Disya mengumpat kesal sepanjang perjalanan pulang. Rasanya benar-benar kesal tapi tak bisa berbuat banyak. Ia sengaja pulang dengan taksi online mengingat tadi pagi ke kampus tidak membawa kendaraan.
Thing
Satu pesan masuk terdengar dari ponsel Disya, gadis itu segera memeriksa.
[Tugas deadline-nya besok jam dua belas malam, dikirim via email saja]~ Pluto
Disya hanya membaca tak ada niatan untuk membalas. Lebih tepatnya mengabaikan.Gadis itu memandang malas layar ponselnya, namun detik berikutnya ia ingin sekali membalas menanyakan perihal tentang KTM-nya.
Sky berdecak sebal melihat pesannya hanya dibaca tanpa dibalas. Pria itu punya seribu satu cara agar Disya mau langsung menemuinya, salah satunya dengan kartu mahasiswa Disya.
[Bapak di mana?]~ Disya
Sky menatap layar ponselnya dengan membuat lengkungan di sudut bibirnya.
Apa gue bilang lo pasti cari gue ... Hahaha
"Sialan nggak dibalas, dendam atau apa nih?" gumam Disya pelan.
"Sudah sampai mbak?" ucap supir taksi menginterupsi. Saking asyiknya bergelut dengan pikiran sendiri perjalanan sampai tidak terasa secepat kilat.
"Eh, iya Pak makasih." Gadis itu langsung turun dari mobil usai melakukan pembayaran.
Disya masuk ke dalam rumahnya. Sore hari rumah nampak sepi seperti biasa. Papa belum pulang kantor, sedang Mama sibuk dengan kegiatan sendiri.
"Bik Tini!"
"Iya Non, baru pulang?"
"Iya Bik, boleh minta tolong nggak Bik?" ujar gadis itu sungkan.
"Oh ya tentu boleh dong Non, apa yang bisa Bibi bantu?" ujar Bi Tini senang.
"Bantuin masak dong Bik mau aku antar ke tempat kerja kak Rayyan," ujar gadis itu semangat.
"Emangnya mau masak apa Non, ayo mau banget bibi bantu."
"Udang ada stok nggak? Kak Rayyan suka banget sama udang saus tiram aku pingin masak itu Bik."
Bik Tini segera mengecek lemari pendingin dan tara ... apa yang ia cari masih ada stok.
"Ada Non, beres ayo kita eksekusi," ujar Bik Tini semangat empat lima.
"Siap Bik, aku ganti ke kamar sebentar taruh tas."
Disya menaiki tangga dengan berlari kecil. Gadis itu ingin membuat surprise untuk Rayyan mengingat tadi pagi dirinya menghabiskan sarapan bersama. Sangat menyenangkan malam ini, ia juga akan mengantar makan malam untuknya.
Setelah menaruh tasnya di kamar, Disya langsung turun ke bawah lagi menuju dapur.
"Bik Tini ini bersihinnya bener kan gini?" Disya sedang membuang cangkang pada bagian perut udang.
"Dipegang kepalanya aja Non, terus ditarik gini ... mudah kan langsung lepas." Bik Tini mengajarkan Disya dengan telaten.
"Bik aku yang masak ya nanti Bik Tini arahin terus sama koreksi rasa," ujar gadis itu antusias.
"Woke Non, kalau udangnya udah beres sekarang bikin bumbu ini diulek dulu Non."
"Biar aku aja Bik."
Disya mulai mengulek, walau sedikit kerepotan tapi Bik Tini membiarkan saja dan untuk pemula sangat membanggakan.
"Wah ... tangan Non Disya sampe merah gini, perjuangan tidak akan menghianati hasil. Mas Rayyan ini pasti akan bangga sekali ini," ujar Bik Tini memujinya.
"Nanti kalau nggak enak gimana? Atau rasanya tidak pas di lidah Rayyan?" Disya merasa pesimis.
"Pasti enak ini mah, ayo ditumis bumbunya Non, kalau udah matang masukin udangnya dibolak-balik terus biar merata," ujar Bik Tini mengarahkan.
"Siap chef! Hmm ... kayaknya enak nih ... harumnya udah berasa banget."
"Coba Non Disya cicipi dulu." Bik Tini menginterupsi.
"Oke, kita koreksi rasa sekarang apakah sudah sesuai apa malah mengecewakan pemirsah," ujar Disya.
"Mmm ... kurang asin bener nggak sih Bik, coba Bibi deh?"
"Iya Non kurang dikit tapi nggak usah ditambah garam soalnya kan mau disiram saus tiram udah ada asinnya, biar pas."
"Oke, aku manut ahline."
Berkutat di dapur tak terasa sore lebih cepat berlalu.
"Bik, jagain masakanku ini ya, aku mau mandi dulu mau dandan yang cantik pokoknya," ujar Disya senang.
"Siap Non 86!"
Disya langsung menuju kamarnya membersihkan diri. Gadis itu menggelung rambutnya jadi satu dan membiarkan leher jenjangnya terekspos, lalu memakai kaos dan celana casual yang sederhana tapi terlihat imut nan cantik.
"Bik, penampilan aku udah oke?"
"Non Disya mah selalu oke, apa pun yang menempel di badan Non Disya selalu tampak pas dan cantik. Pantes Den Rayyan suka. Non ... itu calonnya Non Flora juga sepertinya sukanya sama Non Disya!" ucap Bik Tini takut-takut.
Mati aku
"Nggak mungkin lah Bik, orang jodohnya kak Flora masa suka sama aku?" kilah Disya nyengir.
"Kemarin waktu di dapur, Bibik nggak sengaja lihat."
"What! Lihat apa, eh maksud aku Bibik lihat Pak Sky gitu?"
"Owh ... jadi namanya Den Sky to," Bik Tini mesem-mesem.
"Ih ... si Bibik ditanya malah senyam-senyum kaya orang kesambet."
"Hehehe ...."
"Eh ... malah nyengir lagi, ya udah deh monggo diteruskan berkhayalnya, aku berangkat dulu. Makasih ya Bik udah dibantuin. Nanti kalau mama sama papa pulang bilang aja Disya sedang main gitu.
"Siap Non."
"Assalamu'alaikum ....!"
"Waalaikum salam ... hati-hati Non!"
Disya mengendarai mobil sendiri, gadis itu mengemudi dengan kecepatan sedang. Sebelumnya sudah mengabari Rayyan dan responnya sangat menyenangkan.
Cukup perjalanan dua puluh tiga menit saja mobil Disya sudah sampai di parkiran rumah sakit. Disya langsung masuk lewat pintu yang telah diarahkan Rayyan. Gadis itu menuju lift.
Sebelum lift tertutup sempurna seseorang menahannya, dan ... betapa gadis itu tidak menyangka, bahwa seseorang di depannya adalah seorang Pria yang tengah mendorong kursi roda dengan si perempuan berperut buncit khas ibu hamil.
"Masya Allah cantik banget!" gumam Disya lirih.
Siapa dia? Jangan-jangan pacar gelap sampai hamil gitu keluarga nggak tahu. Fiks ... dasar pria!"
Laki-laki yang mendorong kursi roda si ibu hamil tersebut tersenyum ke arah Disya. Ia memperhatikan penampilan Disya mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan jangan lupakan bekalnya. Sky bahkan menatap tajam bekal tersebut seakan merebut dari genggamannya.
Lift terbuka di lantai tiga, gedung yang sama juga Disya berkunjung. Disya membiarkan Sky dan perempuan yang entah siapa itu keluar lebih dulu, baru dirinya keluar dari lift. Gadis itu kemudian agak sedikit membungkukkan badannya untuk memberi salam pada dosennya.
"Mari Pak saya duluan," ucap Disya lalu berjalan mendahului dengan semangat sekali, berjalan tertata membawa bekal makanan.
Sky ingin sekali menahan gadis itu, tapi ia harus mengantar Raya ke dalam ruangan. Sebelumnya sudah ada janji untuk cek kandungan adiknya. Sky yang mengantar sebab suami dari adiknya tengah keluar kota dan belum pulang. Sky tidak menyangka di rumah sakit bertemu dengan gadis yang telah membuat hatinya gelisah sepanjang waktunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
gia nasgia
Hahaha ada yg penuh yg kepo Akut 🤣🤣
2024-12-05
0
gia nasgia
Dunia benar"sempit ya pak Dogan 😂
2024-06-02
0
Lela Lela
gimana jd ny ya
2023-07-12
1