"Kangen!" Disya langsung berhambur ke arah Ocha.
"Eit ... eits ...." Bila si bawel menyela.
"Kenapa?" tanya Disya bingung.
"Jaga jarak aman, pastikan anda mencuci tangan sebelum masuk rumah dan jangan saling bersentuhan."
"Kampret lo, gue kira apaan. Gue udah cuci tangan, minggir gue kangen sama Ocha."
Disya menerobos dan langsung merangkak ke atas kasur. Ocha pun sudah siap menengadahkan tangannya siap menyambut pelukan Disya.
"Lo kenapa berhari-hari nggak masuk, sakit?" tanya Disya sambil memeriksa keningnya dengan punggung tangannya. Ocha pun menggelengkan kepalanya.
"Nggak panas tapi," ujar Disya setelah mengamati sahabatnya.
"Ya gue emang nggak sakit."
"Terus kenapa nggak masuk?"
"Ichi Ocha mau pindah," saut Alan lantang.
"Hah! Yang bener? Kenapa harus pindah, kan sebentar lagi kita bakalan KKN bareng-bareng terus skripsian sayang banget harus pindah sekarang. Kenapa say, lo di nakali Alan?"
"Eh bocah, main nuduh sembarangan. Disayang ... Abang Alan ini yang paling baik jadi fiks nggak mungkin dan nggak akan pernah nyakitin perempuan."
"Gayamu Lan lebay, kaya nggak pernah salah aja, kemarin juga adik tingkat lo bikin mewek," saut Faro tidak terima.
"Kenapa tu adik tingkat sampe nangis?" tanya Disya kepo.
"Ditolak cintanya sama Alan, kaya gitu apa namanya nggak nyakitin."
"Eh itu beda bego, itu masalah hati mana bisa dipaksa-paksa orang gue nggak cinta masa' gue suruh nerima dia, yang ada nanti gue ujung-ujungnya nyakitin dia karena gue cuma mainin perasaannya doang."
"Ya lo seharusnya kasih kesempatan lah buat dia, dia udah dengan percaya dirinya ngungkapin perasaanya ke elo. Elo malah tolak mentah-mentah. Sungguh terlalu sakitnya tuh di sini," ujar Faro mendramatisir.
"Wah ... ternyata ada yang mau juga sama lo Lan." Disya terkekeh.
"Banyak lah lo doang yang nganggep gue butiran debu," jawab Alan cuek, sontak membuat seisi ruangan tertawa terkecuali Alan tentunya.
"Apalah artinya aku yang kau anggap remahan rengginang, wkwkwk," sindir Bila bergaya seperti orang membaca puisi.
"Yang salah Disya lah coba lihat ketulusan hati gue selama ini. Buka lebar-lebar hatinya gue siap nikah sekarang sama lo Disya?"
"Gue bilangin sama Rayyan kalau lo habis lamar gue, hahaha ...." jawab gadis itu cuek.
Teman-teman yang lainya cuma geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka berdua yang emang suka konyol. Semua tahu kalau Alan dekat dengan Disya, semua juga tahu kalau Alan sepupunya Rayyan.
"Nih sekarang gue mau telfon?" ujar Disya mengarahkan ponselnya.
"Eh jangan bego, gue bisa di gorok." Alan langsung merebut ponsel Disya dan menekan tombol merah.
"Kalian berdua kaya Tom and Jerry tahu nggak, gue bakalan kangen banget banget sama kalian," ujar Ocha sedih.
"Jadi beneran mau pindah, kenapa?"
"Ngikut nyokap sama bokap ke New York. Bokap nerusin bisnis di sana ya udah pasti ini kesempatan gue ikut."
"Lo menetap di sana?" tanya Sinta merasa kehilangan.
"Iya, jadi kalau di antara kalian ada yang berniat S2 di New York besok kita bisa ketemuan di sana."
"Gue mungkin, pengen—." Disya merengek manja.
"Lo nggak usah mimpi Sya, nggak bakalan diizinin sama Rayyan apalagi setelah lulus mau langsung qobil tu nikah ha ha," sahut Alan.
"Nanti pas lo nikah gue usahain balik deh, khusus buat lo," ujar Ocha.
"Iya janji ya, awas jangan bohong."
"Insya Allah," jawabnya mengiyakan.
"Eh pulang yuk, udah gelap ini," ajak Hanum.
"Iya bener, kita bertamu lama amad sampe lupa waktu."
"Ada yang mau gue tebeng nggak nih, motor gue di bengkel ban gue kempes."
"Sumpah lo? Tadi bisa nyampe sini sama siapa?"
"Sama mobil orang baik yang kebetulan lewat. Hehehe."
"Nggak bener lo, gue nggak searah lagian ini udah gelap," ujar Hanum merasa kasihan.
"Nggak pa-pa lah gue pesen taksi online saja," ujar Disya santai.
"Gue anter Disyayang ... mau ke mana hotel, puncak, villa ayok aja gue jabanin." Alan masih suka becanda.
"Berisik ayo ah jalan, tapi lo kan juga nggak searah."
"Ya demi menjaga jodoh saudara dari pada nanti di jalan ada apa-apa gue bakalan habis di omel Rayyan. Ayo gue anter!"
"Lo mah musti gitu dulu, kalau nolongin pasti gara-gara Rayyan nggak pernah ikhlas bantuin gue," ujar Disya sedih.
"Masya Allah ... nggak Sya, ayo cepetan nanti keburu kemalaman sampe rumah. Mami gue ceriwis kalau gue pulang terlambat."
"Iya deh iya, pulang dulu ya Cha, jangan kangen. Hati-hati kalau berangkat," ujar Disya sambil berpelukan yang langsung di ikuti Sinta Bila dan Hanum. Mereka saling melepas dengan perasaan sedih.
"Jangan pada sedih kalian, gue tunggu kabar baiknya, dan juga undangannya." Mereka semua mengangguk dan terakhir melambaikan tangannya.
"Pegangan Sya, gue mau ngebut," ujar Alan memperingati. Pria itu benar-benar mengantar Disya.
"Eh jangan! Pelan-pelan saja, dingin lagian aku nggak pake helm."
"Pegangan pokoknya gue udah ancang-ancang, biar cepet sampe rumah. Gue masih ada kegiatan habis ini," ujar Alan.
Disya menurut, pundak Alan ia cekal sebagai tumpuan. Alan cukup mahir dalam mengendarai motor sehingga dalam waktu tujuh belas menit sudah sampe depan halaman rumah Disya.
"Setan lo bawa motornya bikin orang jantungan," protes Disya setelah motor menepi di depan gerbang rumah Disya.
"Ya kan gue udah bilang, pegangan gue mau ngebut, udah sana masuk, gue mau langsung pulang," ujar Alan datar.
"Oke deh, thanks Alan ... besok-besok boleh deh anterin lagi," seloroh Disya menggoda.
"Ogah bolak balik nganterin lo, sana masuk!"
"Bye ... jodoh orang." Alan langsung menancap gas motornya.
Disya membuka pintu pagar yang langsung disambut satpam di rumahnya.
"Non Disya baru pulang? Tumben malam sekali, motornya mana Non?" tanya Pak Amet satpam rumahnya.
"Bannya kempes Pak, jadi ada di bengkel dari rumah temen ini. Pak kok banyak mobil ada tamu ya?"
"Iya, tamunya bapak sama ibu," jawab Pak satpam.
"Masuk dulu Pak."
"Iya Non, monggo."
Disya lewat pintu garasi, gadis itu masuk terus melepas sepatunya. Tidak lupa mencuci tangan dan kaki di tempat yang telah tersedia sebelum masuk ke rumah.
"Assalamu'alaikum ...." Salam gadis itu menggema mengisi seluruh ruangan.
"Waalaikum salam," jawab Mama Amy dan seluruh orang yang ada di ruang makan.
"Ma Pa?" sapa gadis itu sopan.
"Baru pulang sayang, kok tumben sampe malam gini."
"Iya Mah, habis dari rumah Ocha," jawabnya pelan.
"Sayang, kenalin sini ada tamunya mama, salim dulu sayang." seru Mama Amy menginterupsi.
"Malam Om, Tante—Yuki?" Disya menyapa kedua orang tua sahabat orang tuanya dengan ramah.
"Iya sayang, ya Allah ... Disya—kamu anaknya Amar?"
TBC
.
. Ayo beri semangat author dengan mendukung cerita ini jangan lupa meninggalkan jejaknya like, komen dan Vote.
Vote
Vote
Sayang....
Happy reading... jangan lupa dukungannya ya biar author semangat nulis dan rajin up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Su Tejo
ijin baca lagi thor 🙏
2024-12-15
0
Danny Muliawati
disya d sky pasti kaget
2024-12-12
0
gia nasgia
Akan gokil 😂
2024-12-05
0