"Astaga ...!!!" Disya terpekik kaget begitu melihat jam di ponselnya sudah lewat dari jam delapan. Gadis itu ada kuliah pagi jam sembilan dan juga ia harus mengumpulkan tugas dari Pak Sky dengan deadline jam setengah sembilan.
Kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah, sedang perjalanan bisnis ke luar kota.
Gadis itu langsung ngacir ke kamar mandi kaya kesetanan. Mandi kilat kurang dari sepuluh menit dan segera mengaplikasikan make up tipis-tipis ke wajahnya. Tak lupa menyemprotkan parfum ke badannya agar wangi sepanjang hari.
"Sial deadline jam setengah sembilan lagi, dasar dosen nyebelin kenapa harus dikumpulin di gue dulu coba, bikin ribet hidup gue aja," gerutu Disya sambil terus mengemas buku di meja belajar sisa semalam yang masih berserakan.
Disya pun segera menghubungi Bila, dia meminta gadis itu untuk mengumpulkan tugas anak-anak di tempatnya terlebih dahulu supaya semua tugas anak-anak satu kelasnya tidak terlambat. Untuk menghemat waktu karena Disya masih dalam perjalanan dan terjebak macet.
"Sial sial ... mimpi apa gue semalam ya Tuhan ... pagi harus maraton kaya gini," gadis itu mengumpat kesal sepanjang perjalanannya ke kampus.
Sudah tahu pagi bakalan macet begonya Disya malah bawa mobil, bukan bawa motor yang bisa gesit menyelinap ke sana ke mari. Akibat panik dia sampai lupa sarapan dan langsung berangkat.
Tepat pukul setengah sembilan kurang lima menit Disya sampai di halaman kampus. Gadis itu segera memarkirkan mobilnya asal sampai tidak begitu jeli memarkirkan mobilnya. Disya sudah panik sendiri harus segera mengumpulkan tugas sesuai deadlinenya kalau tidak maka semua tugas ditolak dan sudah pasti Disya yang kena marah anak satu kelas.
Gadis itu berlari-lari di Koridor kampus dengan kecepatan kalang kabut. Sementara di depan kelas sudah ada Bila yang menunggu dengan cemas.
"Disya cepet udah hampir jam setengah sembilan, lo kemana aja sih," omel Bila begitu melihat Disya sampai.
"Sorry gue kesiangan, mana tugasnya semua sudah lengkap 'kan?" ujar Disya meneliti kembali.
"Udah, mending cepet deh udah mepet banget ini. Nanti nggak keburu."
"Oke gue keruangan Pak Sky dulu." Disya masih dengan mode lari membuat sedikit pusat perhatian orang-orang yang kebetulan melihatnya.
Huh huh huh ....
Napas gadis itu tidak beraturan dan sekarang masih harus mencari ruangan Pak Sky kaya orang bodoh, iya bodohnya kenapa gadis itu tidak langsung telfon dosen itu saja tetapi malah tanya ke sana ke mari kaya orang panik. Ya jelas lah Disya panik... bayangkan saja Disya pasti akan terkena semprot anak satu kelas kalau tugasnya ditolak dan harus mengulang. Bayangkan saja noh satu kelas ... ada 46 mahasiswa apa nggak bonyok kalau di grebek.
Klek
"Maaf Pak saya baru sam---." ucap Disya kepotong.
"Tugas ditolak karena kamu terlambat lebih dari lima menit," ucapnya tanpa mau dibantah.
"Yah ... yah ... Pak, jangan dong ... cuma terlambat enam menit doang. Bapak sama saja nggak menghargai pengorbanan saya untuk sampai ke sini," protesnya tak terima.
"Di sini ruang Dosen bukan ruang berkeluh kesah, jadi silahkan ke luar dari ruangan saya," sarkas Sky galak.
Sialan gue di bentak-bentak!! Awas aja. Umpat Disya kesal
"Pak, Pak tolong dong kebijaksanaannya, Bapak ini nggak lihat saya sampai ngos-ngosan gini keringetan untuk sampai ke sini. Di tambah tadi saya belum tahu ruangan Bapak yang mana, jadi kan harus tanya ke sana ke sini dulu."
"Pertama saya paling tidak suka dengan anak yang tidak disiplin dan yang kedua itu bukan urusan saya, salah siapa datang terlambat. Memang kamu ngapain saja semalam?"
Sky merasa kesal efek semalam pesan yang tidak ada manis-manisnya ditambah keterlambatannya hari ini membuat dosen baru itu tertantang untuk mengerjainya. Sky ingin tahu bagaimana reaksinya kalau tugas anak satu kelasnya ditolak gara-gara dirinya terlambat.
"Saya nggak mau tahu, keluar sekarang juga dari ruangan saya!" marah Sky lantang.
Lihatlah bahkan gadis di depannya itu menahan kesal dan hampir menangis. Sky yakin saat ini gadis itu tengah menyusun rencana untuk berkilah.
"Oke deh Bapak boleh tolak tugas saya, tapi tolong jangan tolak tugas teman-teman saya, saya bisa didemo anak satu kelas, please ... Pak Sky yang baik hati ....?" mohon Disya sambil mengatupkan kedua tangannya di depan da da.
Sky mengangkat satu alisnya, laki-laki itu tersenyum dalam hatinya.
"Ayolah Pak, saya mohon ... sebagai gantinya Bapak boleh kasih tugas ulang untuk saya asalkan Bapak tidak menolak tugas teman-teman saya," nego Disya di titik nadir.
"Oke ... saya sedang berbaik hati untuk pagi ini, tetapi ... khusus untuk kamu harus mengulangi untuk tugasnya," jawab Sky puas.
"Iya, deal ...." ucap Disya ragu.
Gadis itu lebih baik mengulang untuk dirinya sendiri dari pada harus dikeroyok anak satu kelas. Pagi ini memang dia yang salah karena harus bangun terlambat.
"Ya udah Pak, sudah jelaskan kalau gitu saya permisi," ujar Disya hendak berdiri.
"Eh, tunggu dulu. Siapa yang menyuruh kamu ke luar dari ruangan saya."
Disya diam sejenak menanti selanjutnya apa yang akan terjadi, mungkin tugas untuk dirinya akan diberikan sekarang atau tidak. Disya masih duduk di kursi depan meja Pak Sky sementara Pria itu sedikit lebih dekat dengan duduk di meja kerjanya dan menatap wajah Disya yang sedang menunduk kebingungan.
Sky terus menatap lekat ke wajah Disya, membuat gadis itu salah tingkah dan bingung. Tatapannya lekat dengan gaya melipat tangannya di da da.
Pak Sky ngapain sih lihatin gue kaya gitu ... sumpah pingin gue colok matanya.
"Maaf Pak! Bapak ngapain lihatin saya kaya gitu?" ucap Disya gugup.
Sky bergeming sedikit membungkuk lalu mencondongkan wajahnya. Pria itu mendominasi keadaan di mana sangat tidak menguntungkan bagi Disya. Sampai gadis itu agak sedikit memundurkan wajahnya karena jarak yang terlalu dekat.
"Karena mata digunakan untuk melihat," bisik Sky tepat di telinga Disya, bahkan sapuan napas Sky terasa hangat menerpa pipi kanan gadis itu, membuat tubuh gadis itu meremang seketika.
Disya sontak memundurkan kursinya dan segera berdiri dengan gugup. "Maaf Pak saya harus segera keluar, kelas akan segera di mulai," ucapnya gugup dengan muka yang entah sudah seperti apa dan jantung yang sedari tadi memompa begitu cepat.
Sky menormalkan tubuhnya, Pria itu berdiri dengan menahan senyum kemenangan melihat wajah Disya yang merona. Ia sengaja melakukannya karena jujur ingin lebih dekat dan menghirup wangi tubuhnya. Anggap saja Sky gila, ya tetapi kenyataannya seperti itu.
"Kamu lupa ya? Kelas pertama kamu 'kan saya yang ngajar jadi masih ada waktu kurang lebih lima belas menit lagi," kata Sky santai.
Yeah skakmat! Mam pus lo Disya.... Rutuk gadis itu pada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
gia nasgia
Pak Dogan yg memegang kendali 😂🤣🤣
2024-12-04
0
Danny Muliawati
disya knp sih hrs menghindar
2024-12-12
0
muth yasin
kesel niy yeee
2024-08-24
0