kamu kumat lagi." Dodo yang melihat wajah ina pucat.
"Aaaku mau pulang kak."
"Ya, udah kita pulang, ya." Dodo memapah ina yang hampir pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Endang Priya
dodo sm mm kania sm gilanya.
2022-05-30
1
Hanna Devi
Semangat selalu 💪💪
2022-03-11
0
💮Aroe🌸
ikatan yg rumit🤔
2022-03-09
0