Selamat membaca.......
***
Setelah membaringkan Luna di atas kasur, Dallas kembali untuk menemui Zion di tempat dimana dia dan para penjaganya tanpa mengobati luka di telapak tangannya terlebih dahulu..
"Biarkan Luna pergi dari mansion ini."
Ucap Dallas melihat Zion dengan segelas minuman di tangan kanannya..
Dallas tidak bisa membiarkan Zion bersikap kejam seperti ini terus kepada seorang gadis yang sama sekali tidak bersalah.. kali ini akan Dallas pastikan kalau Zion keliru..
"Ada apa denganmu Dallas? Sebelumnya kau tidak pernah melarangku berbuat sesuatu." Kata Zion.
"Aku memang tidak pernah melarangmu berbuat sesukamu, tapi kali ini kau sudah melewati batasanmu. Lepaskan Luna.."
"Jika aku tidak mau apa yang akan kau lakukan?" Tanya Zion..
"Aku akan membawa Luna pergi sejauh mungkin, sampai kau tidak dapat menemukannya lagi.." Tegas Dallas.
"Apa kau lupa siapa diriku? Aku akan dengan mudah menemukan dia dalam sekejap mata......
"Tapi apakah kau bisa menemukan kakaknya? Kau saja tidak bisa menemukan nya selama bertahun-tahun, karena kau sangat yakin kalau dia masih hidup dalam kecelakaan itu."
"Yaaa...... dia memang masih hidup....... dan dengan menyiksa adiknya, dia pasti akan muncul di hadapan ku......." Geram Zion..
"Lalu akan sampai kapan kau akan menyiksa gadis tidak berdosa itu?"
Dallas mengepalkan tangannnya, ingin sekali memukul wajah tampan sahabatnya itu...
"Sampai aku merasa puasss..."
Dallas berdecak,
"Kau memang pria egois Zion, tidakkah kau merasa sedikit kasihan kepada Luna? Kau telah menyiksa nya dengan begitu kejam..
aku minta lepaskan Luna..." Pinta Dallas,
"Jika aku tidak mauuu...... bagaimana....... huh?......." Geram Zion..
"Kau lebih memilih gadis bod'oh itu daripada sahabatmu sendiri? Woooooowww..." Ucap Zion lagi..
"Aku bilang biarkan Luna pergi dari sini, lepaskan diaaaa......" Bentak Dallas,
Zion sebenarnya sangat patuh kepada Dallas, ia juga tidak pernah melihat Dallas semarah ini padanya.. Selama ini Zion tidak pernah menolak kenginan Dallas, karena dengan cara itu Zion mampu membalas rasa terima kasih pada Dallas yang selalu membantunya selama ini..
Namun ia juga tidak bisa melepaskan Luna begitu saja, pembalasan dendam yang sudah ia mulai sejak beberapa tahun yang lalu tidak boleh sia-sia...
"Maaf Dallas, kali ini aku menentang keinginan mu. Aku tidak bisa membiarkan dia pergi, lagi pula dia itu adalah istriku. Kau tidak memiliki hak untuk mengaturku, jadi gadis payah itu akan tetap berada di bawah pengawasan ku.." Tegas Zion dengan nada rendah..
"Aku memang tidak memiliki hak untuk mengaturmu karena kau adalah suami dari Luna. Tapi aku minta lupakan kejadian dulu Zion, anggap saja kejadian itu tidak pernah terjadi..... anggap itu hanya kisah lama yang sudah berlalu. Lepaskan Luna, biarkan dia hidup bahagia......" Jelas Dallas...
"Kau pikir mudah melupakan kejadian itu? Kejadian yang membuat aku kehilangan orang yang aku sayangi. Aku tidak akan pernah bisa melupakan kejadian itu Dallas, tidak akan pernah bisaaa......" Ucap Zion setengah berteriak...
"Aku yakin kau bisa......
"Sudah aku katakan sekali lagi dan aku tidak mau mengulainya, aku tidak akan melepaskan dia begitu saja..... jika memang kau ingin membawa gadis itu pergi, maka kuburkan jasadku dengan tanganmu sendiri." Dallas seketika membulatkan mata, bagaimana Zion bisa berpikir seperti itu...
"Apa yang kau katakan?"
"Maka kau harus memilih antara aku atau gadis bod'oh itu?..." Kata Zion...
