Disya masih terlalu malas untuk beranjak dari kasur empuknya, namun suara lengkingan yang bersumber dari Mama Amy cukup memekik telinga gadis itu.
"Berisik Ma," ucapnya tanpa dosa. Gadis itu berlalu begitu saja dari hadapan Mama Amy dan berjalan gontai menuju kamar mandi.
"Sayang, kamu tuh kebiasaan, nggak bisa bangun pagi. Katanya udah pingin jadi istri Rayyan tetapi masih malas untuk bangun pagi," cibir Mama Amy jail. Anak itu tidak menyahut lagi sebab sedang mandi.
Sumpah demi apa pun kalau tidak ada presentasi hari ini Disya masih malas untuk masuk. Namun, hari ini ada kuliah pagi jam setengah sepuluh dan dosennya Bu Emil yang lumayan killer.
Setelah mandi, ganti baju, make up tipis-tipis tak lupa polesan liptint biar kece badai dan cus ... berangkat anak sengal itu.
"Pagi Ma, Pa?" sapa Disya lalu menyeret kursi di ruang makan.
"Pagi sayang," jawab Mama Amy.
"Papa kok nggak jawab sih?" keluhnya sebal.
"Lagi sibuk dia Sya." Amar melirik istrinya cuek.
"Sibuk apaan? Orang duduk manis juga."
"Sibuk sarapan lah," jawab Pak Amar santai.
"Owh ... kirain sibuk mikirin mantan."
"Eh! Bocah nakal. Nggak ya aku cukup setia dengan Mama Amy," jawab Amar bangga.
"Percaya diri sekali Anda Pak?" seloroh Disya yang dijawab dengan kekehan. Anak dan Bapak itu biasa becanda di setiap situasi. Asal ada bahan di situ mereka bereaksi. Ayah dan anak itu memang sangat akrab bahkan Amar bisa menempatkan diri sebagai ayah yang baik dan juga kadang bisa menjadi pendengar yang baik sebagai teman.
Disya lebih dekat dengan papanya ketimbang Mama Amy. Sebenarnya sama-sama dekat, namun karena mamanya di anggap paling cerewet untuk dirinya, yang notabene anak baru mau menginjak dewasa itu merasa dihakimi dan kadang merasa sebal sendiri.
"Tarik kartu debitnya Mah, ini becandanya kelewatan bisa bikin Mama salah paham," sambung Amar datar.
"Ye ... Papa nggak asyik bisanya ngadu ke Mama."
"Udah diem, kalau makan tuh fokus sama isi piringnya jangan fokus hal lain yang unfaedah," tegur Mama Amy.
Usai sarapan Pak Amar langsung berangkat ke kantor sementara Disya masih duduk santai. Gadis itu baru akan berangkat jam sembilan nanti agar tidak terlalu lama menunggu di kampus.
"Berangkat dulu Ma," pamit Disya pada Mama Amy. Biasanya Disya berangkat menggunakan motor tetapi pagi ini Disya sedang ingin memakai mobil. Alasannya simple saja, gadis itu sedang merasa tidak nyaman.
Sesampainya di kampus Disya langsung masuk kelas untuk jam pertama. Sembilan puluh menit berlalu disambut pekikan senang para mahasiswa setelah Dosen Emil keluar dari ruangan dan mengucap salam.
"Sya kantin yok?" ajak Bila.
"Duluan aja deh gue belum lapar."
"Disyayang ... nggak punya duit lo, nanti abang traktir deh," ucap Alan. Pria itu termasuk jenis cowok yang asyik dan pengertian. Dewasa dan hobbynya menggoda Disya. Kalau belum tahu yang sebenarnya mereka terlihat seperti pacaran.
"Belum lapar gue, pada duluan ajalah," decaknya sebal.
Disya memilih menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya yang menopang meja. Pikirannya masih kacau dan belum move on, sepertinya gadis itu mengalami sedikit tekanan.
Malas hanya duduk-duduk di kelas saja membuat gadis itu jengah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kampus sambil menunggu kelas selanjutnya.
Disya berjalan gontai menuju gedung perpustakaan kampus.
"KTMnya kak?" ucap penjaga perpus.
Disya merogoh isi tasnya dan tidak menemukan kartu Identitas miliknya di sana. Ia meneliti dengan seksama tetap tidak menemukan.
