Mega Futsal Waena

"Alasan itu tersembunyikan yang produksi amarah meledak-ledak pun nafsi menjadi korban."

💣💣💣

Selalu menawari banyak ceria tapi tak terendus sebuah kecurigaan diantara mereka. Apakah tulus?

Masih terus mengamati samar-samar, sebab mereka bukanlah family multimedia, beri jemari ikhlas tanpa sorot brutal.

Semoga saja bisa jemput toga dengan empat tahun bersama.

Karena tahu dan tidak bisa menampik lantang kalau rumit jalan sendiri sampai wisuda nanti, sebab ada satu kendala, menghitung paling payah.

Tidak terlalu menyukai hal-hal yang berbau matematika kalau aroma hitung uang jajan, paling gerakan cepat, ehe.

Syukur ada Livia yang selalu berikan contekan kadang di bantu dengan jawaban berbeda agar tidak dapat curiga oleh dosen mereka.

Dan, apakah merasa keberatan? Tidak sama sekali, tulus dan ikhlas berikan contekan pun ilmu itu.

Kalau saja Avita bisa memahami logika atau perhitungan rumus matematika, sebisa mungkin belajar supaya kedepannya tidak bebankan tema sekelasnya yang memang terbilang pintar matematika.

Hari ini mata kuliah Algoritma II dan Dasar Manajemen I.

Huaa .. Avita jadi ingat pas duduk di kantin bersama sahabatnya, Varinta.

"Rin, kuliah itu enak kah?" Kata Avita, penasaran.

Jelas ekspresi yang muncul adalah keraguan, karena tahu gadis itu pemalas belajar terutama menghitung, ada banyak hal-hal yang mesti di pertimbangkan lagi.

"Kalau saya kasih tahu, kamu mau dengar ndak?"

Dengan semangat, "mau..mau!" Avita menimpali.

Hah. Varinta hanya membuang napas gusar, tahu kok waktu masih kelas satu smk sudah bahas mengenai kost di Jakarta sebelum mencari universitas dalam kamar.

Tapi, ketakmungkinan sekali lihat sahabat sendiri yang malas belajar apalagi bersitatap angka, bakal beta kuliah.

Lalu perempuan itu menjelaskan mengenai perkuliahan.

"Kan, kalau kamu mau jadi programmer atau animator, harus kuliah ambil jurusan itu, Vit." Ucap Varinta.

"Harus eh?" Cengirnya.

"Yah, haruslah! Masa mau jadi programmer tidak kuliah?" Loh, kok di jawab ketus?

Sekarang Avita sudah kuliah Jurusan Sistem Informasi dan mendapati apa yang sudah di dengar beberapa tahun lalu.

Program dasar yang ditemui lewat mata kuliah Algoritma.

Well. Sahabatnya tidak salah prediksi kalau memang susah dan baru di rasakan Avita sekarang.

Ngeluh? Oh tentu saja tidak, ralat deng, gadis itu pengen nangis karena matkul tersebut buat kepala pusing.

Lebih mendingan Dasar Manajemen karena hanya materi tanpa perhitungan.

"Vit! Jangan melamun," Marthin menegurnya.

Eh, langsung sadar dengan wajah bodoh lalu tidak lama kemudian terkekeh pelan.

Dan, kalau bosan seperti ini pengen lihat kaknis yang sudah nongol depan kelas, sembari cengengesan menunggu dia selesai belajar lalu ngajak makan di kantin. Ralat, belum sama sekali dosen tiba ngajar. Padahal sebagian mahasiswa sudah selesai mengerjakan tugas itu.

Oh, apakah gadis itu langsung mengindahkan? Tentu saja tidak, karena gak enakan perulangan traktir dari Andy.

Bekal pertama saja belum cukup untuk membayar semua yang diberi.

Be the way, tiap kali jalan atau nongki bersama Andy, melupa dengan kelima teman tapi tidak pernah tercetus singgung melainkan membiarkan keduanya menikmati moment itu.

Avita juga tidak bisa mengelak, kalau sebagian dari teman sekelasnya masih berpikiran egoisme diri, wajar, masih pikiran SMA. Kan, mereka baru lulus tahun 2016.

Tetiba saja .. Pasti lagi tidur, cetus Avita dalam batin.

Karena sempat Andy terlambat saat buat janji mau jalan, eh justru asyik ketiduran diatas kasur.

Masih pagi juga, tak memungkinkan seorang Andy bangun awal itu pun kalau matkul pagi paling selalu tidak tepat waktu.

Avita jadi ingat omongan banyak orang kalau kebanyakan gagal wisuda dan sulit pertahankan perkuliahan, yang mendominasi patah mental cita ketika masuk semester lima.

Hm. Sebisa mungkin gadis itu pertahankan ilmu yang diberikan dengan kesempatan tak datang dua kali dari ibunda lalu jemput toga empat tahun.

Bismillah dan insyaallah.

Fine, porsi otak memang tidak sepintar Livia tapi setidaknya benar kata bapak tidak perlu mahasiswa yang pintar tapi rajin kuliah dosen algoritma.

"Vit, tidak mau ikut kita ke kantin?" Tanya Marthin.

"Tidak ah, mager nih." Avita menolak halus.

"Ok."

Terkadang kalau mencari makanan di rumah ngeluh lapar, "uang jajanmu ko apa kan?! Mama kasih itu supaya makan, bukan lagi cari makanan pas pulang dari kampus." Ibunda memarahinya.

Duh, persoalan perut malas sekali terurus di luar rumah.

Mengikuti mood, kalau pengen makan di luar pasti jajan tapi mood simpan untul besok yah begitu makan pas pulang kampus, selalu di omelin.

"Wih, betul sekali. Sih Jung-kook dancenya bagus apa!" Seru Livia.

"Beh, sa oppa ini boleh, ganteng apa."

Ingatan itu hilang saat celetuh-celetuh temannya membahas mengenai bias favorit mereka.

Avita hanya mengulum senyum.

Setitik ide muncul mengenai pendapat mereka tentang mengidolakan artis korea. Sebab, ingin sekali produksi novel romance korea versi mereka.

Hah, romance korea? Duh, bukan dirinya sekali karena lebih mendominasi favorit anime dibanding drakor.

"Vit, kenapa sih kamu suka dengan naruto?" Ucap Livia tiba-tiba.

Hanya bingung diberikan dari Avita.

"Yah, coba film lain kek, yang tidak ada dunia kartunnya. Masa tuh, kamu suka dengan dunia yang tidak bergerak kek gitu?" Livia berceletuh.

Kita tidak bisa memaksa selera orang lain agar menikmati hal yang memang bukan kesenangan diri.

"Saya juga tidak tertarik sih dengan dunia k-pop. Memang dari kecil suka dengam film anime. Bagus yah." Timpal Avita dengan santai.

Yup. Gadis itu tak tahu-menahu persoalan jangan menghakimi kesukaan mereka tapi saling dukung apapun selera mereka. Intinya apa yang mereka suka, silahkan nikmati tanpa harus mengejek selera orang yang menimbulkan mematahkan mental mereka mengenai bias favorit itu.

"Setidaknya kamu ada idola yang di dunia nyata. Kek V atau siapa kah. Masa kamu tidak tertarik tuh sama mereka. Ganteng-ganteng baru, Vit!" Seru Livia.

Biar sekali pun ganteng, tapi selera dia di satu sudut pandang, percuma juga di paksa.

Percakapan itu berhenti, Avita pun tertolong ketika ..

"Dosen tidak datang! Ini, we kalian absen satu-satu. Jangan baku rebut! Maju ke sini satu-satu." Kata Marthin, sambil duduk di depan, lalu menaruh kertas itu diatas meja dosen.

🖤🖤🖤

Sore ini di kampus begitu ramai tapi tidak dengan hati Avita. Sunyi, karena belum mendapati dua bola mata kaknis yang sering mampir di kelas atau ngikut matkul sama.

"Vit, sebentar pulang kampus mau ikut kita nonton anak TI main futsal?" Kata Nifa.

"Siapa-siapa yang ikut?" Avita bertanya.

"Kita-kita saja yang pergi. Atau, nanti ajak Kak Andy dan dua teman the eror-nya sudah." Lagi, Nifa berkicau. Kali ini meyakinkan gadis itu dengan ngajak kaknis agar mau ikut.

Mereka bertiga? Pikir Avita sangat ragu.

Kalau mau di bilangan hubungannya dengan Andy tidak seperti ekpektasi, hilang-hilang kabar.

"Nanti sudah. Saya lihat-lihat eh? Kurang tahu juga jadi, Kak Andy mau ikut kah tidak." Avita menimpali dengan raut harap-cemas, karena menginginkan sekali kaknis juga pergi.

Sisi lain, gadis itu pengen lihat mereka main futsal.

Jadi mengembalikan ingatan tentang teman semasa SMP dan SMK dulu, senang ikut nonton futsal dan sempat Avita dikenali salah satu cowok.

Dan kesan diberikan adalah ketas-ketus yang buat cowok itu tidak tertarik.

Buat apa juga sih mementingkan sebuah romansa yang asal comot saja di acara pertandingan futsal? Lebih baik habiskan detak-detak itu dengan teman.

Seperti biasa, nunggu dosen yang belum datang dalam kelas.

Tadi pagi hanya absen.

"Dosen datang kah?" Kata Frengki saat lihat ketua kelas masuk.

Lalu mengangguk, "ibu lagi jalan ke sini." Jawabnya.

"Ibu dari mana?" Ini suara Jeclin.

"Dari kantor, ada foto copy materi." Sahut Marthin.

Seisi kelas pun mengambil tempat duduk, sambil menunggu dosen masuk ngajar.

Ok. Mata kuliah sedang berlangsung, tapi ke lima teman Avita gelisah, kurang fokus dengan materi dibawakan dosen.

"We, jangan banyak tingkah. Nanti dapat suruh berdiri lagi." Clari menegur.

"Aduh. Mereka sudah keluar kelas kah belum? Malas datang pas mereka sudah selesai tanding lagi." Keluh Nifa.

"Keknya mereka belum selesai mata kuliah juga. Lagian, ini masih jam setengah empat." Jeclin berusaha menenangkan temannya itu.

Sejujurnya Jeclin juga sempat gelisah tapi ..

Sayang..dosen masih ngajar nih, nanti jam lima sore baru kita keluar kelas.

SMS itu yang buatnya sedikit tenang dan santai mengikuti materi hari ini.

Menit-menit pun berlalu ..

"Kalian minggu depan belajar bab lima dan enam. Minggu depan kita ujian." Kata Bu Winy, mengakhiri mata kuliah sore ini.

"Vit, kita nonton anak-anak futsal kah, di mega futsal waena?" Lagi, Jeclin mengulangi pertanyaan Nifa.

Karena tahu sebelum mata kuliah berlangsung, ada keraguan di bola mata gadis itu.

"Siapa-siapa kah yang mau tanding?" Kata Avita, sedikit malas.

"Anak TI. Nanti kamu ajak Kak Andy juga sudah." Jeclin menimpali dengan girang.

Cukup buat Avita melongo heran.

Sembari menunggu teman TI keluar, "Vit, SMS Kak Andy sudah. Tanya, mau ikut kah tidak ke mega futsal waena?" Lagi, Jeclin mendesak gadis itu.

Uh, ada rasa ketakenakan hati, ingin ngajak orang yang belum tentu mau ikut pergi.

"Ah, katanya nanti dia datang ke kampus, kembalikan tempat makananku." Avita menjawab dengan santai.

Tapi, malas mengatakan kalau kaknis tidak minat nonton. Bisa-bisa dapat amukan massal nih dari mereka, karena gagal ngajak Andy.

Sisi lain, ingin sekali cowok itu pergi.

"Oh? Bagus itu." Seru Jeclin.

Selang beberapa menit, the error sudah memarkirkan motor depan fakultas fikom.

"Tanya sudah sana.." Lagi, Jeclin memaksa.

Hm. Membuang napas panjang, "kak, mau ikut nonton futsal?" Tanya Avita.

Sempat terabaikan ketika .. "cewek yang pakai make up boleh, kelihatan cantik. Daripada tidak pakai make up." Kata Andy saat lihat Yuyun lewat pakai motor bersama temannya, Asri.

"Ih, Avita, masa Kak Andy ejek ko tidak cantik tuh." Jeclin langsung ngeledek dong.

Spontan tanpa aba-aba, meninggalkan cowok yang tadi hampir seutuhnya keluarkan kotak makan, terurungkan lalu mengejar Avita sedang ngambek.

Memang .. Kakak tingkat yang bukan hanya memiliki tampang yang manis dan berbonus choco chips melainkan sangat peka yak!

"Hehe, tidak kok dek. Itu hanya bercanda." Tawa khasnya.

Humpt. Malas mendengar permintaan maaf itu, masih ngambek karena nafsi tersindir halus yang memang anti make up. Bedak saja jarang dipakai ke kampus.

Dan, keduanya terus kejar-kejaran.

"Vit..ayo sudah. Mereka sudah keluar kelas!" Jeclin berteriak di depan parkiran dosen.

"Kakak ikut kita sudah nonton futsal!" Kata Jeclin lagi, saat mereka sudah ada di hadapannya.

"Siapa yang main, dek?" Ekspresi minta penjelasan to the point. Dan Jeclin pun memberitahui kalau anak TI yang main.

"Ah, tidak deh." Jawaban yang mematahkan asa Avita.

"Masa kakak tega tuh kasih biar Avita tidak ada yang gonjeng ke sana? Dia tidak pakai motor jadi. Nifa juga sama saya jadi, kak." Jeclin berusaha memelas, supaya ketiga kaktingnya mau ikut.

Hm. tampak berpikir, "hm..bagaimana bro?" Andy melempar tanya ke dua temannya.

Tanpa pikir panjang, keduanya langsung mengiyakan.

Dalam perjalanan dua temannya hanya penonton, seperti kekasih kah? Oh lebih tepatnya friendzone.

Sampai di halaman futsal, masih ngambek malas ngomong sama Andy persoalan masalah tidak make up.

Duduk di pojok, sambil memayunkan bibir.

"Sudah kah, dek. Kakak minta maaf." Andy berusaha meluluhkan hati gadis itu.

Sedangkan kelima teman Avita duduk di kursi lain sambil sibuk nonton pertandingan anak TI. Nifa yang sengaja datang ke sana, menggoda keduanya beralasan mau simpan tas segala.

"Bro-bro ada kafe baru di sana!" Seru Atri sambil nunjuk ke luar arena futsal. Dan jari satu memegang jaring tersebut.

"Mana-mana bro?" Danang tak kalah heboh dan penasaran.

Intonasi keduanya mengisyaratkan agar Andy menengok. Nihil. Justru asik ngerajuk gadis itu.

Mereka pun melangkah pelan lalu .. "Bro..bro, kita ke sana kah? Ada sushi, kita coba rasa kah?" Seru Atri.

Andy pun menoleh lihat cafe tersebut dan .. "Dek..dek, kita ke sana yuk?!" Berusaha ngajak dengan nada manja.

"Malas." Ketus Avita.

Butuh waktu panjang akhirnya .. "Nifa, saya ke sana dulu eh? Sama-sama Kak Andy, katanya merwka ada mau makan sushi kah." Ucap Avita, ijin supaya tidak di cari-cari.

Lalu Nifa pun mengangguk dengan seulas senyum cuek.

Dalam kafe, mereka sudah duduk sambil sibuk ngotak-ngatik rokok elektrik.

"Ih, paling tidak suka sekali dengan cowok perokok!" Sambar Avita tetiba.

"Tuh..dengar Andy!" Atri menggoda temannya dengan sedikit kekehan.

Justru tertawa dong. Sambil duduk disamping Avita.

Makanan pun datang, mereka berdua udik menggunakan HP gadis itu buat selfie.

Dan, wajah Avita terlihat masam saat mengendus sushi, pengen muntah.

Padahal gemar anime tapi tidak dengan makanannya.

"Eh..eh, sushinya nih tidak enak sekali. Kita makan pangsit di prumnas tiga saja kah bro?!" Atri muncratkan protes.

Andy melirik ke gadis itu, "ade tidak dapat marah kah pulang malam-malam?" Bertanya, memastikan.

Diksi itu jauh lebih tertuju ade juga ikut makan ke sana eh?

Menggeleng santai, "tidak."

"Kalau begitu, kita ajak Yuyun sudah ikut makan ke sana!" Atri menjawab cepat, girang.

Sedari tadi HP Avita yang menguasai kakting itu untuk bertukar chat dengan Yuyun.

Bentar, ada panggilan dari Nifa yang berusaha pengen di jawab justru di tampik dengan canda dari Atri.

"Tidak usah angkat. Kasih biar saja." Begitulah penuturan kaktingnya.

Dan di balas dengan membuang napas gusar.

Lagi, panggilan itu menghiasi benda pipih, lalu muncul penolakan perulangan dari kakting, "ah..jangan, nanti dia cari saya lagi!" Kesal Avita lalu menyambar HPnya.

Menempelkan benda persegi itu di telinga dan berdiri di ambang pintu kafe, celingak-celinguk.

"Nifa!" Teriak Avita sambil melambaikan tangan. Dan, ketika Nifa sudah menangkap sosoknya, hanya ngangguk cuek.

Saat kembali, "kenapa angkat kah?" Atri protes.

"Kenapa jadi?!" Justru di balas sungut.

Sudah enam kali tadi teman sekelasnya nelpon. Jadi harus di angkat panggilannya.

Beberapa menit kemudian, sudah bersiap untuk pergi, "mau ke mana? Kita mau makan di prumnas dulu, mau ikut?" Avita melongo saat mendapati sosok temannya diatas motor. Sedang cemberut.

Aneh.

"Ah, sa papi sudah telfon suruh pulang yah.." Menimpali dengan nada tak suka.

"Nanti biar sa yang bilang kalau lagi makan di prumnas." Avita berusaha ngajak baik-baik.

"Ji..sa papi sudah suruh pulang sekarang yah." Ketus Nifa.

Dih, sangat aneh sekali.

Kenapa sih dengan anak labil itu? Diajak baik-baik kok intonasi berbalut ketas-ketus, tidak berperasaan sama sekali saat memotret kepergian itu tanpa alasan lebih.

Lalu .. Andy yang khawatir langsung keluar beriringan dengan kedua temannya, "kenapa dek?" Bingung kakting itu.

"Nifa pulang duluan. Papinua sudah suruh pulang." Jawab Avita dengan wajah datar, sangat sakit di tinggal.

"Yaudah, biar nanti kakak yang antar ade pulang ke sentani sudah." Kata Andy.

Dalam perjalanan ke prumnas, ada berbagai tanya di benak persoalan sikap ketus Nifa barusan.

Kok bisa-bisanya tidak kasih penjelasan langsung main tinggal sih?

Pikir waena-sentani dekat? Apalagi dalam keadaan malam. Kalau tidak ada Kak Andy yang ngantar pulang, nasib gadis itu balik ke rumah gimana?

Esok hari ..

Kok kelihatan ada yang berbeda sih?

"Nifa kenapa eh? Kok dia seperti itu?" Heran Avita.

"Ih, ko tidak tahu kah, Vit?" Justru main tebak-tebakkan dong dengan Clari.

Lalu menggeleng, pertanda tak tahu-menahu dengan sikap asing Nifa dengan tiba-tiba.

"Itu, waktu itu di tempat futsal dia marah. Karena ko tidak mau pulang sama-sama dia ke sentani. Makanya dia pulang sendiri dengan wajah marah seperti itu." Urai Clari.

Deg.

Apa?! Jadi, teman sekelasnya menyalah-nyalahkan diri?! Tidak mau pulang ke sentani sama-sama tapi saat lagi bicara, belum semua selesai dalam wajah melongo campur heran, sudah main tinggal.

"Trus, Nifa juga marah ko lebih pentingkan makan mie ayam sama Kak Andy di prumnas dibanding pulang sama-sama dia ke sentani."

Wuah. Hebat sekali penuturan teman sekelas yang dikira bagus dan baik.

Hah. Baik apanya yang berbalut brengsek begitu!

Dasar .. Kekanakan. Cibir Avita dalam batin, sangat kesal sekali. []

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!