Sudah sepuluh kali Shaka mengetuk pintu kamar Mima, membangunkannya untuk sahur, tidak ada respon dari dalamm sana, Shaka menghangatkan rendang bebek dari Tek Na dan mempersiapkan sendiri makan sahur mereka.
Tadi malam Shaka sempat merendam kurma ke dalam dua gelas air, nabes water untuknya dan Mima, tapi fajar sebentar lagi terbit, sementara anak itu belum juga bangun, entah dia sengaja atau memang kelelahan.
“Jam berapa mereka pulang tarawih tadi malam? Oh, atau sekalian tahajud bareng kali ya?” batin Shaka sambil menikmati makanannya.
***
Subuh Ramadhan lebih ramai dari biasanya, sama seperti malam harinya, warga sekitar shalat subuh berjamaah di surau, Shaka sangat menikmati pemandangan ini.
Semilir angin Ramadhan membawa kesejukan untuk setiap hati yang berbahagia menyambut kehadirannya. Usai shalat subuh dan mengaji, sebelum pergi sekolah, Shaka membersihkan halaman, setiap pagi dia memang terbiasa melakukan hal itu.
Mima keluar terburu-buru sudah dengan pakaian sekolah rapi, mengambil sepedanya dan berpamitan pada Shaka.
“Aku duluan,” katanya.
“Ayumna!”
Mima berhenti sebentar dan melirik jam, dia begitu terburu-buru.
“Ada apa? keburu siang nanti.”
“Baru setengah enam ini, Ay. Sanlat mulai jam 8.”
“Aku panitia,” jawab Mima.
“O tumben sekali, sejak kapan senang bersosial? Jadi panitia segala?” timpal Shaka. “Kamu ngga puasa?”
Mima lupa hari ini adalah puasa pertama dan salah satu tugas yang harus dia selesaikan adalah berpuasa.
“Hem, belum makan dan minum sih,” jawab Mima enteng.
“Tapi tadi ngga sahur?”
“Gampang lah, yang penting gak makan dan minum sampai magirb kan?”
“Sahur itu penting, Ay. Ada keberkahan di setiap makan sahur, juga tentang niat kita berpuasa.”
“Kamu ngga bangunin aku sih, aku lupa, yaudah ngga usah heboh,, puasa manusia pahalanya langsung Tuhan yang hitung kan?”
Tanpa menunggu jawaban Shaka, Mima mendorong sepedanya ke jalanan aspal dan melaju ke sekolah.
***
Sambil mempersiapkan dirinya menuju sekolah, Shaka mengira-ngira, apa yang mendorong Mima bersedia menjadi panitia? Gadis itu adalah manusia paling anti keramaian, tidak suka bersosial, pasti ada hal yang dia kejar sampai rela menyusahkan diri begitu.
Biasanya Shaka akan mendirikan dua rakaat shala dhuha sebelum berangkat, tapi hari masih pukul enam lewat dua puluh menit.
“Shalat di sekolah aja nanti,” gumamnya.
Lima belas menit menit kurang dari pukul tujuh, Shaka tiba di sekolah, seperti niatnya tadi, dia langsung menuju ke musala, Benar saja prediksinya tadi sewaktu di rumah, ternyata ada sesuatu di balik kesediaan Mima menjadi panitia, akhirnya Shaka tau alasannya.
Di teras samping musala yang berbatasan dengan batu miring, jalan yang biasa dilalui Shaka menuju tempat wudhu, sepasang sejoli tampak sedang mengobrol, keceriaan mereka mengalahkan mentari pagi ini, memang tidak ada aktivitas berlebihan, bahkan duduk mereka tidak berdempetan, tapi kenapa mereka harus ngobrol di tempat yang sepi dari laluan orang , pagi-pagi buta begini?
“Shaka!” Mima refleks berdiri.
"Hai, lanjut ngobrolnya, rapat panitia, ya?" sindir Shaka.
"Kamu mau ngapain?" Mima mulai gugup.
"Tadi mau shalat Dhuha, mau wudhu, tapi sebentar lagi aja shalatnya. Kalian lanjut dulu."
"Manga, Ang? Kita ga ada ngapa-ngapain, ya. Cuma ngobrol." Dheo ikut berdiri di sebelah Mima.
"Iya, Shaka, kita beneran cuma ngobrol, ini Dheo lagi ngambil speaker tadi buat di bawa ke lapangan, kamu jangan mikir yang engga-engga!" bela Mima.
Terdengar derap langkah suara sepatu pantofel menuju ke arah mereka.
"Assalamualaikum, Pak," sapa Dheo terlebih dahulu, mencium tangan gurunya. selain terkenal pintar, Dheo juga ramah dan sopan terutama pada orang yang lebih tua.
"Waalaikumsalam, ngapain bertiga di sini?"
"Kita mau ngambil alat-alat untuk di bawa ke lapangan, Pak." Buru-buru Mima memberi jawaban sebelum Shaka iseng melaporkannya yang baru saja ketahuan.
"Oh iya ... iya, ayo bawa alatnya ke depan, Bapak mau shalat sebentar."
"Huuft." Mima menghela napas gugupnya, hampir saja terjadi episode drama berikutnya, sepagi ini sudah menahan lapar dan berpuasa tanpa sahur, misinya tidak boleh molor lagi.
***
"Selain puasa, hari ini aku juga shalat. Jadi ga sabar mau lompat waktu lagi, jadi puasanya gak harus satu bulan, kan? mumpung aku sama Dheo lagi manis-manisnya, jadi kejadian ini bisa aku kunci dan kembali ke masa depan bersama kenyataan yang baru." Panjang analisis Mima tentang remedial ini.
Pesantren Ramadhan hari pertama berlalu, karena terlibat sebagai panitia, Mima dan Dheo semakin sering berinteraksi, dari pagi sampai pergi berbuka bersama. Mima sangat menikmati detik demi detik perasaanya.
Kali ini dia yang berinisiatif mengajak Dheo ngabuburit sekaligus berbuka puasa di luar, Tugu Asean Youth Park kota Pariaman menjadi pilihan Mima, ada sebuah garden café yang menyediakan tempat nyaman lengkap dengan buku bacaan, ternyata Dheo juga suka dengan tempat ini.
“Ini puasa pertama kamu, Mim. Kenapa malah ngajakin aku berbuka di luar? Kan lebih bagus kalau berbuka sama keluarga di rumah?” kata Dheo setelah mereka sama-sama shalat magrib, “Aku juga akhir pekan besok mau ke kampung,” sambungnya.
“Aku nggak tau sampai ramadhan ke berapa akan puasa, jadi ya mumpung masih puasa aja, makannya ngajakin kamu ke sini.” Jawaban Mima sungguh membingunkan Dheo. Jika sesuai perhitungannya, besok pagi dia akan lompat hari karena misi puasa pasti tercontreng.
Untuk itulah dia mengajak Dheo hari ini, karena akan segera pindah ke waktu yang lain.
“Oh ya, besok mau ikut aku sahur on the road, ngga?” tawar Dheo.
“Sahur di jalan?”
“Iya, abis sahur ada yang nantangin balapan.”
“Balap liar?”
“Ya di sini mana ada sirkuit,” seloroh Dheo.
"Dhe, kamu ga kapok pernah ditangkap polisi karena balap liar?"
Mima tiba-tiba teringat potongan kejadian masa lalu, padahal dia sedang kembali ke masa itu sekarang.
"Kapan? Ini juga baru mau ikutan," jawab Dheo.
"Baiknya nggak usah deh, nanti kamu ketangkap, bahaya banget, kan?" Mima yakin dengan ucapannya.
"Mulai lagi deh jiwa peramalnya muncul, Hehe. Engga kok, Sayang. Aku kan hati-hati. Ini nilai taruhannya besar, kredibilitas anak tongkrongan aku." Wajah Dheo memelas dibuat-buat agar Mima bersedia ikut dengannya, "Kamu mau kan ikut? Biar aku makin semangat." Dheo menggenggam erat telapak tangan Mima.
"Aku gak mau berurusan dengan polisi."
"Engga akan, ini tracknya di By Pass kampung gadang, sejauh ini aman-aman aja kok."
Mima mencoba melawan ingatannya dan menerima ajakan Dheo.
***
Hari baru pukul tiga lewat tiga puluh menit dini hari, gadis itu sudah rapi dan wangi, dia memasukkan mukena putih ke dalam tas, Mima sudah tidak pernah meninggalkan shalat.
Suara aktivitas Shaka yang sedang mempersiapkan makan sahur sudah terdengar sejak tadi.
Mima menuju dapur membawa salinan misinya.
“Wangi banget, Neng Ya Allah.” Bau masakan Shaka jadi hilang karena Mima menghampirinya.
“Shaka, ini misi puasanya kok engga dicontreng, ya? Apa mereka lupa?”
“Mereka siapa?” Shaka menoleh dan mengambil kertas itu di tangan Mima.
“Ya Agency remedial ini lah! ini belum dicontreng, semalam aku puasa, ya. harusnya kita lompat dong, aku liat kalender tadi masih tanggal 2 ramadhan,” keluhnya.
“Tanya aja sama dirimu sendiri, kan kamu yang bilang, kalau puasa ini pahalanya Cuma Allah yang tau, tanya hati kamu, semalam puasanya karena apa?” Shaka mengambil dua gelas untuk membagi air nabesnya, tadi malam dia hanya merendam satu gelas karena malam sebelumnya air Nabez Mima terbuang.
Tidak sulit untuk Mima pahami, karena dia juga sadar, puasanya semalam tanpa niat dan dia jalankan hanya untuk menuntaskan misi, lama dia berdiri tanpa melakukan apa-apa.
“Udah tau kenapa?” Shaka menyadarkan lamunannya.
“Huh, yaudah nggak apa-apa, masih ada 28 hari lagi.”
“Justru harusnya kamu balik tuh, bukan masih tapi cu-ma, Ramadhan Cuma tinggal 28 hari lagi, C-U-M-A, kalau 28 hari belum contreng juga ya tunggu tahun depan lagi puasanya.”
“Engga dong! nih hari aku puasa lagi, aku mau sahur dan tadi udah baca niatnya.”
“Niat bukan Cuma lafaz, Ayumna!”
“Aku tau, Mas Kondektur. Yaudah, aku pergi sahur dulu, mumpung hari ini masih Ramadhan, siapa tau besok udah lompat hari lagi.” Mima meletakkan kertas itu begitu saja di meja.
“Hey, kemana?” teriak Shaka, Mima tidak menjawab pertanyaanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Titis Istikomah
geregetan sama mima nih😡
2024-02-06
0
Flowers Anggel
makin kesini kok aku sebel ya sama karakter Mima ini,di kasih kesempatan kedua buat memperbaiki diri ini malah makin ke arah yg salah gara2 nafsu suka nya ke dheo
2022-05-05
1
Rizkha Nelvida
innamal a'malu bin niyyati,,
2022-04-23
1