"Sebentar, ada petikan gitar bersitatap mengalun menggantikan keterlukaan di dada."
💣💣💣
"Kak Andy belum move on kah sama mantannya?" Kata Avita berbalut intonasi getir.
"Kenapa jadi? Mereka tidak putus kok. Tadi pagi saja Andy bikin status rayakan empat tahun mereka pacaran." Atri menimpali sangat santai.
Tidak seharusnya melantangkan rasa penasaran yang berujung tangisan dalam kamar.
"Oh, begitu yah kak?" Pasrah.
Kenapa masih membahas seseorang yang masih terperangkap nostalgia? Karena mereka belum sepenuhnya usai dengan memoar lama.
Lalu santai menyembunyikan rasa, sembari mencari plampiasan semata.
"Cemburu yah?" Uh, Atri paling senang sekali menggoda adiktingnya itu.
"Ju, siapa lagi yang cemburu?!" Ketus Avita.
"Haha, kalau cemburu bilang, Vit. Nanti sa sampekan ke Andy."
Greget sekali dengar jawaban kakting satu itu di depannya.
Bisa ndak sih sekali saja Avita tidak dengar kalimat berbalut ngejek dari temannya kaknis?
Please, seperti menjadikan plampiasan setelah berhasil capai orang baru, hati itu di lukai sampai berjangka.
"Itu, Andy datang!" Atri menunjuk sosok yang datang dari arah tangga.
Well. Mereka lagi nunggu pergantian jam praktikum. Kok, ada the error segala? Berdecak tak suka tapi sisi lain sangat menyukai keberadaan mereka saat sunyi menyergapi ditambah Nifa yang ratu dramatis, seperti ramai ditemani kakting tersebut.
Oh yah, be the way karena status sempat menjadi perbincangan hati, penasaran, siapa cewek itu? Makanya Avita langsung mencetus tanya ke kakting tersebut, siapa tahu bisa langsung mendapati nama orang di balik status terbit di facebook.
Ternyata benar adanya, memiliki kekasih tapi samar-samar berikan perhatian lebih, seolah-olah menginginkan kidung itu dari Avita.
"Ummi.." Panggil Andy dengan manja.
Bisa yak, sudah buat status sweet for perempuan misterius, masih saja memberikan sikap setenang itu depan Avita?
"Apa sih?! Tidak jelas sekali kah!" Avita mengumpat pelan.
"We, Andy! Ummi cemburu tuh." Kata Atri, dengan nada jail.
Andy memasang wajah bengong, "kenapa?"
"Tanya sama orangnya langsung." Ucap Atri sambil melirik ke arah adiktingnya itu.
Nyadar bakal berbicara atau duduk disamping, alih-alih langsung berdiri, "maaf kak, saya mau ke kelas." Datarnya tanpa melihat ke arah dua bola mata Andy.
"Kejar sana!" Atri berseru.
"Dek..dek, kenapa tidak ngobrol dulu?" Andy berusaha mencegat gadis itu, nihil, sangat keras kepala.
Sial! Harus kah dalam mendapati sebuah kebahagiaan berbungkus kepalsuan, hah?!
Tidak pertemanan, cinta pun sama, jahat, toxic!
Kan, Avita hanya ingin merasakan keberadaannya di terima apa adanya, tanpa harus lagi mengurung ekspresi di balik deret puisi terproduksi seorang diri sembari masuk dalam ruang konser sunyi. Sakit.
Sampai dalam kelas, ruang E2.
"Kenapa, Vit?" Ika menyambutnya dengan wajah bengong.
"I'm fine." Datar gadis itu.
Sesak. Sulit sekali buat bernapas.
Karna ada ade, berhenti bermain-main dalam benak, saat sedang frustasi oleh sikap sok manis Andy!
Please..please jan nangis! Gerutu Avita dalam batin.
Orang yang gampang nangis adalah memiliki hati tulus walau pun berulang-ulang di sakiti, mereka tetap berikan sikap baik ke siapapun tanpa menyeleksi siapa yang buruk dalam pertemanan.
Tapi, resikonya fatal, makan hati tidak baik juga buat kesehatan nafsi.
Selama dua tahun menjalani rutinitas seorang diri tetapi berbanding terbalik ketika ada dua orang datang tak terduga, menjadikan ketergantian luka di tawari oleh Nifa, dkk.
Ika dan Cristin.
Gadis itu berharap sih ke depannya bisa bersolidaritas tanpa harus beri tatapan intimidasi perulangan.
Lelah beradaptasi dengan kebaikan tapi berbalas munafik, tertusuk cuma-cuma.
Bukan sekedar tanya seputar tugas melainkan baku bawa, tak hanya bertiga melainkan ada Yanti, Marthin, Irja dan Alvian.
"Pulang nanti saya nebeng kamu, eh, Vit?" Kata Ika.
Avita menganggukkan kepala, mengindahkan.
Mood lagi buruk akibat ulah Andy lagi yang terbit status untuk masa lalu, ups salah melainkan kekasih yang masih dulu.
Trus, gagal move on? Hanya bahan candaan kah?
"Ummi.." Dih, kenapa masih brani nampakkan batang hidung sih?!
Sudan tahu adiktingnya lagi kesal, keuhkeuh buat nyamperin.
"Ika, kita ke kantin kah?" Avita ngajak, dengan perasaan tak suka lihat bola mata orang yang dulu di kagumi lewat sajak.
Uh, teman kepercayaan lagi nih harus kah kudu ngelaporan dulu ke teman satu yang gak berperasaan, hah?!
Kesal sekali, apalagi masih ada Andy dalam ruangan.
"Cris, saya ke kantin dulu eh, kamu mau ikut?" Kata Ika, masih menunggu jawaban perempuan berambut ikal itu yang asik telponan di belakanh paling sudut kelas dengan kekasihnya.
Sambil lambaikan tangan menolak dan tersenyum.
Hum. Begitu sudah Cristin, kalau dapat mood bagus, ekspresi pun ikutan manis.
"Ayo sudah, Vit." Ika langsung mengenakan ransel dan keluar.
Tadi, kaknis sempat mencegat agar Avita tidak keluar, nihil. Melihat ekspresi sangat gusar di beri.
"Makanya Andy, jangan buat anaknya orang menangis!" Atri memukul bahunya, canda.
Hanya tawa khas sebagai jawaban.
Sedangkan .. "Kenapa bro?" Danang baru datang, bertanya heran, tadi bersitatap sesaat dengan Avita, melihat wajah gadis itu sangat masam, menahan geram.
Uh, masih beta sekali dalam kelas menunggu kedatangan Avita agar bisa menjelaskan semua kalau status terbit di facebook batas masa lalu tidak lebih.
Sisi lain, sudah melampiaskan semua penat pun kesal kembali ayunkan langkah dalam kelas.
Duh, "dek.." Tidak menyadari sama sekali, kalau masih ada kakak menjengkelkan itu dalam kelas.
"Apa?!" Sungut Avita, tak sama sekali mengarahkan pandangannya ke cowok tersebut.
Masih sibuk dengan minuman barusan di belinya.
"Kita beli ice cream yuk?!" Ngajaknya.
Ruas-ruas itu terkatup sangat keras, hampir saja meledak-ledak di balik tangis nyaris meluncur bebas.
"Sa bisa beli sendiri!" Pekiknya, sedikit menekan kata-katanya kalau malas meladeni lagi saat menghentakn kaki keluar kelas.
"Andy eh! Tobat, makanya jangan buat anaknya orang menangis!" Kini giliran Danang meledek.
Syukur tidak ada mata kuliah, dengan leluasa balik cepat.
