"Dimana gadis itu?" Tanya Zion dingin kepada pembantu yang tadi membantu mengobati luka Luna.
"Nona Luna tengah tidur sekarang tuan, nona kelihatan sangat letih karena menangis sedari tadi." Jawab bibi dengan kepala menunduk tak berani menatap wajah tuan mudanya.
"Aku memanggilmu kemari bukan untuk membicarakan tentang kondisinya. Aku hanya bertanya dimana dia? Kurahap dia tidak mencoba melarikan diri."
Bibi menggeleng,
"Tidak tuan, nona tidak akan bisa kabur dari mansion ini." Ucap bibi menjelaskan.
"Apa dia sudah makan?"
"Nona tidak mau makan apapun tuan. Dia menolak saat saya membawakan makanan untuknya." Terang bibi.
Zion mengeratkan giginya, gadis itu memang sangat keras kepala pikirnya. "Beraninya dia!!
Dan kenapa kau tidak memaksanya?! Bagaimana jika dia mati? Dengan siapa aku akan membalaskan dendam ini?"
"Maaf tuan, nona menolak dan menyuruh saya pergi dari kamarnya tuan." Ucap bibi takut.
"Keluar dari ruanganku!." Kesal Zion sedikit mengumpat setelah bibi keluar dari ruang kerjanya.
tanpa berfikir dua kali Zion beranjak dari kursinya dan berjalan dengan penuh kekesalan ke kamar Luna untuk memberi gadis itu pelajaran.
Baru pertama kali Zion menemukan seorang gadis yang keras kepala seperti Luna. Apa mungkin sebenarnya ia salah sasaran?
Demi apapun Zion tak akan membiarkan Luna begitu saja. Ia hanya ingin menyaksikan penderitaan gadis itu, yang mungkin tak seberapa dengan apa yang Zion alami selama ini.
BRAKKK... Zion mendobrak pintu kamar Luna dengan kerasnya membuat gadis yang tengah memandang keluar jendela itu terperanjat kaget.
Luna menoleh dan melihat Zion dengan tatapan aneh, mencoba mencari tahu kenapa pria kejam itu terlihat marah padanya. "Apa lagi yang akan dia lakukan padaku?" Batin Luna.
"Gadis bodoh, kenapa kau begitu keras kepala?" Tanya Zion marah, namun justru menjadi tanda tanya bagi Luna.
"Ada apa tuan?" Tanya Luna balik dengan lembut, matanya terlihat sembab karena menangis memikirkan nasib Aaron dan juga dirinya.
"Kau masih bertanya padaku? Apa kau ingin aku mencongkel matamu itu supaya kau mengerti?" Luna bergidik membayangkan ucapan Zion.
"Ti-tidak tuan.. aku hanya bertanya, tidak ada salahnya bukan jika aku bertanya padamu?" Zion mengepalkan tangannya.
"Kau ini memang benar-benar membuatku kesal!!"
Luna hanya menatap wajah tampan Zion dengan wajah polosnya dan tanpa rasa bersalah. Ia memang bingung apa yang terjadi kepada tuan muda pemilik mansion mewah ini.
"Kenapa kau tidak makan? Jika kau mati, aku tidak bisa menyiksamu lagi."
Luna menunduk,
"Bagaimana aku bisa makan? Aku masih sangat sedih tentang Aaron. Kenapa kau membunuhnya? Apa kesalahannya padamu? Jika kau memiliki dendam kepadaku, hukum aku saja tapi jangan hukum Aaron." Zion sungguh sudah tak bisa membendung kekesalannya tersebut.
"DIAAMMM..."
Teriakan Zion menggelegar hingga ke seluruh mansion, dan membuat Luna terkesiap. Ia tak berani menatap wajah tuan mudanya, air matanya kembali berlinang namun Luna tetap berusaha agar Zion tak mampu mendengar suara tangisannya.
"Dia adalah seorang pengkhianat, aku tidak suka dengan kata pengkhianat. Aku bisa membunuh siapapun jika aku mau, terutama dirimu. Nyawamu saja tidak begitu berarti bagiku." Decak Zion dengan tatapan tajam.
"Memang apa yang Aaron lakukan sehingga dia mengkhianatimu? Aaron tidak mungkin melakukan hal itu? Kau pasti salah paham!!" Luna menangis histeris, namun ia berusaha untuk mengendalikan dirinya.
"Panggil aku tuan.. jika sekali saja kau tidak memanggilku dengan sebutan tuan, maka aku akan membuat kedua kakimu itu tidak bisa berjalan lagi." Ancam Zion dan tentu saja membuat Luna takut dan tak berani menatap wajah tuan mudanya.
Luna terdiam tak berani membuka suaranya, ia mampu mengenal karakter kejam Zion. Ia yakin kalau Zion tidak pernah main- main dengan ucapannya.
"Ikut aku."
Zion menarik kasar tangan Luna, ia mencengkram kuat pergelangan tangan Luna membuat gadis itu berteriak kesakitan.
"Tuan lepaskan tanganku.. S-sa-sakitt.. aku mohon tuann.. tolong lepaskan tanganku.." Zion tak berkutik, ia membawa Luna ke dapur yang saat itu bibi juga tengah berada di sana.
Langkah Zion yang cukup panjang karena ia memiliki tinggi badan yang cukup tinggi sehingga Luna sulit menyesuaikan langkahnya sendiri. Bahkan Luna sesekali tersandung kakinya sendiri karena Zion berjalan begitu cepat dan ia tak mampu mengimbanginya.
"S-Ssakitt.." Rintih Luna.
"Tuan, aku mohon..." Air matanya kembali terjatuh.
Mereka berhenti di dapur, bibi pun yang sedang mencuci sayuran mengalihkan pandangannya setelah mendengar suara rintihan Luna. Bibi tak tega melihat Luna teraiksa seperti ini, namun ia juga tidak bisa melawan sang tuan muda karena bibi tidak ingin mengambil resiko apapun yang akan membuatnya mengalami kerugian.
"Mulai saat ini kau akan bekerja di dapur ini, memasak untukku. Jangan ada yang berani untuk membantunya," Tegas Zion dengan melepas tangan Luna dengan kasar.
"Ta-tapi tuan-"
"Aku tidak menerima penolakan. Jika ada seseorang yang membantunya, maka aku akan membuat hidupnya sengsara." Ucap Zion dengan wajah dingin dan datarnya, terlihat sangat menyeramkan bagi Luna.
Luna menangis sambil memegang pergelangan tangannya yang sakit setelah Zion pergi meninggalkan nya di dapur bersama bibi. Bibi pun menghampiri Luna, dan berusaha menenangkan Luna dengan memeluk gadis itu.
"Sudah non, jangan menangis.. bibi tau apa yang non Luna rasakan. Pasti sangat sakit kan?" Ucap bibi yang juga ikut merasakan kepedihan yang Luna rasakan.
"Bi.. aku ingin pergi dari sini bi.. aku tidak ingin tinggal di tempat ini.. aku tidak sanggup bi.. hiks..hiks.."
"Sabar non Luna, tidak semudah itu untuk pergi dari sini. Bibi yakin non Luna pasti kuat, karena non Luna adalah gadis yang hebat."
"Tapi kenapa bi? Kenapa dia menyiksaku? Kenapa dia sangat membenciku? Apa yang aku lakukan sehingga dia menyiksaku? Aku sama sekali tidak mengenalnya bi, lalu kenapa dia melakukan ini padaku?" Bibi berusaha sebisa mungkin menenangkan tangisan histeris Luna, namun gadis itu tidak juga tenang.
"Belum waktunya non mengetahui yang sebenarnya. Bibi juga tidak bisa cerita tentang hal itu non. Jangan menangis non," Ucap bibi mencoba menenangkan Luna dengan memeluk tubuh Luna agar merasa tenang.
Luna menarik nafasnya dalam-dalam, dengan sedikit isakan Luna mencoba tersenyum kepada bibi. "Makasih bi..."
.
.
.
.
Bersambungg...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
anisaaaa
jngn terlalu kejam thor
2021-10-20
0