Berkumpul dengan Kakting

“Terbesit mengenai mereka yang seringkali mencemooh hingga nyaris pindah kuliah."

💣💣💣

Kok mendadak suntuk seharian di kampus? Oh, benar juga ada yang janggal mengenai ikatan yang di percayai bakal menggandeng jemari hingga mengenakan toga, ternyata sama saja, toxic. Mereka pergi.

Apa karena semenjak resep yang di permasalahkan? Lah, kan sebelumnya sudah bilang jangan sampai siapapun tahu termasuk Yanti.

Tidak ada yang salah, kan?

"Dek.." Ada seorang kakting memanggil dari arah tangga.

"Oh, kenapa kak?" Langsung Avita mengenali siapa kakting itu.

"Kenapa tidak gabung sama teman-temannya ade?" Ada raut bingung di wajahnya.

"Tidak. Lagi pengen sendiri saja." Senyum getir menghiasi wajah.

"Loh, bukannya kalian sering jalan sama-sama waktu semester satu yah?" Sambil mengingat lagi.

"Tidak juga kok, kak." Berusaha mengkilah sekalipun, sebenarnya sangat di ketahui hampir semua wilayah kampus tahu, gadis itu seringkali jalber dengan mereka.

"Trus, kenapa tidak sama-sama? Biasanya kalian kompak, kenapa main jarak seperti ini?" Lagi, ada kebingungan di wajah tersebut.

Harus kah pergelutan itu tertampak oleh kakting? Hoh, lupa kalau sikap itu yang mencari trending unfaedah, orang luar mencari prestasi tapi Nifa sebaliknya.

"Kenapa dek?" Ada tanya sangat penasaran.

Kalau di sembunyikan, menjadi misteri dalam benak mereka masing-masing.

"Soal Kak Andy," hanya itu di berikan.

Sontak ada sorot-sorot terkejut dari kakting tersebut.

"Nifa memang suka sama Andy?" Dibalas gelengan cepat, "trus, kenapa?"

"Papinya telfon suruh pulang. Waktu itu juga sa ajak baik-baik kok, kak. Hanya Nifa-nya saja ketus dan kasih tinggal sa sendiri di mega futsal, kak. Pas besoknya ke kampus, sa kumpul sama mereka, tiba-tiba saja dijauhin trus ucapan Nifa ketus." Urai Avita.

"Kenapa Nifa begitu, dek?" Kalimat ini tercetus saat kebetulan teman Andy lainnya datang lalu duduk dekat gadis itu, mungkin mau konsultasi sama doswal mengenai KRS.

"Hallo, Avita, kenapa duduk sendirian?" Leno, kakting, menyapanya.

"Eh, Kak Leno. Trapp, pengen sendiri saja." Ada senyum kecut menghiasi ekspresi.

"Ah, bilang saja ada masalah." Risma menimpali.

Risma angkatan 2014 tapi seumuran dengan gadis tersebut, sempat juga curhat mengenai mereka yang terlalu obsesi ingin tenar di kampus, lebih tepatnya depan kakting ganteng.

"Bah, iyo?!" Seru Leno, seperti protes.

"Biasa saja kok. Tidak usah di ungkit lagi, kak." Jujur, kalau mengingat kejadian perulangan semakin sesak.

Walau tahu ada mereka yang menjadi ruang melarikan luka, tetap saja bakal ada namanya perpisahan.

Dan, Avita sendiri berusaha untuk ikhlas dan tegar menjalani rutinitas kuliah seperti biasanya.

Terlihat mereka terus desak-mendesak gadis itu agar menceritakan kronologis permasalahan mereka. Akhirnya .. Di bagikan juga.

"Nifa sengaja itu, dek. Supaya ade di jauhin teman-teman." Kata Leno.

Benar. Karena tidak memungkinkan lihat teman seangkatan kompak main jarak jikalau tanpa sebab, kan?

