2.Membawa beban

Nama Risha Cahayati, dia berumur 17 tahun Sekolah di SMA HARAPAN BANGSA di Jakarta yang duduk di bangku kelas XII A. Risha hidup bersama keluarga yang tidak humoris, banyak penderitaan yang di alami oleh Risha selama tinggal bersama mereka.

Seorang ayah, selalu memilih kasih sayang antara Risha dan juga Ella adik Risha. Akan tetapi Risha masih tetap sabar dengan ayah yang lebih memilih peduli pada Ella.

Kasih sayang Risha terputus dan tidak pernah di dapatkan sejak berpisah dengan orang tua kandung, sejak umur 3 tahun. Hingga masuk sekolah SMA mencari uang dan menafkahi diri sendiri.

Maghrib pun tiba...

Sang ayah sedang menunggu anaknya pulang dari bermain, Risha selalu pergi bermain dengan Ratih teman sekolahnya. Kadang pulang cepat kadang pulang terlambat, Risha bukan hanya bermain akan tetapi mencari uang bersama Ratih.

Ratih ingin sekali memberikan uang untuk Risha. Namun Risha tidak mau karena ia ingin mencari uang dengan sendiri, ayah menghampiri Risha yang berjalan ke arahnya dan menarik telinganya lalu mendorongnya ke lantai. Ayah mengambil sebuah kayu dan hendak memukul tubuh Risha, Risha histeris berteriak untuk menghentikan pukulan itu tapi ayah tidak memperdulikan perkataan Risha.

Srrtttt....

"Apa yang kamu perbuat di luar sana sampai kamu terlambat pulang" tanya ayah dengan tatapan penuh amarah.

"Ampun ayah. Risha hanya bermain saja, tidak melakukan apa-apa ayah." Jawab Risha yang sedang menahan sakit akibat pukulan dari ayah.

"Bagaimana mungkin, aku mempercayaimu?. Bahwa Ella mengatakan, kalau kamu sedang mencari uang. Berikan uang itu pada Ayah, cepat!!!" teriak ayah yang tidak bisa menahan emosi lagi.

Di dalam kamar, Ella sangat bahagia mendengar tangisan Risha. Dia begitu senang yang tidak memikirkan nasib Risha yang di perlakukan oleh ayahnya.

Itulah akibat masih ingin macam-macam dengan ayah, aku tidak segan memberikan kamu sebuah penderitaan yang lebih dari ini. Ucap dalam batinnya sembari menyibukkan diri di depan cermin.

Risha tidak bisa berucap sepatah apapun. Karena percuma saja melawan perkataan ayahnya, bukan keringanan yang di dapatkan oleh Risha. Melainkan lebih dari sebuah pukulan.

Sebuah pukulan hampir mendarat ke tubuh Risha, tapi....

"Sudah, yah. Kasihan Risha, jangan memukulinya lagi," bujuk ibu Risha agar suaminya berhenti memukul Risha.

Ibu terus menahan pukulan dari sang ayah, Risha pun langsung kebingungan. Melihat ibu memberikan pembelaan pada Risha.

Risha menghindari dari ruangan dimana ayah memberikan hukuman padanya, dia menghindar dari ayah. Karena Risha sudah sangat ketakutan dengan amarah ayahnya. Badan Risha penuh dengan memar yang merah, dia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar.

"Jika melakukan kesalahan yang sama, hukuman yang aku berikan lebih dari ini." Ucap ayah dengan nada mengancam agar Risha tidak melakukan kesalahan yang sama.

Tidak bisa membantah, ataupun tidak bisa melawan perkataan ayah, hanya bisa memendam rasa sakit itu.

Apakah ini yang dinamakan keluarga? Seorang ayah memilih kasih sayang di antara anaknya, memberikan penderitaan pada Risha tanpa mendengar penjelasan dari mulut Risha.

Sungguh bernasib buruk kehidupan Risha, yang masih belum mendapatkan kasih sayang orang tua. Bagaimana tidak bahwa dia bukan anak kandung mereka melainkan ia adalah anak angkat.

"Ayah, kapan engkau tersenyum seperti ini padaku. Apa aku tidak patut mendapat kasih sayang darimu ayah," ucapnya di dalam hati sembari mengambil sebuah foto di atas meja dan memeluk foto tersebut.

Jam Enam pagi ,,,,,

Suara ketukan pintu dari luar, tidak membuat Risha bangun dari tempat tidur. Ayah mencari kunci pintu cadangan kamar di dalam laci.

Pintu pun terbuka.....

Dan menarik selimut

"Bangun kamu!!!." Ucap ayah dengan nada menggema.

"Enak saja, jam segini. Kamu belum bangun tidur".

Risha bangun dari dengan tubuh yang lemas, badan terasa sakit, tapi ayah masih keras dan menarik Risha dari tempat tidur.

"Cepat bangun!!!. Selesaikan pekerjaan rumah sekarang" kata ayah dengan nada tinggi.

Risha bangun dan segera menyuci muka, karena dia harus memasak sarapan pagi. Selesai memasak, membereskan pekerjaan rumah, Risha pergi mandi untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Sarapan selesai...

Beginilah, menjadi anak yang tertua di dalam rumah, setiap apapun kesalahan di dalam rumah maka yang paling bersalah adalah Risha sekalipun itu ulah dari Ella.

Risha berangkat ke sekolah bersama temannya, hanya berdua saja, mereka lebih menyenangkan pergi dengan jalan kaki ketimbang naik kendaraan umum. Walaupun hanya sedikit jauh tidak membuat mereka tidak mengeluh.

"Apa kamu tidak apa Risha?. Wajah kamu sangat pucat sekali" tanya Ratih yang penasaran.

Ratih adalah teman SMA, yang satu kelas dengan Risha. Umur Ratih tidak jauh beda dari Risha, hanya berbeda satu tahun saja. Ratih berumur 18 Tahun, sifatnya seperti anak laki atau bisa di bilang seperti tomboi.

Walaupun Ratih, memiliki sifat seperti itu memiliki sifat seperti itu. Dia masih memiliki tata krama dalam peraturan sekolah dan memakai hijab.

"Aku tidak apa Ra, aku hanya kecapekan saja" jawab Risha, yang berusaha menyembunyikan rasa sakit yang di alaminya.

"Jika kita sudah tamat sekolah, kamu ingin masuk Universitas dimana?. Apa disini atau keluar negeri" ucapnya lagi.

"Hmmm,,,, Aku kurang tau. Jika aku kuliah, maka itu harus butuh biaya yang banyak. Apalagi aku tidak memiliki sepersen apapun untuk biaya kuliah yang sangat mahal." Kata Risha.

"Bukan 'kah. Soal biaya, sudah di tanggung oleh orang tua kamu sha? Kenapa kamu bisa bicara seperti itu," ucap Ratih yang menoleh ke arah Risha.

"Katakan, sejujurnya sama aku, apa orang tua kamu bermain fisik lagi? Jawab Sha". Sambil menggoyangkan bahu Risha.

Risha tidak bisa mengelak dari pertanyaan Ratih, memang benar, bahwa orang tuanya telah bermain fisik padanya. Bahkan kadang juga Risha hampir saja mati karena ulah adiknya sendiri.

"Bagaimana, kalau kita pergi keluar negeri? Apa kamu setuju. Kita akan pergi dari tempat ini sejauh-jauhnya." Ajakan Ratih agar segera meninggalkan kota.

"Apa?. Kita pergi kemana, bagaimana kita bisa pergi sedangkan kita tidak memiliki biaya untuk naik pesawat." Ucapnya.

"Kamu tenang saja, aku akan meminta bantuan paman aku".

"Pokoknya, nanti kita akan pulang bersama, jangan pulang sendirian" kata Ratih.

Sesuai rencana, mereka berdua setelah selesai jam sekolah. Mereka pulang bersama dan langsung pergi ke rumah paman bernama Geo. Mereka menaiki mobil taksi, karena rumah Geo yang sangat berjauhan dari tempat tinggal mereka.

Geo adalah paman Ratih. Namanya Firgeo Fariansyah, umur sudah 30 tahun. Geo belum menikah sampai sekarang ini, karena? dia pernah terluka saat-saat dulu dimana dia di tinggal oleh kekasih yang sangat di cintainya.

Geo adalah orang yang terkaya, yang berurutan ke 5 di negara Indonesia. Bahkan, kehidupannya yang sangat sederhana tanpa mempamerkan harta, pada orang yang ada di bawahnya.

Dia adalah seorang CEO, banyak yang mengincar kedudukan posisinya, baik dari teman kantor atau rekan kerja. Mereka adalah orang pengkhianat yang tidak pantas menduduki posisi seorang CEO.

Di rumah Geo

Ratih sudah berada di depan rumah Geo, mereka langsung mengetuk pintu, dan memanggil nama pamannya.

"Paman, ada di dalam tidak? Aku datang paman. Tolong buka kan pintunnya" ucap Ratih yang sedang mengetuk pintu.

"Ada apa keponakan paman?" Geo membuka 'kan pintu.

"Paman, ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Ratih.

"Kamu ingin bicarakan apa nak," tanya Geo.

"Aku ingin, kita berdua pergi keluar negeri, paman juga harus ikut" pinta Ratih pada pamannya.

"Bagaimana sekolah kalian yang disini?. Apa tidak masalah".

"Apakah ada terjadi suatu sehingga kalian menginginkan sekolah keluar negeri?." Ucap Geo yang masih belum mengerti dengan kemauan keponakannya.

"Ayolah paman, segera pesan tiketnya, kami ingin berangkat besok".

Geo penasaran sembari mengernyitkan dua alis matanya.

Risha tidak berkomentar apa pun dengan kemauan Ratih, dia hanya diam saja tidak melakukan reaksi apapun kecuali jika tidak ada yang salah di lakukan oleh Ratih.

"Paman, apakah aku merepotkan kalian?". Tanya Risha.

"Kenapa kamu mengatakan itu Risha, apa aku ada mengatakan kalau kamu membawa beban bagi kami? Tidak ‘kan. Bukankah sesama teman harus saling tolong menolong" ucap Ratih memberikan semangat pada Risha.

"Baiklah, aku akan ikutin semua kemauanmu Ra".

"Baguslah kalau begitu" mereka berdua pun berpelukan setelah itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

bapaknya jaad bener🤧

2021-10-31

0

Nyai💔

Nyai💔

semangt

2021-10-20

0

Titik pujiningdyah

Titik pujiningdyah

semangat kak

2021-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!