Sore harinya Disya sudah siap dengan stylenya. Gadis itu sedikit berdandan sebab mau bertemu dengan Rayyan. Disya akan menjalani hubungan sebagaimana mestinya, toh kalau kak Rayyan benar mencintainya pria itu pasti akan menerima keadaan dirinya yang sudah tidak sempurna.
Tok tok tok
"Sya ... ada Rayyan tuh di bawah," kata Mama Amy memberi tahu.
"Bentar Mah, suruh nunggu sebentar," ujar gadis itu sambil mematut dirinya di cermin.
Kedua orang tua Disya sudah hafal dengan Rayyan jadi baik Mama Amy atau Pak Amar merasa fine-fine saja anaknya jalan berdua dengan Rayyan.
Disya turun dari tangga dengan Rayyan yang sedari tadi tidak berkedip memandang wajah ayunya.
"Kak, sorry lama," ucap gadis itu tersenyum malu.
"Ya udah ayo, kami berangkat dulu Om, Tante," pamit Rayyan seraya mencium punggung tangan kedua orang tua Disya.
"Ma, Pa berangkat dulu," timpal Disya.
"Balikin Disyanya jangan terlalu malam Yan," ujar Mama Amy memperingati.
"Siap tante." Mereka berjalan keluar dari rumah dan segera melajukan mobilnya.
"Kak, kalau nyetir tuh lihat depan jangan lihat samping entar nabrak," ujar Disya melihat Rayyan sebentar-sebentar memperhatikannya.
"Gimana ya ... di samping ada masa depan aku sih," selorohnya sambil tersenyum penuh arti.
Katakanlah Disya dan Rayyan jarang bertemu sebab kesibukan Rayyan sebagai dokter muda dengan jam kerja yang cukup padat. Malam ini benar-benar akan ia gunakan untuk berdua saja menikmati hari bersama.
Tangan kiri Rayyan terus menggenggam tangan Disya sepanjang jalannya. Sementara tangan kanan Rayyan fokus mengemudi. Pria itu tidak melepaskan genggaman tangannya sedikit pun sesekali membawa tangan itu dalam kecupan. Betapa Rayyan sangat mencintai Disya begitupun Disya yang mencintai Rayyan.
Namun, semenjak satu malam yang membuat dirinya hancur membuat rasa itu sedikit gamang dengan penuh rasa bersalah. Rayyan yang notabenenya adalah pacarnya saja sangat menjaganya bahkan sabar menanti sampai halal tapi apa bahkan Disya melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Disya tidak tahu apakah Rayyan masih mau menerimanya kalau mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Disya hanya ingin untuk saat ini biarlah begini adanya. Tetap mencintai dan dicintai. Biarlah takdir yang akan membawa mereka menempuh jalannya, walaupun Disya sadar suatu hari nanti ia pasti akan menjelaskan semuanya agar tidak menjadi boomerang dalam rumah tangganya kelak.
"Kita ke mana Sya?" tanya Rayyan minta pendapat.
"Nonton atau mall, kamu butuh sesuatu yang mau dibeli," sambung Rayyan.
"Terserah kamu aja kak, berdua denganmu selalu buat aku happy," jawabnya jujur.
"Kakak kamu kapan nikah? Udah nggak sabar pingin cepet-cepet halalin kamu."
"Belum tahu kak, kemarin sih katanya udah ketemu dua keluarga tapi aku juga belum tahu kelanjutannya belum tanya-tanya, belum ketemu juga kakak kan tinggal di apartemen."
"Kita tunangan dulu aja gimana? Nikahnya tetep nunggu kak Flora nikah dulu," ujarnya serius.
Mungkin kalau pertanyaan ini Rayyan ajukan sebelum malam sial Disya, Disya akan langsung mengangguk dan menjawab iya. Namun, kenapa untuk saat ini Disya merasa takut hanya untuk berkata iya.
"Gimana sayang, mau kan? Aku coba bantu bilang sama mama papa kamu," ujar Rayyan masih menatapnya intens. Saat ini mereka sudah sampai di parkiran sebuah gedung bioskop.
"Aku ... apa nggak terlalu cepat ya kak, aku bahkan belum lulus kuliah."