Kenapa yak, suka heran korban selalu saja salah di mata mereka sedangkan mereka selalu membenarkan yang salah. Dan, harus kah mengenakan kacamata toxic juga, agar di senangi mereka? Tanpa harus ada yang namanya protes saat tidak sesuai dengan hati?

Please deh, sekali ini saja korban mendapati ruang untuk keadilan. Hah, sepertinya tidak akan ada sama sekali selama sudut pandang mereka yang memiliki kesalahan tapi kepunyaan hal di segani wajib di lindungi?

"Vit, tidak usah pikir mereka. Tidak rugi kok, kalau ko tra jalan sama mereka. Yang bayar kuliahmu mereka? Trada sayang. Buang mereka jauh-jauh, jadi penghambat ko kuliah saja, Vit." Kata Stevi.

"Benar kata Kak Stevi. Kamu kuliah saja dek tidak usah pikir mereka." Tambah Juni.

Be the way, sempat terbesit ingin pindah kuliah karena sikap kekanakan mereka yang menghambat fokus cita, bagaimana bisa mempertahankan sesuatu dengan mudah jikalau di pondasi awal pun tak merestui nafsi kuliah? Trus di tambah cemooh di lingkup kampus semakin merontak jiwa tersebut.

But, hari ini sedikit berbeda, berkumpul dengan kakting membawa sedikit cercah motivasi bahwa tidak sendirian menapaki dunia perkuliahan.

"Besok kita mau piknik, dek. Mau ikut?" Kata Juni.

"Ikut.." Seru gadis itu.

"Ok. Berarti Avita bisa, dana bertambah nih, kam cari yang lainnya lagi yang mau ikut kita piknik besok." Leno menginstruksi lainnya agar keluarin uang dari dompet.

"Berapa per orang, kak?" Tanya Avita sangat antusias.

"Lima puluh ribu, dek."

"Oh, ini sa ada uangnya kak. Besom kumpul di mana dan jam berapa?"

"Besok kita kumpul di rumahnya kakak saja. Trus nanti kita satu kali jalan ke hamadi." Timpal Leno.

Ada inisiatif ngajak orang, Julio. Saat kakting itu berkicau mengenai Andy ikut juga.

"Ah, sa tra cari dia kok, kak." Walau sisi lain sangat ingin bersitatap lagi sih.

Dan, tadi mereka bilang bisa saja ngajak orang lain asal nambah dana.

Hm. Apakah cowok karateka itu mau saja? Orang pemalu begitu, tidak mungkin juga kan mengindahkan permintaan Avita?

Esok hari, sudah mengabari cowok itu tinggal respon saja.

Mendadak lesu ketika ..

Duh, Vit, makasih ajakannya tapi, hari ini sa juga ada keperluan di Mas Andi jadi. Kapan-kapan sudah eh, kita berdua jalan?

Galau. Kenapa sih Julio tidak bisa di ajak, hah?! Tapi ada gantinya di lain waktu, tetap, kan, buat gadis itu berdecak tak suka?! Maunya hari ini, biar bikin kaknis cemburu.

Hoh. Macam terpancing saja? Kalau sudah tahu ada orang lain yang di jaga dalam hati.

Sampai di rumah Juni, sudah ada the error, yang menjadi pusat perhatian gadis itu adalah Andy, cukup menyebalkan dengan senyum manis di bungkusi kepalsuan.

Sok sekali kah! Gerutu gadis itu dalam batin.

🖤🖤🖤

Mereka sudah pada sampai di pantai hamadi. Kok, semakin ke sini kaknis rumit di raih lagi? Apakah benar, sudah mendapati tambatan hati maka dari itu susah buat diajak diskusi seperti biasanya?

Ada getir tercipta di sana.

"Ayamnya di bakar saja kah?" Kata Andy.

Ok, fine, paham betul kalau ekspresi itu sebatas kakak-adik bukan lagi pengagum rahasia seringkali ngajak Avita jalan.

Setidaknya bisa merasakan apa itu refresing dari penat kuliah di tambah sikap dramatis ratu sistem informasi dalam kelas.

Fiuh. Syukur bisa dekat dengan kakting yang membawakan banyak hikmah pun melegakan rongga sempat sesak, tak bisa bernapas seperti biasa.

"Nanti toh, pas kita sudah selesai mandi atau sementara mandi di pantai, kam bakar sudah. Biar nanti kita naik langsung makan. Tra tunggu di bakar lagi." Setevi beri saran.

"Ok bu bus!" Seru Andy.

Berasa tenang sekali kalau di sisi kakting di pantai, penuh tulus tanpa intimidasi.

Jikalau masih mengenakan seragam putih abu-abu, akan ada Andyka yang menyatukan perpecahan dalam family multimedia bukan main diam di kelas.

Hm. Ada senyum-senyum miring terlukiskan di wajah Avita.

Sesal itu pun terbit, sekarang mencari ruang solidaritas hanya di alumni family multimedia, kan? Dan, itu tidak ada di sistem informasi hanya tahu memanfaatkan otak teman, prioritas egoisme diri, labil dan baperan.

Duduk ditemani desir angin pantai, "dek, ingat..mereka tidak bayar uang kuliahmu. Jalani saja." Mendadak Leno berkicau, sudah paham apa isi hati gadis itu pun membalas dengan senyum kecil.

Melihat ke arah ombak pantai, "kenapa eh, kak, teman ada salah tidak di perbaiki? Justru kasih biar dan cerita di belakang. Nah, kalau ketemu pasti di olok-olok, padahal kita tidak ada salah loh?" Kata Avita, heran bercampur dentuman yang cukup ngilu, sakit.

"Namanya juga manusia, dek. Tidak ada yang sempurna. Mereka begitu karena saling memanfaatkan satu sama lain."

Ada sesuatu yang hilang begitu saja, ketergantikan oleh lega dalam jiwa Avita saat kakting itu cetus diksi di luar dugaannya sendiri.

"Enak yah, kalau main sama kalian. Tidak ada yang saling bicara di belakang." Ungkap Avita.

"Yaudah, Avita main saja sama kita. Kalau ada tugas yang susah, kan, bisa tanya sama Kak David, kakak satu itu pintar kok, dek." Jawab Leno dengan tulus.

"Haha, tapi cuek sekali. Tidak mau diajak main banyak." Avita tertawa ingat sikap kakting yang terkesan cuek tidak banyak bicara itu.

"Iya, kakak David memang orangnya seperti itu, tapi kalau Avita mau tanya soal tugas, pasti kakak bantu."

Hoh. Dia hanya manggut paham.

"Avita tidak mau berenang kah?" Ucap Setevie.

"Nanti saja, kak. Masih pengen nikmati angin sepoi pantai nih." Balasnya dengan cengiran.

"Oh, iyo sudah, kalau begitu, Kak Setevie turun duluan eh?"

"Iya, kak." Hanya balasan ini di berikan.

Selang beberapa menit, "Vit, titip HP!" Seru Atri.

"Hm, sa taruh saja kah di tas?" Avita meneriakinya.

"Iyo, simpan di sa tas sudah. Yang paling depan eh?!"

Setelah menaruh HP itu, duduk sambil menganyunkan kaki lihat keseruan mereka berenang.

Kalau saja dulu tidak terperangkap ketertakutan juga gensi karena porsi otak tak setara orang pintar, mungkin saja sudah leluasa tanpa beban menyapa dan terima mereka, family multimedia.

"Dek, tidak turun mandi kah?" Kali ini Andy yang bertanya.

Ada yang terasa berbeda, menjadi kaku tiba-tiba.

Berusaha mengontrol rasa itu, "nanti. Sebentar lagi baru sa turun mandi."

"Ayo sudah, sama-sama kakak turun." Lagi, kaknis itu ngajak berenang.

Jelas, ada keraguan di wajah gadis itu, "tapi.." Sambil mengalihkan pandangannya ke arah Weni, pacar Atri.

"Nanti sa turun juga. Duluan sudah, Vit." Timpal Weni.

"Ah, malas. Kakak juga ikut turun boleh?" Keuhkeuh Avita.

Akhirnya .. Setelah di desak perulangan kekasih Atri ikutan mandi.

"Umurmu berapa tahun, Vit?" Kata Weni, penasaran.

"Kenapa jadi, kak?" Justru di balas bingung dong.

"Soalnya kata Atri kamu seumuran dengan saya." Lagi, berucap dengan kata formal.

"Oh, tahun sembilan enam, kalau kakak?" Avita bertanya balik.

"Sama. Jadi, jangan panggil kakak yah?" Pintah perempuan itu.

"Hehe, kebiasaan panggil dengan sebutan kak jadi. Di tambah dengan teman-temannya Kak Andy, kebiasaan deh." Avita membalas cengir.

"Kamu sudah jadian kah sama Andy?"

Uhuk! Kok tertohok paling dalam yak? Sakit.

"Tidak kok. Kenapa jadi?" Mengulum senyum dengan salah tingkah, hanya menutupi kalau lagi menahan sakit.

"Tidak. Atri cerita kalau Andy suka-suka cewek, adik tingkat. Ternyata orangnya itu kamu, yah?"

"Haha begitulah, kak. Sekedar suka saja kok, belum tentu jadian juga kan?"

Jujur, paling senang sekali mendapati hal yang selama ini menghantui isi kepala, selama jalber dengan cowok itu ternyata benar adanya, menyukai nafsi.

Sayang, hanya dijadikan sebagai pengagum rahasia bukan kekasihnya.

"Benar sih," timpal Weni.

Please, bukan hanya kesenangan sedang di pelihara melainkan ruas-ruas sisi lain lagi remuk.

"Kita berenang ke sana yuk?! ada ban beneng tuh?!" Avita ngajak cewek itu sembari menunjuk arah ban beneng sedang dipakai David seorang diri.

"Takut dalam."

Mendadak lesu dong.

"Kan, ada ben beneng. Tidak bakal tenggelam kok." Avita berusaha untuk tetap ngajak.

Masih ada ekspresi pertimbangan, "iya deh," tapi akhirnya mengindahkan permintaan itu.

Yey! Bersorak riang ke arah kakting itu sedang berenang sendirian dong.

Saat sudah berada di dalam air, seperti tidak puas hanya nginjak tanah, Avita pun menarik beneng itu sedikit dalam.

"Ih, Avita, tra takut dalam kah?" Mendadak David panik dan terkejut.

"Itu yang justru menantang kak!" Seru Avita.

"Wih, boleh juga nih," David membalas dengan senyum tipis.

Tidak lama kemudian, kakting lain memegang ban itu, ikut berenang.

"We! Jangan terlalu jauh! Nanti ombak seret kam lagi." Atri meneriaki, mengingatkan.

"Tenang bro, mereka belum takut." Seru David, yang menikmatinya juga.

Ada wajah kesal di sana, "yo..ingat juga toh, ombak semakin deras kalau sudah masuk sore nih." Kata Atri.

"Kita ke atas sudah. Makan dulu, baru lanjut berenang." Andy mencoba kasih usulan.

Setelah naik ke atas, ngambil makanan dan gadis itu sedang sibuk membagikan cemilan ke kakting.

Dan, seharusnya kebersamaan sederhana itu termiliki sistem informasi, bukan menebar benci tanpa sebab apalagi mencemooh hanya karena iri lihat teman seangkatan mempunyai nilai ipk bagus, bukannya saling dukung atau bersaing sehat justru sebaliknya.

Sudahlah, tidak perlu mengurusi kekanakan seperti mereka, labil. []

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!