"Kakak sudah sadar?"
Ilham berdiri didepan sang kakak yang tadi pingsan. Tangannya mencoba membantu lelaki itu menyandarkan tubuhnya di headboard hospital. Kepalanya menggeleng, terselip rasa sesal sikap sang kakak.
Alam meringis memegangi kepalanya yang masih berat. Pandangannya kosong menatap kedepannya. Matanya masih sembab.
"Aku tahu yang kakak rasakan. Tapi kakak harus kuat."
"Sakit, ham melihat dia terbaring lemah. Rasanya biar aku saja yang disana, jangan dia. Sudah banyak dia menderita, ham."
Ilham memeluk kakaknya, menguatkannya, dia tahu yang dijalani Alam beberapa hari ini sangat berat. Saat ini dia harus mengenyampingkan ego kalau lelaki itu pernah menjadi rivalnya. Dia tahu, kalau Alam masih belum menerima hubungan darah yang mereka miliki.
"Kakak harus makan dulu, ya?"
Ilham mengambil makanan dalam tas kerjanya. Membuka box makanan lalu menyuapi sang kakak yang masih terbaring lemah. Mata mereka saling beradu. Alam mengakui kalau lelaki didepannya orang baik.
"Ham, maafkan aku ya. Dulu sempat menentang hubungan kalian. Aku hanya takut kamu hanya mempermainkan siti. Siti itu sudah kuanggap seperti adikku sendiri."
Sejenak mereka terdiam, larut dalam keheningan. Jantungnya serasa berdetak kencang saat Alam membahas hubungannya dengan Siti. Bulir air matanya menetes, berbulan-bulan gadisnya tak ada kabar.
Alam mencoba menguatkan adiknya. Mereka saling berpelukan dan melupakan kisruh yang pernah ada.
klik
Ina duduk disebuah taman di rumah sakit.
tatapannya kosong dan menatap tanaman yang ada didepannya. Sekalilagi dia harus menelan pahit ketika sang mama mengabari tentang keberangkatan menuju Thailand. Tatapannya beralih ke beberapa obat yang baru saja ditebusnya.
Capek! Itulah yang dirasakannya saat ini, setiap hari dia harus meminumnya dan selalu bergantung pada obat-obat tersebut. Dosisnya pun lebih banyak dari yang biasanya.
Mama kenapa kamu lebih mementingkan pekerjaannya daripada aku. Sebenarnya aku ini anak mama apa bukan. Kenapa sejak aku kecil mama tidak pernah menyayangi aku layaknya anak mama sendiri.
Ina menangis, meratapi nasib hidupnya yang teramat miris. Dia iri lihat Laras yang hidupnya sederhana tapi bergelimang kasih sayang. Dia juga iri lihat angel yang lebih kaya darinya tapi sangat disayang dan dimanja mamanya.
Ina meluapkan kekesalan dengan membuang obat ke tanah.
"Biarin aja aku nggak pake obat. Biarin saja aku mati perlahan-lahan, toh buat apa aku hidup kalau hanya untuk diabaikan. Untuk apa aku hidup kalau hanya menyusahkan orang-orang."
"Kamu matipun masih akan menyusahkan orang-orang, na. Ya, kalau kamu matinya gampang, kalau matinya dengan koma berbulan-bulan apa bedanya dengan saat kamu hidup."
Ina menoleh kearah suara.
"Kakak" Gadis itu berlari memeluk sang kakak.
Rangga membelai rambut adik tirinya dengan lembut. Dikecupnya pucuk rambut Ina.
"Jika kamu mati, orang yang paling sedih adalah aku, na. Makanya aku bilang kalau kamu mati tetap akan menyusahkan orang lain."
"Auuuuuw, kok aku dicubit?"
Ina menyeringai kearah Rangga.
"Jika aku mati, orang yang pertama ku hantui kak Rangga. Aku akan terus meneror kakak supaya cepat menikah."ucapnya sambil tertawa.
"Ish...kenapa kamu sewotnya melebihi mamaku? Ya, udah kalau gitu aku nikah sama kamu saja."
"Ogah"
"Kenapa? apakah aku kurang tampan?"
"Karena kakak udah bangkotan, weeeeeeekk"
"Awas, ya." Rangga membuka jasnya dengan melempar ke sembarang tempat.
Mereka berlari berkejar-kejaran disekitar taman rumah sakit. Seketika mereka menghempaskan tubuhnya diatas rumput, sesekali saling memandang lalu tertawa bersama.
"Kedepannya kamu mau apa, na?"
Ina menggeleng, dia tak tahu apakah dia bisa kuliah atau mungkin menikah. Mamanya terus mendesak agar meminta Dodo menikahinya. Sementara dia masih ingin menikmati masa muda.
"Aku ingin kuliah, kak. Tapi ..?"