Mana sih kok nggak ada? Sial banget kalau hilang. Mana ribet buat bikin ulang. Hadehh ... gadis itu menghela napas panjang.
"Sorry Pak, sepertinya saya lupa bawa."
"Sayang sekali, sesuai peraturan di kampus ini tidak bisa masuk tanpa KTM, kak sorry," ucap penjaga perpus menyayangkan.
"Iya Pak, nggak pa-pa bisa datang lain kali aja." Disya berlalu dari sana dan lebih memilih menuju kantin menyusul teman-temannya.
Disya mengedarkan pandangan matanya, menyapu liar ke penjuru kantin yang nampak ramai riuh. Ini jam dua belas lewat waktunya orang berlalu lalang mengisi perutnya untuk makan siang.
Di pojok kantin sebelah utara nampak tenang temannya sedang asyik makan dan bercengkrama.
"Disyayang!" panggil Alan yang melihatnya clingukan. Cowok itu sedang bergabung dengan cowok-cowok yang lainya menikmati bakso.
"Gabung sini aja Sya," ujar pria itu.
"Males, gue mau nyamperin Bila."
"Awas ada Bisma sama Faro di sana, play boy cap acakadul," selorohnya.
"Aman gue mah orangnya, 'kan udah tahu gue nggak jomblo," jawabnya yakin.
"Banyak tikungan DiSYAyang ...." ucapnya penuh penekanan.
"Wah ... wah ... pelanggaran, diajak kita ke kantin nggak mau malah mojok di sini sama Alan. Gue bilangin kak Rayyan lo," ancam Sinta bawel.
"Ish ... siapa yang mojok orang ramai gini juga. Kalian udah selesai makan?"
"Udah, cepetan pesannya habis ini 'kan masih ada kelas. Eh denger-denger ada dosen baru loh di kampus kita."
"Iya 'kah? Ganteng nggak? Masih muda? Single?" cerocos Sinta antusias.
"Nah kalau itu lo tanyain saja langsung nanti kalau kebetulan pas ketemu."
Setelah mengisi perut dengan kenyang, Disya, Sinta dan Alan menuju ke kelasnya.
"Interupsi gaess ...!" Suara bariton Bisma tiba-tiba menggema di depan kelas. Bisma adalah ketua kelas sekaligus anggota organisasi BEM.
Semua mahasiswa yang ada di kelas sontak menoleh ke depan mendengarkan dengan teliti perkataan Bisma.
"Hari ini Dosen Bayu kita yang super itu diganti, jadi ada dosen baru kemungkinan masuk kelas kita," kata Bisma di depan kelas, sontak membuat anak-anak riuh dan kepo akut dengan kedatangan dosen yang dimaksud.
"Tuh 'kan bener, dosennya bakalan diganti. Semoga nggak pelit nilai kaya Pak Bayu," celetuk Hanum.
"Sumpah demi apa Bis? Lo beneran nggak bohong kan? Yes yes yes akhirnya nggak diajar Pak Bayu lagi. Males banget hobinya resume materi."
"Iya, semoga yang ini asyik," sambung Bila.
Hampir semua anak berpendapat dengan pendapatnya masing-masing yang paling kece dan sreg menurutnya. Berbeda dengan Disya, gadis yang terkenal ramai dan seru itu sedang tidak minat banyak bicara dan lebih memilih untuk tenggelam dengan ponselnya.
Disya sedang berbalas pesan dengan Rayyan yang mengatakan ingin bertemu dengannya sore nanti setelah dirinya selesai bekerja.
Waktu sudah molor dari setengah jam yang lalu dan dosennya belum datang. Suasana kelas semakin riuh tiba-tiba seseorang memasuki kelas dengan langkah lebar.
"Selamat siang semuanya ...!" Semua perhatian langsung mengarah ke depan kelas mengikuti sumber suara.
"Siang ...." kompak dijawab seluruh kelas terkecuali ... Disya. Anak itu masih sibuk bersosmed ria, tenggelam dengan keasyikan room chat bersama kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
gia nasgia
jeng... jeng... 🤦♀️
2024-12-04
0
Nuryati Yati
jeng.. jeng.
2024-11-08
0
gia nasgia
Akhirnya buronan nya Sky di depan mata 😂
2024-05-30
0