Akhirnya malam yang ditunggu pun tiba. Terlihat Sia sedang membantu Mars dan Venus untuk bersiap. Dua bocah kecil itu terlihat begitu antusias dan tak sabar untuk segera menyantap steak yang begitu mereka idamkan. Hingga keduanya tentu merasa tak sabar untuk segera berangkat.
Sejak kepulangan Leo tadi siang, sungguh tak henti-hentinya senyum bahagia terpancar di wajah kecil Venus. Begitupun dengan Mars, mata anak laki-laki tersebut berbinar dan menggambarkan jika hatinya juga sedang bahagia.
Hingga tak lama, pertanyaan yang Mars tunjukkan pada Sia, membuat wanita yang sedang menguncir rambut Venus tersebut menghentikan gerakannya. "Apa Om Leo beneran teman, Mama?"
Seketika Galexia menoleh. Dia menatap wajah putranya yang menunggu jawaban dari bibirnya sendiri. Tersenyum, Sia menganggukkan kepalanya. "Betul, Nak. Om Leo itu teman Mama dulu saat masih sekolah."
"Apa Om Leo juga teman Papa, Ma?" Seketika suasana menjadi hening. Senandung yang sedari tadi keluar dari bibir mungil Venus seketika hilang.
Seakan kedua anak tersebut memang menunggu jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh Sia untuk mereka. Sia menghela nafas pelan. Dia mendudukkan Mars di sebelah Venus dan dirinya memilih berjongkok di hadapan anak kembarnya.
"Om Leo memang teman Papa," jeda Sia sebentar untuk melihat ekspresi kedua anaknya. "Mama juga ingin mengatakan sekali lagi sama kalian berdua. Kalau sebenarnya Papa itu orang yang baik. Papa gak pernah jahatin Mama. Jadi kalian gak boleh marah ataupun benci sama Papa. Oke?"
Baik Mars ataupun Venus hanya bisa diam. Keduanya menatap Sia dengan pandangan lekat. Seakan sedang mencari kebohongan di kedua matanya. Namun, tak sedikitpun mereka menemukan kebohongan tersebut karena Sia yang terlalu baik untuk menutupi segala keburukan mantan suaminya.
"Lebih baik kita berangkat sekarang. Sebelum Om Leo sampai duluan di sana," ajak Sia yang membuat perhatian Venus teralihkan.
Bocah yang selalu ceria itu seakan melupakan pembicaraan yang barusan terjadi. Dia segera turun dari sofa dan menarik tangan saudara kembarnya untuk mengikutinya. "Ayo kita belangkat, Ma. Kita makan enak!" teriaknya dengan senyuman lebar.
Sia mengangguk. Dia segera memakai sepatu heels miliknya dan segera keluar dari apartemen. Mereka berangkat menggunakan mobil yang disediakan oleh Riksa untuk Sia mengantar si kembar kemanapun yang mereka mau. Hingga malam ini, perempuan itu tak kesulitan untuk berangkat sendiri tanpa merepotkan Leo untuk menjemput mereka terlebih dahulu.
****
Sesampainya di Restaurant yang menjadi tempat janji mereka. Sia segera mengajak kedua anaknya masuk ke dalam. Matanya menatap sekeliling hingga pandangannya tertuju pada sebuah punggung tegap yang begitu dia kenal. Segera Sia berjalan ke arahnya hingga pandangannya bertemu dengan Leo.
"Maaf yah. Kamu pasti nungguin udah lama, 'kan?" tanya Sia tak enak hati.
"Nggak kok. Aku baru aja sampai," ucapnya dengan membantu Venus duduk.
Setelah Sia mendudukkan Mars di kursi samping kembarannya. Dirinya hendak mendaratkan tubuhnya juga. Namun, sebelum itu saat Sia meletakkan tas yang ia bawa, seketika pikirannya teringat pada ponselnya.
"Aku titip anak-anak sebentar ya, Leo. Ponsel aku ketinggalan di mobil," ucap Sia yang langsung diacungi jempol oleh pria tampan tersebut.
Segera Sia berjalan menuju pintu masuk. Hingga dari arah berlawanan dia melihat seorang perempuan yang sedang berjalan ke arahnya sambil memegang ponsel. Sia tak menggubris, dia terus berjalan sampai tanpa sengaja tabrakan di bahunya membuat Sia sedikit terhuyung.
Astagfirullah, batin Sia karena terkejut. Untung saja dirinya tak jatuh hingga membuatn Sia sedikit bernafas lega.
Saat Sia menegakkan tubuhnya dan hendak menanyakan perempuan yang menabraknya apa baik-baik saja. Suaranya tertelan dengan sebuah bentakan yang ditujukan kepada dirinya.
"Kalau jalan pakai mata dong. Seenaknya gak lihat-lihat. Dasar wanita rendahan!" kecamnya hingga membuat Sia mendongakkan kepalanya.
Matanya menatap tajam wanita itu. Seenaknya mengatai dirinya dengan begitu mudah di pertemuan pertama. Bahkan baru kali ini mereka bertemu dan bertatapan.
"Anda tak salah berbicara, Nona. Anda yang menabrak saya, tapi Anda yang mengomel?" sahut Sia sambil menunjuk wanita di depannya ini.
"Jangan menunjukku sembarangan. Kau pasti orang baru di sini, 'kan? Mangkanya kau tak tahu siapa aku?" ucapnya menunjuk dirinya sendiri. "Aku, model papan atas paling terkenal se-New York, namaku Inggrid. Jika kau tak percaya, cari saja namaku dan pasti banyak penghargaan milikku yang bisa membuatmu ketakutan berhadapan denganku!" ucapnya dengan sombong.
"Saya tak pernah takut pada sesama manusia, Nona. Saya juga tak peduli siapa Anda. Itu bukanlah hal penting untuk saya," sahut Sia dengan tegas. "Satu lagi, Nona. Jangan merasa selalu benar jika Anda menyadari bahwa Anda bersalah. Karena menurut saya, Anda begitu terlihat seperti wanita bodoh." Setelah mengatakan itu, Sia segera berjalan melewati Inggrid dengan langkah tegas. Dengan sengaja juga, Sia menabrak bahu Inggrid hingga membuat tubuh wanita itu menabrak pintu di belakangnya.
Sia tak peduli dengan wanita bernama Inggrid tersebut. Menurutnya, wanita sombong seperti itu tak pantas untuk dihormati. Hingga Sia mulai melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan untuk mengambil ponselnya.
****
Akhirnya acara makan malam tersebut berakhir dengan wajah puas. Tak henti-hentinya si kecil Venus mengusap perutnya yang kekenyangan. Sungguh baru kali ini dia merasakan steak terenak setelah dirinya hanya mampu menatap di layar televisi.
Hingga saat mereka semua selesai menikmati hidangan penutup. Leo yang merasakan panggilan alam segera pamit ke kamar mandi. Dia segera melaksanakan niatannya tanpa menyadari jika ada seseorang yang masuk ke kamar mandi.
Setelah membersihkan diri, Leo berbalik badan hingga dirinya bertatapan dengan seseorang yang baru masuk. Tubuhnya mematung dengan saliva yang ia telan begitu kasar. Matanya membulat penuh dan terkesan gugup ketika bertemu pandang dengan manik mata di depannya.
"Loh, ngapain lo di sini?" tanya seorang pria tampan yang sama terkejutnya dengan Leo.
Leo mengatur nafasnya. Dia menepis rasa gugupnya dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue lagi ada makan malam lah di sini. Kagak mungkin 'kan, seorang Leo numpang kamar mandi doang?"
Pria tersebut terkekeh. Dia mengangguk dan segera meneruskan untuk membuang hajat. Dengan wajah bingung, Leo tetap berada di sana. Dia menunggu pria tersebut sampai selesai dengan urusannya.
"Lo sendiri ngapain, Galaksi?"
"Ya makan lah," sahut Galaksi dengan membersihkan tangannya.
Setelah selesai, Galaksi mengajak Leo keluar. Dia berjalan berdampingan tapi dengan wajah penuh ketegangan. Bahkan karena gugupnya, keringat mulai muncul di dahi Leo hingga membuat Galaksi mengernyit heran.
"Lo ngapain tegang begitu?" tanya Galaksi heran yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Leo.
"Lo makan malam sama siapa?" tanya Galaksi lagi dengan mengedarkan pandangannya.
Mata Leo juga sama-sama mengedar. Hingga tatapannya tertuju pada meja restaurant yang tadi dipakai untuk makan malam.
Kosong.
Seketika Leo bernafas lega. Dia mengelus dadanya tanpa sepengatahuan Galaksi hingga pikirannya menerawang.
Kemana Sia dan si kembar? Pikirnya dengan terus menatap meja yang dipakai makan malam.
"Le!" panggil Galaksi hingga membuat Leo tersentak kaget.
"Apaan sih?"
"Lo makan malam sama siapa?" tanya Galaksi lagi dengan menatap tingkah laku sahabatnya yang aneh.
"Sama rekan kerja gue, tapi sepertinya dia udah pulang," sahut Leo dengan entang.
"Kalau begitu lo gabung sama gue aja. Bagaimana?"
"Oke."
Setelah itu akhirnya Leo mengikuti langkah Galaksi. Namun, pikirannya masih tertuju dengan keberadaan anak-anak Sia dan sahabatnya itu. Bagaimanapun keselamatan mereka di sini merupakan tanggung jawabnya. Hingga membuat Leo ingin sekali pergi tapi tertahan karena keberadaan Galaksi.
"Semoga mereka baik-baik saja."
~Bersambung~
Aku yakin bakalan banyak yang salah tebak di episode ini 'kan?
Hahaha sorry aku gak bakal mempertemukan Sia dan Galaksi dalam suasana yang remeh temeh. Aku bakalan nunjukkin sama Galaksi kalau Sia hidup lebih baik tanpa dia.
Galaksi bakalan tahu kalau Sia bisa mengangkat derajatnya sendiri dan kedua anaknya tanpa sosok dia di sampingnya.
Jadi plis jangan kecewa yah. Bakalan ada part dimana mereka bertemu dan aku janji, Galaksi bakalan menyesal lihat Sia bisa sukses sampai di titik ini.
Jangan lupa klik like yah guys dan komen. Terima kasih juga sama yang udah vote bunga, poin dan koin. Semoga kalian selalu suka sama karya aku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Sri Purwati
setuju buat galaksi menyesal apa lg sama mamanya.
2024-08-03
1
Wahyu Fitrianingsih
setuju buat galaxy menyesal,smg Sia jodoh Riksa
2023-02-06
1
Tiya Susanto
yg aku selalu suka dari novelmu itu...semua tokoh wanitanya adalah wanita yg tegar dan kuat....kereeennn.....👍👍👍👍
2023-01-19
0