Dalam perjalanan, diatas rata-rata menginjak 90 km lebih, emosi meletup-letup tak sadar ada truk ingin melambung tapi Avita melamun dengan headset di sumpal telinga, volume musik kandas, tak terdengar.
Menginjak krikil batu, yang mengakibatkan diri terjatuh dari motor.
"Auh..mobil bodok nih! Bisa klakson kah tidak sih?!" Ketus Avita sambil menahan nyeri di area tubuhnya.
Hump. Dengan cepat berdiri lalu balik ke rumah dalam keadaan kurang baik-baik saja.
Seperti biasa, orang rumah tidak ada, lagi di kios omnya. Langkah itu tertatih-tatih, saking sakitnya bekas jatuh dari motor tadi.
Melihat ulang lutut tadi, berasa gemas yak dengan luka sendiri, pengen banget di garuk-garuk.
"Duh..duh," Avita meringis kesakitan sambil meniup luka tersebut agar rasa sakitnya mereda.
Nifa, sa jatuh dari motor.
Ups, Avita melupa keberadaan teman sekelasnya tadi, kasihan .. Tadi minta nebeng tapi emosi lebih mendominasi.
Bentar, mau menginfokan saja kalau perempuan sempat meluluh lantak seisi kelas, setidaknya kasih kabar kecelakaan itu mungkin bisa buatin surat ijin sakit?
Badan terasa retak melebur menjadi nyut di sekitar luka lebih baik tidur.
Beberapa menit kemudian ..
Vit, kita makan lalapan yuk depan Auri?
SMS dari Nifa, mendadak melongo dong kok tumben diajak pergi makan?
Ada Kak Andy juga.
Loh, kok menguap-nguap amarah sedari tadi di kampus yang mengakibatkan diri seperti ini?
Melirik detak waktu menunjuk setengah tujuh malam.
Sedikit pening, sisa-sisa sakit karena kecelakaan tadi juga sih.
Perempuan itu bilang kalau jemput Andy depan toko victory, tidak bawa motor dan mau satu kendaraan dengannya.
Menghembuskan napas panjang.
Kesal tapi mau.
"Siapa yang traktir nih?" Kata Avita, sambil mundur ke belakang motor.
Justru tidak dapat balasan dong, hah ..
"Yang lain ke mana?" Lagi bertanya.
"Sudah tunggu di sana, dek." Baru dapat respon, cukup ngundang kesal dong.
Sampai di sana, berusaha jalan sebisa mungkin supaya tidak menyentuhkan luka itu dengan kain celananya. Jalan sedikit pincang.
"Pesan sudah," kata Nifa, saat lihat keduanya sampai di sana.
Saat mau masuk duduk dalam warung, "hari ini sa ulang tahun, jadi, ajak mereka bertiga makan lalapan di sentani, Vit!" Seru Nifa.
"Ade kenapa?" Andy heran campur khawatir.
Hm. Masih pantas kah terbitkan ekspresi berselimut plampias sesaat, hah?!
"Kecelakaan tadi." Avita menjawab dengan datar.
"Itu Andy dengar! Makanya, jangan buat anaknya orang menangis trus. Pasti gara-gara Andy toh, Vit?" Atri mendumel temannya lalu alih-alih ke arah Avita.
Hanya menbalas dengan anggukan pelan.
"Maaf yah dek?" Bisik Andy pelan, mereka sudah duduk dalam warung.
Hal cuma mengulangi kalimat maaf tapi masih belum jujur mengenai status misterius di facebook.
🖤🖤🖤
Tanpa sengaja bisa akrab lagi dengan kakak kelas semasa smk, Julioh.
Dan kemungkinan kakak kelas itu menyimpan rasa? Karena sudah memunculkan perhatian pun ngajak nonton dirinya latihan karateka.
Sini, sekilas info mereka sudah sering jalan ngajak duluan bersitatap cowok tersebut.
"Kak, besok bisa kampus bareng?"
Ah, ada muncul ide berbungkus cemburu ke kaknis prantara Julioh antar ngampus.
Wait, ada keraguan di wajah itu, "kerjain Kak Andy!" Imbuh Avita dengan cepat.
"Boleh."
Hm. Tanpa aba-aba langsung di respon cepat dong. Senang kali bisa buat anak orang besok cemburu.
Heh? Apa tidak salah dengar jikalau kaknis masih terperangkap memoar lama, lantas kasih cemburu, mempan atau?
Bosan buat nafsi menggerutu tak habis pikir dengan Andy melulu perulangan luka lewat sikap manis tanpa dosa.
Nggak salah, kan, kalau sebatas beri cemburu.
Hoho. Mungkin kurang mempan, senggaknya bisa ngampus bareng sama kakak kelasnya yang dulu suka cari gara di koridor sekolah.
"Ok. Thanks yah kak? Besok kita berangkat jam setengah delapan yah?" Usai memberikan jadwal keberangkatannya, Avita pun pamit lalu mendapati anggukan kecil cowok karateka tersebut.
Balik ke rumah seperti ada dentum berlarian sangat riang.
Sangat tak sabar menunggu esok, kali pertama ngampus sama kakak kelas walau sempat jalan berdua juga sih, waktu main bultang perdana di gunung merah.
Namun, yang kali ini berbeda, ruas-ruas berdetak sumringah.
Apakah pengaruh strategi buat Andy cemburu di kampus?
Sambil menaikkan kedua bahu, tak tahu-menahu.
Avita mengendus di balik bola mata Julioh, kalau menyimpan rasa diam-diam.
Hoh, kakak kelas nyebelin itu menyukai nafsi?
Esok hari ..
"Tadi malam tidur jam berapa, Vit?" Julioh bertanya.
Loh, kok ada desir-mendesir hangat?
"Begadang kak. Tidak tahu jam berapa. Kadang tuh saya tidur jam dua malam." Timpal gadis itu santai.
"Anak cewek tidak baik tidur sampai jam dua." Julioh menegurnya.
Avita merasa setiap kali jalan, selalu tercetus diksi bawel pun perhatian samar. Sweet sih, tapi kok masih tertuju ke orang lama, Andy?
Padahal tanpa permisi sosok karateka itu mampir, sembari bincang-bincang simfoni manis, apakah benar adanya, Julioh menyukai nafsi?
Tapi, sejujurnya sangat berdesir berbalut hangat diberi perhatian tersebut yang memang bukan berasal dari kaknis, pemberian harapan palsu!
Saat sampai di kampus, Avita memberhentikan kendaraan itu depan parkiran E2.
Wih, kebetula apa gimana sih? Kok sudah ada Andy pagi-pagi gini di sekitar kampus?
Gadis itu pun turun dari motor Byson milik Julioh, lalu mengeluarkan kotak bekal tersebut dari ransel.
"Ini kak, bekal yang saya janjikan! Di makan eh?" Avita berseru riang.
Samar-samar bola mata itu memerhatikan gelagat kaknis, seperti penasaran pun ngernyit dari arah jauh, duduk di indihome.
"Sip. Sudah pasti itu." Kata Julioh.
Please, jangan sampai menjadikan sesosok yang hadir tanpa permisi itu sebagai pelampiasan saja.
Atau .. Kakak sebagai teman curhat?
Hm. Boleh juga.
Avita sempat janji saat kali pertama pergi nonton ke xxi bakal buatin bekal. Akhirnya hari ini tercapai juga.
Jujur, sebelum cowok itu datang, rutinitas di lewati terpenuhi oleh gelita pun terperangkap bayang-bayang sweet moment Andy bersama mantan kekasih, balikan.
But, semua menguap di udara seketika Julioh berikan ruang hangat, perhatian samar tapi bisa di tangkap jelas kalau ada rasa yang di sembunyikan.
Detak-detak berjalan cepat, mengantarkan ayunan kaki itu mengisi KRSM semester baru, bersama Julioh.
Senang. Di temani isi KRS dengan kakak kelas itu.
Sempat ada salah satu kakting nitip selembar kertas aktif kuliah untuk di sodorkan ke temannya, karena kebetulan masih dalam kantin.
"Soalnya kakak buru-buru pulang jadi, dek. Ada urusan mendadak." Begitulah kakting itu berkicau.
Tapi ..
"Wih, Julioh, bisa putar balik kah ke kampus? Saya lupa kalau kaktingku tadi ada titip kertas aktif kuliah!" Avita panik sendiri.
"Untung Avita. Kalau orang lain, sudah dari tadi malas saya turuti."
Ada rasa jengkel tapi lega cowok itu putar balik ke kampus.
"Hehe, sori noge, saya lupa." Tawa Avita tanpa berdosa.
Padahal mereka sudah berada di area pertigaan prumnas, waena.
Huf. Setelah menyodorkan selembar itu di temannya kakting, mereka pun balik.
Kenapa menjadikan Julioh sahabat?
Sebab .. "Tidak mau pacaran dulu, mau taaruf saja." Penuturan Julioh kala itu.
"Kak, nanti makan pangsit kah di prumnas tiga?" Kata Avita, saat sudah keluar dari kampus.
Sebagai menebus kesalahannya barusan, pelupa. Jadi, mau nraktir cowok itu.
"Enak kah?" Julioh bertanya, penasaran.
"Hm." Hanya di jawab sekenanya saja.
Justru mendapati balasan kekehan dari Julioh. Lalu arah motor tersebut sudah berada depan warung yang ditunjuk Avita.
Selesai makan, balik ke sentani.
Seperti biasa, sampai di kamar ada ide-ide muncul untuk ..
Noge..
Mendapati balasan SMS begitu cepat dong.
Kenapa noge 2
Berdecak. Bisa-bisa Julioh mengcopy katanya, membuang napas pelan, tidak mempermasalahkan.
Tapi, tidak tahu kenapa apakah itu panggilan sayang?
Besok ke kampus sama-sama lagi eh?
Tidak tahu kenapa, Avita manja sekali sejak menjadi penawar terbaik menggantikan luka berlarut-larut dari Andy, selalu pengen ngampus bareng.
Boleh, tapi jangan pergi jam setengah delapan eh? Soalnya sa masih mengantuk.
"Dasar..muka bantal!" Avita mencibir sedetik kemudian ada senyum terbit di sana.
Pagi itu, diatas motor ..
"Sebentar mata kuliah apa, Vit?" Julioh bertanya, seperti biasa.
"Hm .. Sistem Berkas dengan Aplikasi Internet."
"Belajar baik, eh?" Kata Julioh.
Mendadak tersipu dong.
"Nanti kalau sudah pulang, telfon saja. Soalnya nanti saya mau urus berkas beasiswaku jadi." Julioh menambahkan.
Seperti memberi rasa insecure dalam porsi otak gadis itu sendiri.
Pintar eh? Gumam Avita lirih.
Tapi, sebisa mungkin singkirkan hal itu, karena tahu kok selama apapun belajar, nihil, takkan pernah mendapati nilai tinggi.
"Siap pak! Nanti saya pulang kayaknya jam setengah dua belas. Tapi, kekaya dosen tidak masuk lagi kapa?" Avita menginfokan, setelah mereka sampai di area kampus.
"Sudah sana masuk.." Julioh menjawab dengan cuek berbalut kekehan ngejek.
"Dih, kenapa kamu yang usir saya?! Sudah, sana pergi!" Avita bersungut di tempat.
Cowok itu hanya mengulum senyum lalu kembali nyalakan mesin motor dan meninggalkan halaman kampus Avita menuju kampus sendiri. []
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments