“Barakallah, kalau udah ada yang contreng, waktu akan melompat ke masa di mana kamu harus mengerjakan misi selanjutnya, bersiaplah!” Shaka ikut senang, dia baru ingat kalau Mima memang orang yang hanya akan melakukan sesuatu dengan sadar, tanpa paksaan.
“Aku cuma shalat subuh tadi, ini kan perintahnya mendirikan shalat lima waktu.”
“Kamu shalat karena kamu merasa kamu Hamba, itu poinnya, kamu harus merawat perasaan itu, dan jangan pernah tinggalkan shalat dalam keadaan apapun.”
“Aku tidak selabil itu, apa yang sudah aku yakini kebenarannya, tidak akan mudah aku tinggalkan begitu saja,” kata Mima.
“Nah, makannya aku cinta berat sama kamu, Ay,” goda Shaka, sayangnya Mima tidak tertarik membalas ucapannya.
Tek Na datang, membawakan rendang bebek dan kentang, wanita berusia sekitar 35 tahunan itu berpakaian rapi dan berselendang, selain bau rendang, tercium pula bau jeruk nipis, daun pandan, rempah dan aneka kembang.
“Alah sarapan kironyo, iko randang, angekan di Mima ntuak makan sahua bisuak, dih!” (Eh udah sarapan ya, ini ada rendang, Mima tolong hangatkan buat makan sahur besok, ya.
“Sa sahur?” Mima masih bingung, rasanya tadi malam adalah puncak purnama bulan Rajab, kenapa besok sudah ramadhan?
“Iyo, bsuak kan awak lah puaso. Etek ka pai Malibo Anai, mandi balimau,” (Iya, besok kan kita udah puasa, Etek mau pergi ke Malibo Anai, mau mandi balimau.)
Tek Na meletakkan rantang berisi masakan lalu pergi meninggalkan mereka, Mima masih tercengang, apakah ini lompatan waktu yang dimaksud Shaka?
Shaka memeriksa ponselnya untuk melihat tanggal hari ini.
“Kita sekarang berada di tanggal 30 Sya'ban, padahal tadi malam persis tanggal 15 Rajab. Berarti misi yang harus kamu selesaikan berikutnya adalah puasa, kita lompat beberapa pekan, Alhamdulillah. ” Shaka lebih antusias dari Mima.
Mima terpaku menatap kertas itu, berarti dia hanya perlu menjalankan ibadah puasa dan akan lompat lagi ke waktu berikutnya?
Wah, ternyata hanya semudah itu.
“Kamu ngga ikut Tek Na mandi balimau?” tanya Shaka, mandi balimau adalah budaya turun temurun, semacam ritual penyucian diri yang dilakukan masyarakat Minangkabau menjelang bulan suci Ramadhan.
Biasanya mereka akan beramai-ramai membersihkan diri dengan limau (jeruk nipis), rempah dan kembang-kembang, kemudian berdiri di aliran sungai.
Mima menggeleng, “Waktu nenek masih ada nenek juga aku ngga pernah ikutan, makannya tadi Tek Na nggak ngajakin,” ucap Mima.
“Nenek aja udah paham bahwa kegiatan ini …” Kalimat Shaka menggantung.
“Ini Cuma adat budaya, lagian bukan tentang mensucikan diri aja, mereka juga jadi ajang silaturahim, maaf-maafan gitu sebelum Ramadhan,” protes Mima.
“Oh ya?” Shaka menguji keyakinan Mima.
“Ya, walau aktualisasinya sekarang udah melenceng sih,” tutur Mima jujur.
“Tuh kamu tau.”
“Akulturasi agama lain di budaya Minangkabau." Mima mengakuinya.
“Kalau dipahami tentang kesepakatan Perjanjian Bukit Marapalam, dimana semua kebiasaan nenek moyang yang bertentangan dengan ajaran Islam harus ditiadakan,” ungkap Shaka.
“Iya aku tau, makannya anak MA di larang ikutan tuh, sebenarnya dari pemerintah juga sudah ada larangannya, tapi massa sebanyak itu gak terbendung, kali, makannya tetap berangsur dan ada penjagaan, minimal ngga terlalu jauh lah melencengnya.”
“Dilarang ikutan, tapi liat aja kalau ngga percaya, pada datang mandi bareng pacarnya,” kritik Shaka.
“Iya yang seperti itu yang salah, kamu tau banget deh, sering ikut balimau?” goda Mima.
“Aku maunya mandi bareng kamu aja.” Shaka menghentikan gerakan sendok dan garpunya dan menggoda gadis itu, dia pikir Mima akan salah tingkah ternyata gadis itu melakukan hal yang sama, membalas tatapannya.
“Yuk!” Mima serius mengedipkan sebelah mata.
Seketika Shaka mengusap wajah dengan handuk di lehernya, menenggak air putih sampai habis dan berdiri.
“Astaghfirullah, jaga dirimu, Ayumna!” omelnya sebelum keluar meninggalkan rumah.
Mima tertawa terpingkal di mejanya, “Siapa yang mulai duluan coba? dasar kondektur aneh.” Mima masih tertawa.
***
Langit satu Ramadhan cerah membentang, masih ada gurat kuning keemasan meski magrib sudah lewat, ribuan nocturnal keluar berkawan-kawan, bangun dari tidur mereka, bertebaran di atas pohon-pohon besar untuk memulai penghidupan.
Warga sekitar juga berbondong-bondong bersama keluarga menuju surau untuk melaksanakan shalat tarawih pertama. Tingkah dan tawa anak-anak kecil riuh bersama teman-temannya.
Mima dengan abaya dan selendang hitamnya menunggu Shaka di halaman, mukena dan sajadah dia sampirkan ke lengan.
“Lamonyo lai!” (lama banget) omelnya saat melihat Shaka datang dengan koko hitamnya.
“Hehe, biar gantengnya maksimal, Ay.”
Bola mata Mima berputar, beberapa kali Shaka ini memang sangat narsis, tapi apa itu kemarin waktu dia marah? Tatapannya saja seperti akan menelan Mima bulat-bulat.
Mereka berjalan beriringan menuju surau, berbaur bersama warga lainnya, Mima masih membalas pesan di ponselnya sambil senyum-senyum tidak jelas.
“Em, Shaka!” panggilnya sungkan.
Shaka menoleh.
“Aku pergi shalat sama Dheo, Ngga apa-apa, kan?” Mima mengatur intonasinya agar Shaka tidak marah.
Shaka tidak menjawab, hanya menoleh sebentar dan menatap ke depan.
“Aku kan mau pergi shalat, bukan mau pergi pacaran.” Mima mencari pembenaran, “Dheo itu beneran rajin shalat loh.”
“Pacaran syariah, gitu?” ketus Shaka, “Ya terserah kamu aja, Ay,” imbuhnya.
“Kamu nggak apa-apa?”
“Gimana lagi? Hem, anggap aja jodohku lagi dijagain orang.”
Dari jarak 20 meter, bunyi khas sepeda motor Dheo sudah terdengar, Shaka menggeleng-gelengkan kepalanya. Shaka sengaja berhenti untuk melihat batang hidung anak itu.
“Eh, Bro! Maaf lahir batin, ya, besok mau puasa.” Dheo memakai koko putih lengan panjang, dia mengulurkan tangan pada Shaka, mau tidak mau Shaka menyambutnya.
Mima langsung naik ke boncengan belakang, dan tidak berani menatap mata Shaka lagi.
“Dah buruan jalan!” perintahnya mencubit pinggang Dheo.
“Kita duluan, ya. Assalamualaikum!” Dheo mengangkat telapak tangannya saat mengucapkan salam kepada Shaka.
“Waalaikumsalam,” jawab Shaka kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Se_rHa🍁
berarti q labil Mim
2023-11-04
1
Rizkha Nelvida
saya bc nya diresapi bab per bab,,kok gitu?karena di setiap bab ada poin penting pelajaran penting yg disisipkan utk para readers,,dakwah melalui tulisan,,
🌹🖤
2022-04-23
2
Neng Euis
sabaaar ya shaka....
2021-11-02
0