"Tapi apa, na. Tante Kania ngelarang kamu kuliah. Aneh banget, kayaknya dia senang banget bikin kamu nangis. Yuk, aku akan temui mama kamu." Rangga menarik tubuh Ina untuk berdiri.
Ina menggeleng. Dia sudah bisa menebak kalau Rangga akan melabrak mamanya. Seperti yang sudah-sudah mereka akan bertengkar hebat.
"Percuma, mama tadi pergi ke Thailand."
"Sudahlah, na. Kakak kan sudah bilang, kamu tinggal sama kakak. Ada mama Raya yang menerimamu layaknya anak sendiri. Ya, kan tinggal disana saja, ya."
Ina hanya terdiam. Sudah berkali-kali Rangga mengajaknya tinggal dikeluarga Donal. Dia sadar diri kehadirannya pasti akan merepotkan orang lain.
Tak jauh dari mereka, sepasang mata memandang kedekatan keduanya. Mencoba tidak berpikir negatif, tapi entah kenapa dia tidak bisa begitu.
Ina, apakah kau merasakan bahwa Rangga memberi perhatian lebih dari seorang kakak. Apakah kamu tidak menyadari sikap lelaki itu padamu,na?
Mata itu berbalik menjauh dari tempat dirinya berdiri. Ada rasa sakit yang mendera melihat kedekatan keduanya.
"Dokter, anda dicari dokter Sasono."
"Oke, saya akan kesana."
klik
Ina baru selesai mandi lalu membuka lemari untuk memilih baju.
Di kamar yang tidak terlalu luas, Ina duduk memandang luar. Tembok rumahnya berhadapan dengan lapangan kecil dekat rumahnya. Beberapa anak bermain disana, ada yang sedang pacaran, ada juga ibu-ibu membawa anaknya bermain.
Ina dan Dodo sudah berpacaran satu tahun. Awalnya kedekatan mereka hanya sebatas pasien dan dokter. Dia sempat diledek sama teman-temannya karena dekat dengan beberapa pria yang usianya jauh diatasnya. Tapi Ina tidak peduli, sementara dia memang lebih nyaman bergaul dengan yang lebih dewasa.
"Inaaaaaaa"
Lamunannya dikagetkan dengan duo sahabatnya. Dimana mereka berjanji akan menemani Ina untuk beberapa hari. Sebelum nantinya mereka akan disibukkan dengan pendaftaran kuliah.
"Ina, kamu jadi enggak dinner sama kak Dodo?" Tanya laras.
"Enggak jadi. Katanya malam ini kerjaan dirumah sakit. Tapi nggak papalah, aku lagi malas kemana-mana."
"Oh, ya kita boleh nginap berapa hari, na."
"Sampai lo semua bosan dan minta pulang." Kekeh Ina.
"Aku nggak bosen,na. Kapan lagi bisa tidur dikamar sejuk kayak gini." Seru Laras yang terus memandang kamar Ina.
"Udah ah, mellow terus. Mumpung nyokap lagi nggak di rumah. Kita hepi-hepi disini."
Angel membuka hp nya lalu menyambungkan dengan speaker.
Musiiikkkkkk
Maeilgachi yeonghwa sogeseona
Chaek sogeseona deurama sogeseo
Sarangeul neukkyeo
Um sarangeul baewo
Nae ilcheoreom jakku gaseumi ttwieo
Dugeundugeungeoryeo seolleime bupureo olla
Um gunggeumhaeseo michil geonman gata
[Pre-Chorus: Mina, Chaeyoung]
Ooh eonjengan naegedo
Ireon iri siljero ireonalkka
Geuge eonjejjeumilkka? eotteon saramilkka?
I wanna know satangcheoreom dalkomhadaneunde
I wanna know haneureul naneun geot gatdaneunde
I wanna know know know know
What is love?
Sarangi eotteon neukkiminji
I wanna know haru jongil utgo itdaneunde
I wanna know sesangi da areumdapdaneunde
I wanna know know know know
What is love?
Eonjengan naegedo sarangi olkka
Jigeum ireon sangsangmaneurodo
Tteoollyeoman bwado
Gaseumi teojil geot gateunde
Um ireoke joeunde
Manil eonjenga jinjjaro naege
Sarangi ol ttae nan ureobeoriljido molla
Um jeongmal gunggeumhae michil geonman gata
Ina, Laras dan Angel berjoget tarian lagu korea yang sedang viral saat ini. Ina melupakan semua kepenatan yang dialami, melupakan rasa sakitnya dengan sikap mamanya.
Lama dirinya berhenti mengikuti irama musik yang menggema kencang. Sesaat dia memegang dadanya yang mulai terasa sakit, tubuhnya terhempas ke lantai.
Gelap
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
nah, pingsan deh tuh....
2022-03-09
0
N. Mudhayati
aku mampir thor... 🥰
salam semangat... 💪💪💪
2022-03-01
0
Esa Aurelia
Kasian Ina 😌..
tapi terhibur dengan lirik lagu Korea 🤭
2022-01-31
1