"Kebakaran.... kebakaran....kebakaran.... (Teriak salah seorang pria paruh baya, dan berlari ke sana kemari yang berusaha mencari bantuan saat melihat api yang berkobar di salah satu rumah)
Orang-orang yang mendengar suara yang cukup mengganggu itu, terbangun dari tidur lelapnya. Tidak butuh waktu lama satu persatu warga keluar dari rumah mereka.
Saat di luar rumah mereka semua tampak kaget dan mata mereka melotot melihat api yang sangat besar membakar salah satu rumah warga.
Tanpa instruksi dengan cepat semuanya mengambil peralatan seadanya yang akan di gunakan untuk mengambil air guna memadamkan si jago merah yang sedang mengamuk itu.
Laki-laki dewasa dan perempuan dewasa saling bahu-membahu mengarahkan sekuat tenaga untuk membantu sebisa mereka.
Api saat ini semakin membesar dan sudah mengelilingi semua rumah. Hampir seluruh rumah sudah di lalap api sekarang.
Semua warga sudah berusaha semampu mereka, tetapi karena bangunan rumah yang terbuat dari kayu membuat api semakin membesar dan sangat cepat merambat ke seluruh rumah.
"Apa mereka masih ada di dalam...? (tanya ayah Asha selaku kepala desa di desa itu kepada salah seorang saksi)
"Saya tidak tau pak kades, saat saya melihat api itu pertama kali apinya sudah membesar seperti ini, ada kemungkinan mereka masih ada di dalam rumah pak kades. (jawab salah seorang warga yang pertama kali melihat api yang membakar rumah itu.)
"Bagaimana ini yah...? (tanya ibu Asha dengan panik memegang satu tangan pak kades / suami nya)
Karena semuanya tau kalau masih ada orang yang ada di rumah yang terbakar itu, semuanya menjadi panik. Mereka semua dengan sekuat tenaga dan peralatan seadanya memadamkan api yang berkobar sangat besar itu.
hampir 3 jam kemudian, api pun sudah berhasil di padamkan tetapi tampak seluruh rumah yang terbuat dari kayu itu sudah hangus terbakar.
(Rumah itu adalah rumah keluarga Aya, kedua orang tuanya masih ada di dalam, terjebak dalam kobaran api yang membakar hangus rumah yang terbuat dari bahan kayu itu)
Asap masih mengepul, Desa yang tadinya terang oleh cahaya api yang membakar rumah keluarga Aya itu sekarang sudah kembali gelap, lampu listrik pun padam saat ini, dan warga tampak menggunakan peralatan seadanya untuk membantu penerangan.
Warga masih menyiram beberapa bagian bangunan rumah yang apinya masih menyala saat ini. Setelah di pastikan api sudah benar-benar padam semua nya, kepala desa yang di bantu oleh beberapa orang warga mulai mencari kedua orang tua Aya yang mereka yakini terjebak di dalam sana.
Dengan penuh hati hati mereka semua mulai mencari di reruntuhan bangunan rumah yang sudah hangus terbakar itu.
"Pak saya menemukannya....(teriak salah seorang warga, sambil mengarahkan senter yang dia pegang ke arah kepala desa dan beberapa warga yang berada di dekat nya)
Mendengar suara teriakan itu, pandangan semua warga tertuju kepadanya.
Dan kepala desa yang merupakan ayah dari Asha dan juga beberapa warga menghampiri salah satu warga yang berteriak itu.
Saat sampai di sana mereka semua terkejut, tampak pasangan itu saling berpelukan terhimpit oleh sesuatu dan pastinya sudah tidak bernyawa.
Dengan arahan dari kepala desa mereka, warga yang berada di sana mulai menyingkirkan material yang menghimpit kedua jenazah itu.
Setelah berhasil mereka pun mengangkat keduanya menjauh dari reruntuhan bangunan rumah.
Kedua orang tua Aya di temukan sudah tidak bernyawa oleh warga desa di reruntuhan bangunan rumah mereka yang hangus terbakar.
Kondisi keduanya sangat memprihatinkan, jenazah mereka malam itu juga di bawa ke puskesmas yang ada di desa mereka.
Pihak kepolisian setempat yang juga sudah tiba di lokasi serta kepala desa serta beberapa warga ikut mendampingi jenazah sampai ke puskesmas yang ada di desa.
Di rumah,
Ibu Asha mondar mandir seperti setrika, dia merasa bingung harus bagaimana dan apa yang akan di katakan kepada Aya.
Ayah Asha selaku kepala desa, memberi amanah kepada istrinya sebelum berangkat ke puskesmas, supaya istrinya segera memberi kabar kepada Aya dan juga Asha. Serta meminta mereka berdua untuk segera pulang secepat mungkin.
Para wanita dewasa serta beberapa warga desa sudah berkumpul di rumah kepala desa saat ini, mereka semua tampak sibuk mempersiapkan segalanya.
Para laki-laki sudah mulai memasang tenda di luar rumah yang masih sangat gelap itu serta menata kursi-kursi.
Sesuai dengan instruksi dari kepala desa mereka, setelah Segala urusan jenazah di puskesmas selesai nantinya kedua jenazah akan di bawa kerumahnya sebelum diantarkan ke tempat peristirahatan terakhir mereka.
Kembali ke rumah.
Ibu Asha yang masih berlinang air mata, sedang duduk di lantai rumah, tangan nya menggenggam sebuah ponsel dan menatap layar ponsel itu, di mana di sana sudah terlihat nomor kontak Asha anaknya.
"Ibuk kades...! apa nak Aya sudah di kabari tentang apa yang terjadi kepada kedua orang tuanya...? (tanya salah satu warga yang menghampiri nya)
"Belum buk, saya gak tau harus ngomong apa sama Aya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi anak itu setelah mengetahui kabar ini. (kata ibu Asha)
"Ya buk kita bisa mengerti, tapi walau bagaimanapun kita harus memberi tahu nak Aya buk kades. (kata salah satu warga lagi)
"Ya saya tau itu. Baiklah saya akan menghubungi putri saya sekarang. (kata ibu Asha)
Ibu Asha pun mulai memanggil nama Asha yang tertera di ponselnya.
Panggilan itu tersambung tetapi Asha belum mengangkat nya. Sampai di dering terakhir pun Asha masih belum mengangkat nya.
"Kemana sih kamu nak...! kenapa gak kamu angkat telepon dari ibu...! (kata ibu Asha)
Ibu Asha kembali mencoba menghubungi Asha.
"Ayo sha angkat telepon nya...! (ucap ibu)
"Sabar buk kades mungkin Asha masih tidur, jadi dia gak tau ponselnya berdering. Lagian ini masih pukul 4 kurang buk. (kata salah seorang warga yang berada di dekat nya)
Ibu Asha menganggukkan kepalanya, lalu kembali mencoba menghubungi Asha.
Panggilan itu pun masih belum di jawab oleh Asha.
"Buk kades coba hubungi ponselnya Aya langsung. (ide dari salah seorang warga)
"Tapi saya gak punya nomornya Aya buk. (jawab ibu Asha yang sudah mulai putus asa)
"Iya ya, kita-kita juga gak ada nomor nya, ya udah Ibuk kades gak apa-apa, coba aja lagi hubungi putri Ibuk Asha, kali aja nanti di angkat. (Salah seorang warga)
"Iya buk kades (kata semua nya yang ada di sana)
Ibu Asha kembali mencoba menghubungi putri nya.......
...*Bersambung*...
...Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya teman-teman semuanya, karena jejak yang di tinggalkan itu yang membuat Author semakin semangat 💪 untuk menulis ✍️ dan bisa Update setiap hari tanpa jeda....
...🤗🤗🤗...
...Vote, Like dan Komen....
...Hidupkan juga tanda Favorit ❤ biar ada notif yang masuk setiap kali Author update....
...Semoga menjadi pembaca setia dari Novel Author yang berjudul "Warna Kehidupan Aya" ini ya....
...🥰🥰🥰...
...Nb: Tolong tinggalkan komen yang membangun ya, jangan komen yang membuat Author nya down....
...Terima kasih 🙏...
...😘😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments