"Mengalun-ngalun sangat manis, bersiul begitu ceria, tak sabar untuk memberi."
💣💣💣
Sejak hari-hari tertentu menemui kaknis, sudah terasa sunyi, jarang melihat keberadaannya di kampus.
Pengen tanya kabar sekedar sudah makan tapi nanti terkesan cari muka.
Well. Hari ini tidak ada kesibukan di luar melainkan merapikan jejeran novel yang terlihat sudah seperti perpustakaan mini.
Membuang napas panjang.
Mustahil sekali mengharapkan sebuah kidung menjadi kita dibanding menanggapi adik pun batas kagum pun suka.
Lagi, ada senyum getir tercipta.
Tetiba HPnya bergetar, ada notifikasi masuk.
Dek, hari rabu main bultang kah di Jayapura?
Wuah .. Bultang kah? Salah satu hobi favorit gadis itu, kok bisa tahu sih?
Bentar, tahu cuaca tidak stabil, mendominasi hujan dibanding cerah.
Terbitlah ruas cemas milik Avita.
Eh, melongo hebat dong dapat kejutan dan isi SMS sama dengan Kak Andy.
Yup. Nifa ngajak bultang juga.
Oh berarti mereka bertiga di balik semuanya kah?
Tidak mengelak juga kok, setiap kali di kampus usai bahkan sedang matkul, teman sekelasnya yang centil itu mau lihat keduanya jadian makanya protes dan menerus berupaya mendekatkan mereka.
Sepakat besok katanya jalan main bultang di jayapura jam sepuluh.
Seharian ini hujan dan usai menyusun rutinitas tadi, duduk di atas tempat tidur sambil stalker sosmed kaknis.
Ih, kalau kepo lebih dari itu bakal ngundang nyeri tak tertolong.
Esok hari, hujan deras pun terbit sebuah kecemasan dari gadis itu.
Vit hujan nii, gmna prgnya?
Duh, Avita menggigit bibir bawah, belum juga reda sudah mau jam sepuluh loh.
Tunggu reda sdkt bru kta jln
Sangat keras kepala sekali, sudah tahu hujan awet tidak memungkinkan reda dalam jangka cepat.
Ok pix, sa otw mndi dlu
Ada lega terhembus begitu saja. Tapi tunggu, keceriaan tersebut bersifat sesaat kala ..
Besok sj dah, kasian kalian dari sentani ntar basah dijlan.. smsnya k’danang.
Yah. Kembali lesu dong tiba-tiba tidak bersemangat sama sekali.
Ada yang terasa patah, sesak melebur dalam dada. Gagal main dengan kaknis lewat salah satu hobi favorit.
Dek..besok kalau tidak hujan, kita main bultang yuk? Gimana? Berdua saja.
Andy tahu dalam mengembalikan mood gadis itu, sekarang tanpa aba-aba ada senyum rekah sangat lebar.
Sekarang Danang yang kirim SMS bakal ikut main kalau tidak hujan.
Bertambah sudah kebahagiaan itu, bonus berlipat ganda diberi senang saat hari ini gagal pergi main.
Esok hari pun tiba ..
"Loh? Katanya ada kak Danang juga ikut main?" Avita terbengong sendiri, saat kaknis jemput depan bakso kota, USTJ.
"Dek, ikut kakak dulu ke rumah." Bukan di jawab justru dialihkan ke topik lain dong.
Tapi tetap ngekori dengan motornya yang sudah belok ke arah di mana letak rumah cowok itu.
Well, hari ini tidak cerah dan hujan hanya mendung sedikit dibungkusi oleh gerimis.
"Simpan dulu dek, raketnya. Kita pergi nonton saja bagaimana? Tadi Danang tidak bisa ikut, karna mau antar mamanya ke jayapura." Hoh. Itu menjelaskan segalanya, kenapa kakting satu batal pergi.
