Di sebuah ruangan kamar yang dingin dan gelap disudut kamat terlihat seorang gadis yang tengah tergeletak di lantai dengan mulut yang di tutup kain, tangan lebam yang terikat tali.
Terdengar suara langkah kaki yang mengarah ke arah gadis itu. Matanya berubah dingin di penuhi dengan rasa kebencian yang amat mendalam.
Luna membuka perlahan kedua matanya, ketika mendengar suara langkah kaki. Berusaha sadar sepenuhnya setelah beberapa jam pingsan dan tak sadarkan diri.
Pandangan matanya seketika terarah pada seorang pria yang tengah duduk di sofa sedang menatapnya tajam dan penuh amarah. Terlihat jelas kebencian di mata pria itu. Tangannya terlihat memegang sebuah gelas yang berisikan minuman alkohol dengan kaki yang menyilang...
"Kenapa kau menatapku?" Tanya pria itu dengan suara berat.
Luna menelan salivanya, matanya menyusuri setiap sudut kamar dengan mulut yang masih tertutup kain hitam yang membuatnya tidak bisa bersuara. Matanya berkaca-kaca, berada di tempat asing bersama dengan pria yang tidak ia kenal sama sekali.
"Hey-gadis bodoh!! Apa kau tuli? Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Ucap Zion marah, ketika Luna menatap nya lagi dengan tatapan aneh.
Luna memberontak, berusaha melepaskan ikatan di tangannya. "Emmmm..." Tentu saja Zion tidak dapat mendengar suara Luna, karena mulut gadis itu terikat oleh kain.
Zion berjalan perlahan ke arah Luna, membuat gadis itu ketakutan dan berusaha melepaskan diri namun sayangnya tangan terikat. Zion membuka penutup mulut Luna dengan kasar. "Lepaskan aku... Kenapa kau membawaku kemari? Apa yang kau lakukan kepada Aaron?" Jerit Luna di hadapan pria itu membuat Zion murka.
Ia menampar pipi mulus Luna dengan kerasnya, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Tak ada yang mampu Luna lakukan selain menahan air matanya.
"Tolong lepaskan aku..." Rintih Luna,
"Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan mu dari tempat ini." Tekan Zion.
"Ssakit.. tolong jangan sakiti aku." Ucap Luna, ia mengingat kejadian bagaimana dengan kejamnya pria itu menghabisi nyawa kekasihnya sekaligus cinta pertamanya.
"Semakin kau memohon semakin aku akan menyiksamu. Sebentar lagi kau akan menjadi istriku, aku bisa melakukan apapun kepadamu bahkan jika untuk melenyapkan mu."
Luna menggigit bibir bawahnya, air mata lolos begitu saja. "Tidakkk- aku mohon lepaskan aku... Biarkan aku hidup dengan tenang." Ucap Luna takut.
"Membiarkan mu hidup dengan tenang? Jangan pernah bermimpi!!" Marah Zion dengan mata yang merah.
Luna menangis, menyesali takdir yang telah tuhan berikan padanya. Ia harus terikat menjadi istri seorang pria kejam dan tidak berperasaan. Luna benar-benar tak sanggup jika harus hidup dengan penuh penyiksaan nantinya.
"Kenapa kau membawaku kemari?"
"Untuk menyiksamu!!" Sahut Zion dengan suara dinginnya.
Plaaakkk... satu tamparan lagi mendarat di pipi sebelah Luna. Gadis itu sungguh tidak mampu menahan rasa sakit dan panas di pipinya. Zion mencengkram kedua pipi Luna semakin membuat darah segar mengalir di sudut pipinya.
"Ingatlah satu hal.. sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa pergi dari tempat ini." Ancam Zion dan membuang wajah Luna.
Ia kemudian meninggalkan Luna dengan wajah marah. Di sana Luna tak mampu menahan kesedihannya, baru saja ia merasakan kebahagiaan karena sebentar lagi akan menikah dengan cinta pertamanya. Namun, semua kebahagiaan itu hanya tinggal kenangan. Luna tak tahu apapun, dan mengapa ia berada di tempat ini.
Hatinya begitu sangat hancur, Aaron telah pergi meninggalkan nya untuk selamanya. Ia sudah tidak mempunyai seseorang yang akan melindunginya lagi.
"Jangan menangis, Non.
Biar bibi bantu membawa nona ke kamar." Ucap seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba datang masuk ke kamar tersebut.
"Tolong buka ikatan di tanganku bi.. ini sangat sakit..." Ujar Luna lembut.
Sang bibi pun langsung membuka ikatan tangan Luna, ia begitu merasa kasihan kepada Luna.
"Ini pasti sangat sakit kan non? Bibi akan membantu merawat luka non Luna. Jangan menangis non, tuan muda memang seperti itu." Ucap bibi membantu Luna untuk berdiri.
Luna hanya bisa tersenyum mendengar ucapan sang bibi mengenai tuan mudanya yang kejam itu.
"Tapi bi, aku tidak mempunyai baju. Apa yang harus aku kenakan?" Tanya Luna mendapat sambutan hangat dari bibi.
"Tuan muda sudah menyiapkan pakaian nona, sekarang ijinkan bibi untuk merawat luka nona terlebih dahulu."
"Tidak perlu bi.. aku bisa melakukannya sendiri. Tolong tunjukkan dimana kamarku bi? Aku akan merawat lukaku disana. Bibi tidak perlu khawatir kepadaku..." Ucap Luna.
"Kau memang gadis yang sangat baik non. Tapi ini sudah tugas bibi non, jika sampai tuan muda tau maka bibi akan di pecat dan diusir dari sini non." Sendu bibi.
"Baiklah, terima kasih atas bantuannya bi." Ucap Luna tersenyum menahan rasa sakitnya.
*Dia memang pria yang sangat kejam. Batin Luna.
.
.
.
.
Bersambung*....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Hikmah Araffah
kejammmmm
2022-01-17
0
Hani Hanifah
suka
2021-12-08
0