"Kenapa Mars mengatakan itu? Memang Mars tahu siapa Daddy Riksa?"
Mars mengangguk polos. Bocah itu menatap wajah Sia lekat dengan tangan terlipat di atas meja. "Daddy Riksa teman kerja Mama, 'kan?"
"Iya," sahut Sia sambil mengelus kepala putranya dengan sayang. "Lalu kenapa Mars panggil Daddy?"
"Karena Daddy Riksa yang meminta."
Sia terdiam. Apa maksud dari Riksa meminta anak-anaknya memanggil dirinya Daddy?
Bukankah dirinya sudah mengatakan pada managernya itu, agar tak meminta atau melakukan hal aneh yang membuat Mars dan Venus cenderung lengket kepadanya.
Sia berjongkok. Dia mensejajarkan tubuhnya dengan kedua anaknya. Dipegangnya tangan Mars dan Venus lalu diciumnya pelan dan bergantian. "Kapan Om Riksa yang meminta?"
"Pas Om Liksa telepon, Mama. Kenapa?" sahut Venus dengan menatap wajah Mamanya.
"Panggil Om Riksa dengan panggilan yang Mama ajarkan pada kalian berdua. Bisa?" tanya Sia menatap kedua wajah anaknya yang sedang menatapnya juga.
"Tapi kenapa, Ma?" tanya Venus memandang Mamanya ingin tahu.
"Karena Om Riksa bukan Daddy kalian, Nak," ucapnya pelan sambil menunduk.
Setiap kali mengingat hal ini, tentu selalu meninggalkan denyut sakit di hatinya. Perasaan itu belum hilang bahkan entah sampai kapan akan terhapus dan terobati. Namun, Sia tak akan memaksa. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk merelakan dan mengikhlaskan semuanya.
Sia tidak tahu apa yang dirasakan oleh kedua buah hatinya. Baik Mars ataupun Venus, keduanya selalu bisa menutupi perasaannya dengan diam dan lebih memilih menjadi pelipur lara disaat Sia seperti ini.
"Baik, Ma," jawab keduanya kompak. Lalu mereka segera bergegas memeluk Sia begitu erat.
Diam-diam baik Mars maupun Venis menghapus air mata yang hampir meluncur di sudut matanya. Bagaimanapun takdir mempermainkan mereka, nyatanya kedua anak itu hanyalah bocah kecil berumur 5 tahun. Namun, keadaan yang membuat keduanya harus berpikir lebih dewasa dari umurnya. Ditambah ajaran dari Sia membuat mereka menjadi anak yang lebih pintar dan cerdas dari seumurannya.
"Sekarang kalian cepat sarapan! Lalu kita segera berangkat."
****
Sejak turun dari taxi online, telinga dari tiga orang yang sedang berjalan sambil bergandengan tangan itu, bisa menangkap alunan musik yang merambat melalui udara. Baik Mars, Venus maupun Sia juga melihat beberapa mobil berjajar terparkir rapi di depan Cafe.
Rencana yang awalnya bertempat di rumah Riksa akhirnya batal. Pria tampan dengan status masih single itu meminta Sia dan dua anak kembarnya untuk datang ke Cafe yang merupakan cabang miliknya di New York.
Ketiganya berjalan bersama dan mulai menaiki undakan tangga untuk memasuki Cafe yang sudah disulap begitu indah. Tatapan Mars dan Venus mulai mengedar ke seluruh penjuru. Hingga mata kecil mereka menangkap sosok yang dicarinya dua hari ini.
"Om Riksa!"
Pemilik nama mulai menoleh. Senyumnya mengembang saat melihat dua bocah kecil yang selalu membuat Riksa selalu merindukannya.
"Selamat pagi, Putri Venus dan Pangeran Mars," sambut Riksa sambil memeluk keduanya.
Terlihat Mars maupun Venus menerima pelukan itu dengan suka cita. Hingga tak lama mereka mulai merenggangkan pelukannya dengan Riksa yang menatap keduanya bergantian.
"Kenapa, Om?" tanya Venus dengan mata mengedip lucu.
"Kenapa kalian panggil Om lagi?" tanya Riksa pura-pura merajuk.
Mars dan Venus terdiam. Keduanya menundukkan kepala karena takut jika jawaban mereka menyakiti pria itu. Akhirnya Sia yang melihatnya mulai menghampiri mereka.
"Aku yang menyuruh mereka, Rik," ucap Sia pelan sambil menunduk hormat.
"Maksud kamu apa, Sia? Kenapa kamu…" Belum selesai Riksa berkata. Sia sudah mulai memotongnya.
"Tolong jangan membuat anak-anakku serba salah, Riksa. Kamu tahu sendiri 'kan? Bagaimana keadaanku," ujar Sia dengan pelan.
Bahkan perempuan yang memiliki dua anak itu memberanikan diri menatap mata Riksa dengan tatapan penuh permohonan. Biarkan kali ini dia dan anaknya hidup bahagia. Mereka tak ingin dicaci atau dihina oleh orang-orang yang berstatus sosial lebih tinggi.
Cukup aku saja dulu yang pernah direndahkan. Jangan sampai anak-anakku ikut terlibat juga, ucap Sia dalam hati.
Akhirnya Riksa mengangguk lemah. Dia begitu mengerti apa yang dikhawatirkan oleh perempuan cantik di depannya ini. Tentu ia tak bisa memaksa dan memilih pasrah daripada harus berdebat dengan seorang Galexia.
"Bagaimana semalam? Apakah kamu tidur dengan nyaman?"
Jantung Sia berdetak kencang. Dia menyembunyikan rasa gugupnya untuk menutupi kejadian yang sebenarnya. Dengan berat, dia mengangguk sambil memaksakan senyuman.
"Semoga kamu betah tinggal di sini. Kita masih belum tahu sampai kapan. Kalau jadwal manggung kamu cuma 2 hari. Untuk project model baju Venus juga cuma 3 hari. Tinggal lihat kerjasama entertainment yang baru ini."
Sia mengangguk. "Semoga tak membutuhkan waktu lama."
"Anggap saja kalian liburan di sini, Sia. Selama ini si kembar sudah bekerja keras bersamamu. Sekarang waktunya kalian menikmati hasil jerih payah selama ini."
Sia hanya bisa mengangguk. Saat dirinya hendak pamit untuk mencari tempat duduk, Riksa memanggil hingga membuatnya berbalik.
"Ada apa?" tanya Sia yang menatap Riksa penuh pertanyaan.
"Aku hampir lupa. Ada tawaran bagus untuk anak-anak, Sia."
Kening Sia berkerut. Dia kembali berjalan mendekat dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh managernya itu.
"Temanku sedang mencari model untuk pakaian anak-anak."
"Lalu?" tanya Sia dengan rasa keingintahuan.
"Tanpa sengaja, dia melihat foto Mars dan Venus yang kamu kirimkan padaku. Lalu dia tertarik dan ingin sekali bertemu dengan mereka berdua," kata Riksa dengan serius.
"Tapi…"
"Tolong jangan menolaknya, Sia. Setidaknya biarkan Mars dan Venus datang dan mencobanya untuk perkenalan."
Sia terdiam. Dia bingung harus menjawab apa. Jika dia menerima maka entah harus berapa lama lagi mereka akan tinggal di negara orang ini. Karena keasyikan melamun, tanpa Sia ketahui, Riksa mendekat ke arah Mars dan Venus yang sejak tadi mendengar obrolannya.
"Venus mau pakai baju baru yang lucu, 'gak?" ucap Riksa dengan mata berbinar.
Venus yang notabene anak penurut dan mudah dirayu hanya bisa mengangguk.
"Kalau, Mars? Mau, 'gak?" tanya Riksa pada bocah tampan yang sejak tadi berdiri menatapnya.
"Terserah Mama kalau Mars, Om," sahut Mars dengan sopan menatap wajah Riksa.
"Kalau mau, nanti kalian ikut Om Riksa ke tempat baju-baju lucunya. Mau?"
"Mau, Om. Mau." Itu suara Venus yang antusias.
Bagaimanapun dia masih anak kecil yang mudah dirayu oleh sesuatu yang baru. Hingga membuat Mars pasrah dengan sikap adik kembarnya itu.
"Bagaimana, Sia?" Suara Riksa yang mengudara membuat Sia kembali tersadar.
Dia menarik nafas yang begitu berat dan menghembuskannya.
"Jika boleh tau apa nama produk pakaian yang akan mereka pakai, Rik?"
"Leo Collection."
Deg.
Jantung Sia berdetak lebih kencang. Dia tak menyangka jika nama yang begitu dia kenal kembali mendekat dengan sendirinya.
Kenapa kau mendatangkan masa laluku secepat ini, Ya Allah?
~Bersambung~
Hayoo tebak, siapa lagi ini? HIHIHI.
Ini merupakan bab bonus. Terima kasih yang sudah kasih tips koin. Semoga Allah lancarkan rejekinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Lilisdayanti
ko aku rasa pernah baca 🤔yah di novel lamaqu 🤔 tapi lupa,, perasaan aqu aja kali yah 🤔
2023-11-20
2
Rita Wati
apakah daddy-nya mereka berdua
2023-07-11
1
Winda Maulita
bagus banget cerita X.
2023-01-09
0