Avita hanya bengong sambil lihat seisi rumah kaknis tersebut.
"Trus, kita mau nonton apa kak di sana?" Tanya Avita.
"Tenang, nanti kakak yang pilih. Ada film yang bagus, pasti ade suka." Timpal Andy begitu santai.
Tak lama kemudian, ada perasaan dongkol karena kaknis tersebut sudah gegayaan tahu isi kepalanya.
Lalu mereka pun pergi, motor satu disimpan dulu ntar pulang baru diambil lagi.
"Ayo dek, kita jalan-jalan dulu." Kata Andy, usai beli tiket bioskop itu.
Ketika sudah berada di tangga escalator, "atau kita makan dulu? Kakak tahu ade pasti belum makan kan?" Menebak dengan jari telunjuknya ke arah gadis itu.
Hanya tersipu malu dan berusaha mengontrol ruas tersebut. Tahu saja kalau belum makan apa-apa sebelum berangkat ke jayapura.
Kebiasaan yang menjadikan terbiasa terhapal cepat oleh kaknis itu.
"Ayo..kita makan di Solaria saja, dek." Andy langsung mengajak dan menunjuk ke arah di mana bakal makan.
Solaria?! Panik Avita dalam batin, tempat terbilang mahal apalagi tadi sudah ditraktir nonton.
Kok kesan matre sih? Ih..jadi langsung di bayang-bayangkan oleh perkataan ibunda Haviz kan, dulu memiliki romansa manis dengan mantan kekasih hanya karena dianggap matre dan tak tahu-apa, selalu beli pulsa itulah perulangan di cap sebagai gadis matre.
Ada senyum miring tercipta di sana.
Sekarang ada orang yang lebih memahami isi hati walau pun tak memiliki kesempatan mendapati kalimat kita setidaknya di perilakukan manis begini saja sangat bahagia.
Dan, apa yak akan diganti gadis itu, setelah diberikan banyak kebaikan dari kaktingnya?
Bingung pun kalut bercampur satu.
"Dek, ayo.." Andy mengajak gadis itu masuk ke Solaria.
Dengan senyum tak pernah lepas dari wajah kaknis itu, cukup buat Avita nyaman berada di sampingnya.
"Nanti kita masuk ke bioskop satu setengah jam dek, kita makan di sini saja. Lebih cepat daripada cari tempat lain lagi. Keburu filmnya main." Andy menginfokan.
Bukan. Bukan itu yang diinginkan dari Avita melainkan solusi agar bisa menggantikan dengan semua ini, terlalu mahal.
Mengerucutkan bibir, langsung duduk di pojok sembari nunggu kaknis bawa selembar kertas pun pensil diatas meja.
Yakin kok kalau jangan terlalu terbawa suasana sebab banyak hal disembunyikan kaknis termasuk perasaan, bukan?
Karena kebahagiaan terberi adalah sesaat sebelum Andy wisuda.
It's okay, setidaknya bisa rasakan kesenangan serta diberi perhatian sudah lama di nanti gadis itu.
Fine, dulu mendapati sesosok itu hanya tidak ditemukan dari mantan kekasih yang ada di Andy.
"Di luar masih hujan nih, dek." Kata Andy sambil nyodorkan sedotan.
Dongkol sih, kok bisa terdampar di Solaria dan XXI? Padahal dari rumah sudah tidak sabar buat main bultang, salah satu permainan terfavorit sudah lama tidak main, selalu saja gagal.
"Dek, ayo makan dulu. Jangan main game trus." Andy menegurnya dong, saat lihat pelayan membawa makanan itu ke atas meja.
Kok ada dentum sangat hangat terasa, karena di berikan perhatian tulus bukan fake.
"Hm, nanggung nih kak. Bentar lagi selesai kok." Masih sibuk dengan benda pipih tersebut.
Andy hanya membalas kekehan lalu menaruhkan sedotan itu ke dalam gelas Avita.
Setelah selesai main, dia pun meletakkan HP disamping piringnya.
"Nanti kakak antar pulang sampai rumah eh, dek?" Andy menawari.
Spontan tersedak, mendengar ucapan kaknis tersebut, "tidak usah. Wonder women gini kok, tidak perlu di kawal sampai rumah kak." Avita menimpali dengan kekehan.
"Jangan dek. Tidak baik cewek pulang sendirian. Apalagi jauh, dari jayapura ke sentani, dek." Lagi, Andy berusaha ngambil hati adiktingnya itu, agar mau diantar sampai sentani.
Terlihat sorot itu kalah, lebih baik milih ngalah saja deh daripada berdebat dengan Andy.
"Serah kakak deh," putus Avita akhirnya.
Bukan permasalahan pulang sendiri, melainkan diantar pulang loh, terus balik lagi buat capek dua kali.
Apalagi cuaca sekarang lagi tak menentu, kadang hujan atau cerah.
Lagian keluar dari XXI tidak terlalu larut, paling setengah tiga sore. Masih ada matahari kok, tapi Andy terus bersikukuh buat ngantar pulang.
🖤🖤🖤
Masa perulangan mendapati traktir, tidak melakukan sesuatu gitu?
Harus ada.
Bentar, sepertinya ada sesuatu yang muncul dalam kepala gadis itu.
Tanpa pikir panjang, langsung ngambil semua yang ada dalam dapur. Semalam sudah beli juga, syukur masih ada stok.
Biasanya Avita mamakainya buat cemilan di rumah.
Untuk kali ini berbeda, first bento for kaknis.
"Mau bikin apa, Vit?" Kata bibi, art baru di rumah.
"Eh, ini mau buatkan bekal untuk teman." Timpal Avita.
"Biar bibi bantu buatkan kah? Biar Avita mandi, nanti bekalnya tinggal di bungkus saja." Ucap bibinya.
Panik dong, "eh, jangan-jangan, bi. Biar Avita saja yang buatkan. Tidak susah kok." Menolak secara halus yang tak lepaskan senyum itu.
Art tersebut langsung ke arah ruang tamu, membersihkan yang kotor dan merapikan barang-barang berantakan.
Semoga dia suka dengan rasanya. Gumam Avita dengan perasaan senang.
Sudah pukul setengah delapan pagi, belum siap-siap masih bau asam.
Padahal sudah bangun jam setengah enam pagi, yang lama itu lipat roti dan oleskan selai.
"Bi, tolong masakin roti gulungku dong. Belu sempat mandi soalnya." Pinta gadis itu sambil perlihatkan cara masaknya bagaimana.
Selang beberapa menit kemudian, sibuk merapikan bekal pertama itu ke dalam kotak.
"Ma, saya berangkat!" Teriaknya sembari memakai sepatu.
Ibunda sibuk masak di dapur, "yah. Jangan balap-balap." Mengingatkan.
Avita menenteng bekal itu lalu menggantungnya di motor.
Bersiul-siul riang dalam perjalanan ke kampus, sudah tidak sabar mengenai pendapat kaknis tentang rasa roti gulung itu.
Sampai di parkiran kampus, segera masuk dengan moodboster.
Satu setengah jam kemudian ..
Mendelik kesal di tempat, "dosen belum datang kah?!" Ketus gadis itu.
"Belum. Katanya lagi ada tamu, nanti sebentar lagi balik." Sahut Irja.
Hoh. Avita mengangguk paham. "Apa itu, Vit?" Kata Irja.
"Biasa..bekal." Singkat gadis itu.
"Cie..untuk siapa?"
"Kepo." Ketus Avita.
Memberengut kesal, kenapa sih punya teman sekelas cowok sangat kepo akut, hah?!
Cerewet lagi trus privasi yang kita bagi takkan bisa tersimpan rapi melainkan terbongkar hampir satu kelas tahu. Hah. Seperti kran bocor saja mulutnya itu.
Makanya Avita menimpali sebisa mungkin dengan ketas-ketus, singkat-padat dan jelas.
"Marthin, dosen sudah datang kah?" Ika yang baru saja datang melempari tanya ke ketua kelas.
"Belum. Ini saja saya baru datang."
"Vit, nanti saya balik sama kamu eh?" Kata Ika, setelah duduk disampingnya.
"Sip.." Timpal gadis itu.
Sudah terlihat ramai dalam kelas, tapi dosen belum juga datang ngajar.
Yang di lihat gadis itu dari teman sekelas adalah sebagian hanya mengejar status mahasiswa tidak ada niat untuk belajar.
Padahal kuliah itu susah, kalau gagal wisuda bagaimana dengan biaya-biaya awal masuk? Hanya hal cuma, kalau terjadi.
Dan, disini Avita seorang diri berjuang menyakinkan ibunda agar bisa bawa toga dengan kerja kerasnya.
Karena ingin dianggap juga layaknya adik dan kakaknya yang pintar itu.
Selalu saja menjadi bulan-bulanan ejekan dalam keluarga tiap ada acara kalau nafsi tak pernah bruntung membawa prestasi akademik.
Please .. Untuk kali ini gadis itu mau mengubah mindset mereka kalau bisa jemput prestasi dengan seragam spesial ditemani toga. Setidaknya, berguna sedikitlah, supaya ada yang menjadi istimewa kalau bersitatap keluarga besar.
Yang bukan cerita perulangan, mematahkan mental cita gadis itu melainkan prestasi pun ipk di bincang manis bukan tragis lagi.
So? Avita berusaha sebisa mungkin supaya tidak ada ijin atau alpa satu pun.
"Pagi semua.." Sahut Miss Janet.
Serentak balas salam beliau, terlihat ada yang sibuk kembali ke tempat duduk pun sebagian keluarkan buku dalam ransel.
Avita sendiri sibuk memerhatikan pintu, sesekali membuang napas gusar, tidak datang kah? Kesalnya dalam batin.
Pun cemas akhirnya terproduksi, sembari melirik kotak bekal pertama buat kaknis.
Gank The Eror belum juga datang, berarti tidak masuk.
Dosen menjelaskan dengan seksama, tetiba saja pintu terketuk dan Avita tak mau berharap kalau di depan adalah kaknis.
Deg. Ekspresi yang tadinya mendung berubah sumringah, akhirnya bisa sodorkan bekal pertama buat cowok itu.
"Permisi, miss..maaf terlambat," ucap Andy dengan kekehan khasnya lalu diekori kedua temannya.
"Kamu lagi! Dari mana saja kalian bertiga?!" Kesal beliau.
"Habis makan di kantin, Miss." Andy menimpali dengan cengiran.
Cukup menerbitkan senyum geli dari Avita.
Miss Janet menghelakan napas panjang, "yasudah..kalian bertuga boleh masuk!"
Fiuh. Dan seperti biasa ada pemandangan menjengkalkan. Bising sekali.
Melihat Andy yang duduk tak jauh dari tempat gadis itu, "Kak.." Panggilnya.
"Yah, dek?" Ah, selalu saja intonasi penuh kelembutan terdengar daun telinga.
Ada senyum tipis terbit.
"Nanti, setelah matkul selesai ada sesuatu yang saya mau kasih ke kakak." Ucap Avita.
"Apa itu, dek?" Seru Andy.
Ih, memutar bola mata dengan malas. Greget sekali.
"Nanti. Ini masih jam kuliah."
"Ok dek."
Beberapa menit, matkul bahasa inggris pun usai lalu dengan tak sabar Avita mengeluarkan kotak bekal dari kantong plastik dan sodorkan ke kaknis.
"Kak, jangan keluarkan dulu!" Sebisa mungkin Avita cegat.
"Kenapa dek?" Heran Andy, dengan nada pelan.
Menunjuk kotak bekal itu, ngode, "tapi, jangan di kelas. Nanti temanku pada minta. Ini saya buatkan khusus buat kakak saja." Avita berbisik.
"Oh, kalau begitu, kita ke kantin sudah dek." Tanpa menghiraukan panggilan dua temannya itu, langsung keluar kelas.
Buru-buru gadis itu langsung mengenakan ransel.
"Mau ke mana Avita?" Ika bertanya.
"Ada deh," sambil memainkan sebelah matanya.
Di kantin, "buka sudah dek. Disini tidak ada yang lihat, dua temannya kakak juga tidak ikut kok."
Meragu, takut akan datang mendadak mereka berdua pun disusuli teman sekelas ke kantin.
Bukan pelit melainkan itu adalah bekal pertama buat Andy.
"Sudah..nggak apa-apa, dek. Hanya kakak saja kok yang lihat isinya. Itu makanan apa dek?" Andy mencoba menenangkan keraguan itu.
"Rotgul, kak."
"Rotgul? Seperti apa itu dek?" Andy mengernyitkan dahi, penasaran.
"Nanti juga kakak lihat. Tapi, trapp eh, kak, rotgulnya sudah dingin." Cemas Avita.
Takut kurang enak di makan.
"Ah, ndak papa, yanh penting enak." Menimpali dengan tawa khasnya.
Hm. Fix, Avita pun mengeluarkan seutuhnya bekal itu lalu di sodorkan satu dan mendapati jempol OK dong dari kaknis.
Yang berarti makanan itu enak tanpa di buat-buat supaya menutupi kekecewaannya tahu tidak enak.
Fiuh. Membuang napas sangat lega, syukur pun terbit dalam batin Kak Andy mengatakan kalau rotgul itu enak.
Lagi asik menikmati makanan itu, sudah kedatangan mereka berdua, tampak jelas di luar kantin, mengusik.
"Wih, bagus eh? Tidak bagi-bagi kita. Andy, masa ko begitu tuh sama teman sendiri loh.." Danang protes dengan intonasi dibuat-buat.
Melenggang santai masuk dalam kantin dan duduk disamping Andy.
Tadi sebelum masuk, ngamuk dong ..
"Awas! Sa mau masuk!" Danang bersungut ke temannya itu untuk di beri jalan agar bisa duduk nyandar samping.
Justru, "sudah..sudah, ko duduk di sana saja bro! Mengganggu saja. Roti ini khusus buat saya katanya, iya kan, dek?" Andy menolak lalu melirik ke arah adiktingnya itu dengan genit.
"Hm.." Ketusnya.
Ada Atri ikutan heboh tidak sabar untuk mencicipi makanan buatan gadis itu, masa Andy saja sih yang kebagian mereka tidak?
"Bagi kah, begitu sekali bro. Kalau ada makanan itu ajak-ajak jang makan umpet-umpet begini!" Protes Atri langsung sambar bekal itu dari hadapan mereka berdua.
"Boleh dek, mereka makan?" Andy meminta ijin dulu.
"Makan sudah. Yang penting kakak sudah makan." Jawab Avita dengan santai.
Setidaknya ada kebagian, sudah tidak ada kecemasan berlebihan kalau kaknis belum mencicipi.
Be the way, tak hanya akrab dengan The error melainkan kakting lainnya seperti Leno, Abhi, Erwin, Juni, David, Joel, Eka, Rudi, Stevie dan masih banyak lagi.
Berawal dari .. Bersitatap tak sengaja, saat itu Leno ngantar flash disk milik Andy dan menjadi cengkrama manis.
Hua .. Kesan Avita bersemuka dengan teman Andy adalah humble penuh ramah tak menyerang dengan sorot intimidasi seperti salah satu kakting mengenakan masker, songongnya minta ampun dah. []
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments