Angkot yang di tumpangi Surya terasa berjalan dengan lambat, sesekali Surya melihat jam yang ada di layar ponselnya. Untung saja Surya memakai hendset untuk mendengarkan lagu yang seperti biasa setia menemaninya saat perjalanan setiap kali main ke rumah Naya.
*************
Di rumah Naya.
Sambil menunggu kedatangan Surya. Naya memilih menonton acara musik di televisi dengan di temani Apri.
"Ciyeee yang mau malam tahun baru sama pacar, pikitiw." Kata Ani yang baru datang menghampiri Naya dan Apri.
"Apa sih." Jawab Naya dengan muka merah karena malu di ledek Ani.
"Ani lagi ngapain kamu sayang?" Suara bunda memanggil Ani dari arah dapur.
"Lagi ngeledek kaka nih bun." Jawab Ani sambil berjalan ke arah dapur untuk menghampiri bunda.
"Huuuh, untung aja bunda manggil Ani. Kalo ga, masih asik dia ngeledek aku." Ucap Naya dengan kelegaan hati.
"Ka, kamu jadi sama Surya?" Tanya ayah Adi yang baru saja duduk di teras untuk nonton televisi juga.
"Jadi kalau ga ada halangan yah." Jawab Naya.
"Kaka Nay mau kemana?" Tanya Apri.
"Kaka tar mau pergi ada urusan sama om Surya." Jawab Naya sambil mencubit pipi tembem Apri.
"Apri boleh ikut ka?" Tanya Apri.
"Apri di rumah aja dulu ya sama bunda, ayah sama kaka Ani." Kata Naya.
"Mau ikut ka." Jawab Apri dengan muka sedihnya.
"Apri di rumah aja ya sama ayah. Nanti ada kembang api loh di langit, bagus deh Pri." Kata ayah Adi membujuk Apri.
"Ayo siapa yang mau..!" Tanya Ani dengan bersemangat sambil membawa sepiring sukun goreng.
"Apri mau.." Kata Apri tidak kalah semangatnya sambil tangan kanannya di angkat tinggi.
Ani pun langsung meletakkan sepiring sukun goreng di atas lantai.
"Ani, ko ada sukun goreng, minumnya ga ada.?" Tanya ayah Adi.
"Ini minumnya bunda yang bawa yah." Ucap bunda yang berjalan sambil membawa nampan yang berisi teko air dan beberapa gelas.
Bunda pun sama meletakkan nampan ke atas lantai, kami menikmati sukun goreng dengan lesehan sambil menyaksikan acara musik di televisi bersama.
Bahagia itu sederhana biar pun hanya sukun goreng yang menjadi teman cemilan, yang terpenting kumpul keluarga tidak terlewatkan. Kami pun bersenda gurau, ada canda tawa dengan kelakuan dan cari Apri yang belum jelas bicaranya.
"Inget pesen bunda ya Nay!" Bunda kembali mengingatkan Naya.
"Iya bun." Jawab Naya.
Tok tok tok.
Suara pintu di ketuk dari luar.
"Assalamualaikum." Suara Surya yang mengucapkan salam dari balik pintu.
"Asiiiiik yang jadi tahun baruan sama bebeb. Hihihi." Ledek Ani sambil tertawa.
"Ani jangan gitu. Kasian tuh kaka udah kaya kepiting rebus." Kata ayah Adi.
"Ah ayah mah sama aja nih kaya Ani. Ngeledek mulu." Ucap Naya sambil berlalu untuk membuka pintu.
"Waalaikum salam." Ucap Naya saat pintu di buka.
Naya melihat Surya yang tengah duduk di teras rumah dengan kedua kaki di luruskan.
"Surya, kamu cape ya?" Tanya Naya sambil duduk di samping Adi.
"Ga lah. Buat kamu, jalan kaki itu sehat." Ucap Surya sambil senyum.
"Aku ambil minum dulu buat kamu." Ucap Naya dan langsung berdiri untuk masuk ke dalam rumah.
Baru saja Naya melangkah masuk ke dalam rumah. Bunda sudah menyodorkan nampan yang berisi segelas es teh manis dan sepiring sukun goreng.
"Ini bawa Nay." Kata bunda sambil menyerahkan nampan yang bunda bawa.
"Makasih bun." Ucap Naya.
Naya melangkah berjalan keluar untuk menghampiri Surya.
"Ini di minum." Ucap Naya.
"Tumben cepet banget." Tanya Surya heran.
"Hehehe tadi udah di siapin sama bunda." Ucap Naya.
"Bunda sama yang lain ga kemana mana Nay?" Tanya Surya.
"Engga, cuma di rumah aja." Jawab Naya.
Surya meminum teh buatan bunda dan memakan sukun goreng yang di hidangkan.
"Kita jalan sekarang aja yuk Nay." Ajak Surya setelah melihat jam di layar ponselnya.
Naya langsung masuk ke dalam rumah dengan membawa nampan yang berisi gelas kosong dan beberapa potong sukun di atas piring.
Naya meletakkan nampan di atas meja dapur.
"Bun, Surya ngajak jalan sekarang." Kata Naya pada bunda.
"Ayo." Ajak bunda sambil berjalan beriringan dengan Naya keluar rumah.
Surya yang sudah berdiri di depan pintu sambil menunggu Naya keluar dari rumah.
"Bunda, Surya jalan dulu sama Naya." Pamit Surya sambil mencium punggung tangan kanan bunda.
"Hati hati Surya. Inget ya, jam 12 malam langsung pulang. Jangan keluyuran lagi." Kata bunda.
"Iya bun." Ucap Surya dan Naya berbarengan.
Saat Naya dan Surya tidak lagi terlihat oleh mata bunda, bunda langsung masuk ke dalam rumah tidak lupa dengan menutup pintu.
Di jalan yang di lalui menuju taman kota, tidak hanya Naya dan Surya yang berjalan kaki. Tapi banyak orang, ada yang sudah nenek-nenek tidak kalah semangatnya dengan yang masih muda. Ada yang sambil menggendong anaknya. Ada juga yang menuntun anaknya berjalan.
Jalan raya padat dengan kendaraan bermotor dan mobil, sangat padat hingga kendaraan itu hanya mampu menjalankan kendaraannya dengan pelan. Berbeda dengan yang berjalan kaki, berjalan di jalur khusus pejalan kaki tanpa hambatan.
Di sepanjang jalan banyak di jumpai penjual terompet, bando yang menyala, ada juga yang menjual jagung bakar dan air mineral.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk bisa sampai di taman kota. Aku, Surya dan orang orang yang entah di mana tinggalnya yang pasti kami satu tujuan, taman kota untuk menikmati pergantian tahun baru.
Surya mengajak Naya duduk di bangku taman. Melihat orang orang yang berjalan di depan mata, terlihat juga padatnya jalan raya dengan kendaraan yang berjalan pelan karena macet.
Tidak terasa waktu yang di tunggu tiba. Semua orang menghitung waktu mundur dan akhirnya malam tahun baru tiba. Kembang api menyala di langit yang gelap.
"Baguskan Nay?" Tanya Surya sambil terus memandang wajah Naya.
"Iya bagus banget kembang apinya." Kata Naya sambil matanya menatap langit yang di hiasi kembang api.
Cup
Surya mencium singkat di bibir Naya.
"Kamu!!" Ucap Naya antara marah dan malu tidak menyangka ciuman pertamanya di ambil oleh orang yang saat ini berstatus pacarnya.
"Ga apa apa Nay. Cuma cium bibir ini ko. Ga buat kamu hamil." Ucap Surya.
"Tetep aja, kan ga boleh." Kata Naya cemberut.
Surya mengeluarkan sebuah kalung dari saku jaketnya, dan memakaikannya pada Naya.
"Tanda seriusnya aku sama kamu." Kata Surya setelah kalungnya melingkar di leher jenjang Naya.
"Sama siapa aja kamu ngasih kalung kaya gini?" Tanya Naya.
"Ya cuma kamu lah." Ucap Surya.
"Pacar yang lainnya?" Tanya Naya.
"Pacar aku cuma kamu yang aku ajak serius." Ujar Surya.
"Kenapa? Kan cewek kamu banyak." Tanya Naya dengan tanda tanya.
"Cuma kamu pacar yang mau di ajak jalan kaki buat sampai di taman kota." Ujar Surya.
"Pacar yang lain?" Tanya Naya.
"aa nanti kalo kita jalan pake motor yang Suzuki ya." Ucap Surya sambil menirukan suara ceweknya yang lain.
"Masa sih?" Naya yang tidak percaya.
"Udah tanya tanyanya sambil jalan pulang aja, nanti bunda marah loh." Kata Surya sambil berdiri menggenggam tangan kanan Naya.
Surya dan Naya pulang ke rumah Naya dengan berjalan kaki lagi dengan senyum yang terus mengembang.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
terima kasih sudah membaca novelku.
ayo mohon 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻 dukung author dengan 👍 like, komen dan vote 😊😊😊😊
jangan lupa tinggalkan ⭐⭐⭐⭐⭐ untuk penulis
tambahkan ke dalam keranjang favorit agar tidak ketinggalan ceritanya. 😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Ni.Mar
cangkir kopi buat teh Lina ya
ada cangkir kopi buat teh Lina
2022-09-22
2
Conny Radiansyah
beneran serius Surya ... dipegang ya omongannya ☝️
2022-07-19
1
lina
iya, mahal klo udh sibuk y wkt bwt ngumpul m keluarga
2022-02-17
1