"Sayang ... lihat aku, aku sangat mencintaimu jadi tidak salahkan kalau aku minta kita tunangan dulu. Nikahnya tetep nunggu kak Flora nikah dulu. Syukur-syukur orang tua kamu berubah pikiran dan mengizinkan kita nikah dulu," ujarnya penuh harap.
"Kamu kenapa sih kok kaya ragu gitu, atau jangan-jangan malah kamu yang nggak mau aku seriusin," ucapnya dengan penuh nada kecewa.
"Nggak gitu kak, rencananya aku semester tujuh nanti mau ambil skripsi dan pasti bakalan jadwal aku padat merayap. Jujur aku ngerasa hubungan kita terlalu cepat, kita jalani aja dulu kak setelah aku lulus nanti baru kita pikirin lagi," jelas Disya bingung.
Gadis itu hanya takut Rayyan merasa kecewa padanya, untuk saat ini jujur bukanlah waktu yang tepat untuk mereka. Disya hanya takut setelah bertunangan nanti di saat kedua orang tua mereka sudah bertemu dan sama-sama merestui hubungan mereka malah berantakan sebab sesuatu yang menimpa Disya tidak bisa diterima Rayyan dengan lapang dada.
Logika saja mana ada laki-laki yang sudi menerima dirinya dengan status sebagai pacar tetapi si wanita itu malah tidur dengan laki-laki lain. Bukankah itu penghianatan besar-besaran walaupun dilakukan tanpa kesengajaan tanpa kesadaran. Namun, bagi Rayyan mana bisa dia percaya.
"Ya udah deh kita pikirin nanti aja, jangan diem aja dong kita keluar rumah kan niatnya buat have fun. Mana senyumnya sayang," goda Rayyan sambil mengacak pelan rambutnya dengan sayang.
Disya pun segera menarik bibirnya menampilkan deretan giginya yang putih hingga membuat lengkungan manis.
Rayyan dan Disya masuk ke gedung bioskop setelah membeli tiket di loket yang tersedia.
"Mau beli cemilan apa?" tanya Rayyan yang sedang memindai matanya di sepanjang rak jajanan.
"Apa aja kak yang penting bisa buat teman nonton," ujar Disya ikut memilih jajanan.
Setelah membeli jajanan yang akan menemani mereka selama dua jam, Disya dan Rayyan segera masuk ke dalam gedung bioskop karena beberapa menit lagi akan segera diputar filmnya.
"Kak aku ke toilet dulu ya," ujar Disya. Saat ini layar masih menampilkan iklan film yang akan segera ditayangkan.
"Mau ditemenin apa berani sendiri," ujar Rayyan khawatir.
"Sendiri aja kak, akan kok, berani," jawab Disya dengan senyuman.
"Ya udah hati-hati ya?" ujar Rayyan. Pria itu terus mengamati Disya sampai Disya menghilang dibalik pintu.
Disya langsung menuju toilet wanita yang letaknya bersebelahan dengan toilet pria. Entah itu hanya firasatnya saja tetapi sekilas sudut matanya seperti melihat bayangan seseorang yang dikenalinya.
"Masa' sih orang itu di sini juga, kayaknya nggak mungkin deh," gumam Disya seraya mencuci tangannya di bawah guyuran keran.
"Tapi kalau iya bukan urusan aku juga sih, ini kan tempat umum jadi siapa saja boleh berkunjung termasuk si pluto," monolog Disya.
Disya pun segera ke luar dari toilet, Rayyan sudah terlalu lama menunggunya. Gadis itu berjalan gontai meninggalkan toilet.
"Astaghfirullah ...." Disya mengusap dadanya kaget melihat seseorang berdiri sambil bersedekap dada di depan pintu keluar.
"Bapak ini apa-apaan sih ngagetin aja," protes Disya kesal.
"Kamu ngapain di sini, sama siapa?" selidik Sky.
Hah pertanyaan macam apa ini. Kepo banget jadi orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
gia nasgia
ihhh pak Dogan ternyata punya profesi sampingan jadi stalker 😂🤣🤣🤣
2024-12-04
0
aryuu
mirip bapaknya suka ngagetin/Chuckle/
2024-10-14
0
gia nasgia
ihhh belum juga jadian si Dogan sdh posesif
2024-05-31
0