Dalla terdiam, dua orang yang sangat penting bagi dirinya.. jika Dallas memilih Zion otomatis Luna akan tetap tinggal di tempat ini dan akan terus merasakan penderitaan namun sebaliknya jika Dallas memilih Luna maka otomatis ucapan Zion tadi akan menjadi kenyataan..
"Kenapa kau diam? Kau tidak bisa memilih kan? Maka jangan menentang diriku, gadis itu akan tetap disini." Ucap Zion dengan tatapan dingin..
Dallas menghela nafasnya, ia tidak menyangka Zion akan seegois ini. Namun Dallas tau apa yang harus ia lakukan, suatu saat Zion pasti akan menyesali perbuatan nya kepada Luna.. Dallas yakin tentang hal itu..
"Baiklah jika itu maumu, aku tidak akan melarangmu lagi. Tapi aku ingatkan sekali lagi, jangan sampai kau memakan ucapan mu sendiri." Ucap Dallas dan berlalu dari hadapan Zion..
Dallas tidak mampu berkata-kata lagi.. merasa tak ada gunanya berbicara atau memohon kepada pria berdarah iblis itu. Namun Dallas mengerti penyebabnya, di balik sisi kejam Zion tersimpan kebaikan jika mereka berdua sedang bersama..
"Ada apa dengannya?" Batin Zion di dalam hati dengan menatap Dallas yang mulai menjauh meninggalkan nya..
***
Di dalam kamar Luna tengah menangis, menahan rasa sakit di kakinya akibat terkena guyuran air mendidih.. ia pun semakin bertambah sedih kala mengingat kejadian dimana Zion dengan kejamnya menyiksa dirinya seakan tidak ada rasa ampun bagi Luna..
Luna mengingat setiap ucapan yang keluar dari mulut Zion.. entah mengapa rasa nya begitu sakit bagi Luna..
"Kenapa tuan....? Kenapa kau menyiksaku? Apa yang aku lakukan kepadamu?" Teriak Luna di dalam kamar..
"Apa salahku sehingga kau menyiksaku? Kenapa kau tidak menghabisi nyawaku saja jika memang kau sangat membenciku?" Teriak Luna setengah menjerit..
"Non Luna.... apa yang non Luna katakan?" Ucap bibi yang mendengar teriakan Luna langsung berlari ke kamar..
"Bi.. katakan padaku, apa aku pernah membuat kesalahan?"
"Tidak nona,"
"Lalu kenapa dia menyiksaku?
Kenapa dia sangat membenciku? hiks......" Tangis Luna pecah di pelukan bibi..
"Non Luna harus sabar ya... non Luna tidak boleh menangis, non Luna harus kuatt.... maafkan bibi karena tidak bisa membantu non Luna..." Ucap bibi merasa bersalah..
Luna menyeka air matanya,
"Tidak bi.. ini bukan kesalahan bibi. Aku yang salah karena tidak berpikir dulu sebelum melakukan nya." Ucap Luna..
"Jangan salahkan diri non sendiri, bibi juga bersalah karena tidak mencegah nona padahal bibi sudah tau apa yang akan tuan lakukan jika tuan mengetahuinya.."
"Yang salah adalah pria itu bi, bukan kita..." Bi Ana hanya mengangguk..
"Astaga non.... kaki nona terbakar....." Jerit bibi ketika tak sengaja melihat kaki mulus Luna yang melepuh..
"Sebentar non, bibi akan panggil dokter untuk merawat luka bakar nona."
Luna menggeleng,
"Tidak perlu memanggil dokter bi, Luna tidak ingin membuat tuan marah. obati saja lukanya sebisa bibi.." Ucap Luna sendu..
"Tapi non... bibi tidak pernah mengobati luka bakar seperti ini sebelumnya. Jika luka bakar nona di rawat oleh dokter maka akan cepat sembuh." Kata bibi..
"Bi- lakukan saja apa yang aku minta.. aku mohon..." Mohon Luna pada bibi..
Bibi pun hanya mengangguk, dan setelah itu kembali dengan membawa kotak P3K di tangannya dan mencoba untuk mengobati luka bakar Luna dengan air mata mengalir karena tidak tega melihat Luna dengan kondisi seperti ini..
"Luka bakar ini tidak begitu sakit di bandingkan dengan ucapan dan perbuatan yang pria itu lakukan padaku." Batin Luna...
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments