Seperti biasa kelas selalu rame sebelum kedatangan Dosen.
"Ya ampun ... makin uwu aja lo sama kak Rayyan?" Bila paling semangat.
"Iya kak Rayyan makin ganteng aja sih, lo pelihara pake apa?"
"Cinta," jawab Disya sekenanya.
"Gue orang pertama yang bakal kejar kak Rayyan kalau lo sampe putus." Sinta yang paling aktif lihat cogan.
Toyor
"Aw ... sakit bego!"
"Rasain, enak aja do'ain Disya putus, udah mau married!" Suara Bila jelas terdengar seisi kelas saking kencengnya.
"Dasar rombengan audio ... telinga gue sakit woy." Grace ikut menimpali.
"Berisik!" seru Bila, Sinta, dan Hanum bareng membuat Grace yang bersiap angkat bicara pun memilih bungkam kembali sontak membuat ciwi-ciwi cekakakan.
Disya hanya menanggapi teman-temannya dengan senyuman. Pada kenyataannya dia memang sangat mencintai Rayyan, tapi dia juga tanpa sengaja telah mengkhianatinya. Jadi untuk ke depannya pun Disya merasa gamang. Bukan, bukan karena hilang rasa cintanya, tapi rasa bersalah yang teramat dan jujur Disya belum siap kehilangan Rayyan kalau-kalau pria itu tidak bisa menerima dirinya.
Mereka berdua punya mimpi yang sama dan punya tujuan hidup yang sejalan, tapi bagaimana Tuhan bekerja atas takdirnya, Disya pasrah saja.
Tiba-tiba kelas yang tadinya gaduh mendadak menjadi sunyi karena dosennya masuk kelas.
"Siang ..." Salam menggema Pak Sky.
"Siang Pak ...!" jawab semua mahasiswa kecuali Disya.
Anak ini benar-benar malas untuk mengikuti mata kuliah Pak Sky, tapi bagaimana lagi suka atau tidak suka hidup harus dijalani.
Selama sembilan puluh menit pelajaran berlangsung Disya mencoba fokus, walaupun pada kenyataannya tetap gagal fokus. Tatapan Sky yang tidak biasa, ditambah masalah yang ada di antara mereka yang hanya mereka berdua yang tahu tapi seakan terus Sky mengoreknya.
Disya benar-benar ingin melupakan, melupakan malam yang paling kelam dalam hidupnya. Melupakan orang yang telah membuat satu malamnya merubah status dirinya. Melupakan apa saja yang berhubungan dengan malam itu, tapi seakan alam terus mempertemukan mereka.
"Oke semua materi kali ini cukup sampe sini, apabila ada yang kurang paham bisa ditanyakan di pertemuan selanjutnya. Deadline tugas nanti saya share lewat PJ saya." Sky melirik Disya yang dilirik cuek secueknya.
"Selamat siang ...!" ucap Pak Sky menutupnya.
"Siang ...." jawab kompak seisi kelas.
"Tegang ... woy ... tegang!" ucap Hanum.
"Rileks dulu gaess ... otak gue nyut-nyutan." Bila paling suka ngedrama.
"Kantin woy ... makan siang!" Bisma menginterupsi.
"Kuy lah!" Ditanggapi semua sahabat antusias.
"Sorry cinta gue belum lapar, duluan aja," tolak Disya tak semangat.
Disya belum terlalu lapar karena sarapan bersama Rayyan tadi sudah lewat jam sembilan. Ia sebenarnya ingin ke perpus, namun karena KTMnya belum juga ditemukan sudah pasti tidak boleh masuk tanpa kartu itu.
Sementara teman-temannya ke kantin Disya malah berjalan menuju gedung rektorat. Dengan perasaan malas tapi butuh, Disya menuju ruangan Pak Amin, beliau adalah wakil dekan III.
Tok
Tok
Tok!
Disya mengetuk ruangan Pak Amin, setelah dipersilahkan gadis itu masuk.
"Maaf Pak minta waktunya sebentar," ucap Disya gugup.
"Lama juga nggak pa-pa, masuk Sya duduk," seloroh Pak Amin santai.
Pak Amin cukup mengenal Disya dengan baik. Disya pernah mengikuti lomba yang mengharumkan nama kampus jadi nama gadis itu cukup terkenal di kalangan Dosen.
"Eh Bapak lagi sibuk ya?" ujar Disya merasa tidak enak, di ruangan Pak Amin ada Pak Sky dan Pak Gany. Orang-orang penting petinggi kampus sedang ngumpul nampak diskusi yang cukup serius.
Melihat kedatangan Disya pun Sky otomatis menoleh dengan raut muka bertanya-tanya. Tadi pagi tante Amy sempat telfon perihal keluh kesahnya yang mengatakan putrinya ingin pindah.
"Apa Sya, ada yang bisa saya bantu?"
"Ada Pak, Saya kehilangan—" Disya belum sempat meneruskan pembicaraan sudah disela.
"Kehilangan kasih sayang?" celetuk Pak Amin ngasal.
"Bapak bisa saja. Bukan lah Pak."
"Habisnya kamu mau ngomong lama, beban banget kayaknya kehilangan apa Sya?"
"KTM Pak," ucap Disya gugup, sontak membuat Sky yang sedang sibuk di depan laptopnya berhenti dan menoleh ke arah Disya. Jarak mereka lumayan jauh tapi obrolan mereka masih bisa didengar dengan jelas.
"Kamu sudah buat surat kehilangan ke kantor polisi?"
"Belum Pak, kalau nggak usah gimana Pak, minta surat keterangan langsung dari Bapak aja. Hehe ...."
"Waduh ... prosedurnya harus bikin surat kehilangan dulu nanti baru ke saya lagi minta surat keterangan, baru nanti registrasi."
Sky pun berjalan mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Pak Amin. Entah perihal apa tapi yang jelas membuat Pria berumur itu manggut-manggut sambil tersenyum. Sementara Sky bersikap cuek dengan Disya di ruangan itu.
"Gitu ya Pak, ya sudah Pak saya permisi nanti saya minta surat kehilangan ke polres dulu," pamit Disya pada akhirnya.
"Sya ... saya baru saja dapat laporan bahwa kartu Anda sudah ditemukan seseorang dan sedang diamankan."
"Oh ... ya siapa Pak?"
"Kalau itu nanti kamu ke ruangan Pak Sky saja setelah selesai mata kuliah."
"Pak Sky?"
"Iya, silahkan nanti kamu atur sendiri waktunya untuk berkunjung."
"Iya Pak, terima kasih," jawab Disya sedikit kecewa.
Kenapa harus Pak Sky sih, siapa yang nemuin coba? Atau jangan-jangan Pak Sky yang menemukan KTM aku?
Ya ampun ... poor you Disya Anggita!
Hingga sampai selesai mata kuliah terakhir Disya tidak ada niatan untuk berkunjung ke ruangan Dosen Sky. Disya ragu antara mengunjungi dosen itu atau membiarkan semua dengan segala keruwetannya.
Gadis itu pun akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke ruangan Dosen Sky, tapi apa yang Disya dapat setelah sampai lantai tiga, di mana ruangan khusus Dosen Sky berada. Pintu ruangannya tertutup rapat dan terkunci.
"Sialan nih Dosen, nggak ada di ruangannya tumben banget jam segini sudah pulang," gumam Disya pelan.
Waktu baru menunjukkan pukul tiga sore hari banyak yang sudah pulang, ada juga yang masih mengajar.
"Mbak Disya cari Pak Sky?"
"Astaghfirullah ... Pak Jono ngagetin aja." Jono si petugas cleaning servis.
"Sorry mbak nggak sengaja, situ ngelamun aja di depan pintu. Pak Sky-nya sudah pulang mbak Disya," ujar Jono memberi informasi.
"Eh beneran Pak? Yah ... ada perlu lagi," ujar Disya kecewa.
"Fansnya Pak Sky ya atau mau minta pulang bareng?"
"Hah!" Disya melongo mendengar penuturan Pak Jono.
"La iya gitu mbak setiap hari juga banyak yang cari Pak Sky, tapi Pak Sky nggak mau nemuin mereka di ruangannya. Selalu lewat asistennya," jelas Jono, fakta yang membuat Disya semakin melongo mendengarnya.
"Tinggal pulang aja mbak, orangnya pasti sudah pulang. Semoga berhasil ketemu dan Pak Sky mau menemui mbak Disya," ujar Jono memberi semangat.
"Iya makasih Pak."
"Ada apa dengan Sky? Sebenarnya dia siapa sih?" Disya bergelut dengan pemikirannya sendiri. Setahu Disya, Sky hanyalah Dosen baru di kampusnya. Disya tidak tahu kalau kampus ini adalah milik kakeknya Sky.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
gia nasgia
Next
2024-12-05
0
Marhaban ya Nur17
sky kikuk gw maca e kaya nama diflm f4 wkwk
2024-02-15
0
Lela Lela
semangat 👍
2023-07-12
0