Pagi yang hangat sudah berganti menjadi pagi yang paling mengkhawatirkan bagi Jack. Jack bersyukur bahwa para dokter di rumah sakit miliknya bisa membuat sang ayah kembali mempertahankan nafasnya. Walaupun tuan besar John dalam keada koma, akan tetapi itu sudah cukup bagi John. Karna John yakin sang ayah akan segera bangun tidur koma-nya.
Para dokter yang menangani masalah tuan besar John sudah keluar dari ruang UGD.
Dan Jack langsung menanyakan bagaimana tentang kesehatan sang ayah.
"Bagaimana dok kepada papah saya???" Tanya Jack dengan khawatir ketika melihat salah satu dokter sudah keluar dari ruangan UGD.
"Tanda vital tuan besar sudah mulai stabil tuan muda, akan tetapi tuan besar masih dalam keadaan koma. Saya dan para tenaga medis di rumah sakit ini akan berusaha keras dan bekerja semaksimal mungkin agar tuan besar bisa melewati masa kritisnya dan bangun dari koma-nya." Ucap dokter yang baru saja keluar dari ruangan UGD.
"Lalu bagaimana dengan tumor ganas yang bersarang di kepala papah saya???" Tanya Jack lebih lanjut.
"Tumor ganas yang saat ini bersarang di kepala tuan besar belum bisa di oprasi tuan muda, karna posisinya dekat sekali dengan batang otak. Lalu di tambah lagi tuan besar sedang koma, resikonya akan sangat tinggi jika kita memaksa untuk mengoperasi tumor ganas yang ada di kepala tuan besar." Jelas dokter itu lagi.
"Lalu berapa lama lagi ayah saya bisa hidup dok??? Jika di lihat dari segi medis." Tanya Jack ingin tau.
"Dari segi medis kira-kira 2-3 bulan lagi tuan muda. Itu hanya perkiraan kami, tapi saya mohon kepada tuan muda tolong jangan berkecil hati dan tetap berdoa kepada yang maha kuasa agar tuan besar di beri keajaiban oleh yang maha kuasa. Karna hidup dan mati manusia hanya di tangan yang maha kuasa tuan muda, kami para dokter hanya penolong saja." Jelas dokter kepada Jack dan Jack hanya terdiam mendengar penjelasan dari sang dokter.
"Baik dok terimakasih atas kerja kerasnya." Jawab sekertaris Jay menggantikan Jack yang sedang terdiam.
"Baik kalau begitu saya pamit undur diri sekertaris Jay dan tuan muda." Pamit dokter dan hanya di jawab anggukan kepala oleh sekertaris Jay.
Jack masih terdiam mendengar penjelasan dari dokter yang menangani papahnya. Dia kembali memikirkan tentang permintaan sang ayah sebelum jatuh sakit. Namun sampai saat tuan besar John jatuh sakit, Jack belum mendapatkan solusi dan bagaimana caranya agar Jack dapat memenuhi permintaan terakhir dari sang ayah.
Kasihan sekali tuan muda sekarang, pasti tuan muda sedang terpuruk dan frustasi dalam diamnya. Ucap sekertaris Jay dalam hati.
"Tuan muda." Panggil sekertaris Jay.
"Apa jay." Jawab Jack yang masih berdiri tegak di tempatnya berbicara dengan sang dokter, dan matanya menatap kosong ke depan.
"Mari duduk tuan muda, tuan muda nanti lelah jika berdiri terus." Pinta sekertaris Jay.
Dan Jack hanya diam lalu kembali duduk ke tempat duduknya.
"Jay..." Panggil Jack lirih.
"Ya tuan muda." Jawab sekertaris Jay cepat.
"Siapkan kamar VVIP untuk papah ku!!! Cepat suruh para dokter dan perawat itu memindahkan papah ke ruangan yang lebih private. Aku tidak ingin penyakit papah tambah banyak karna harus tidur dengan banyak orang di satu ruangan." Perintah Jack dengan nada lemah dan suaranya juga bergetar.
"Baik tuan muda, akan saya urus sekarang kamar untuk tuan besar." Jawab sekerJay sambil menundukkan kepalanya hormat dan pergi meninggalkan Jack yang masih terdiam dengan tatapan mata yang kosong.
Pah... Sembuhlah ku mohon... Bangunlah pah... Berjuang lah.... Aku mohon pah... Papah jangan tinggalkan aku sendiri. Batin Jack, dan tanpa di sadari air mata Jack jatuh ke pipinya menuju bumi yang mulai memeluk teriknya sinar matahari karna hari sudah mulai siang.
Sekertaris Jay mengurus tentang kamar private untuk tuan besar John, dan tentu saja pihak rumah sakit menuruti permintaan itu. Karna rumah sakit tersebut murni milik Jack Peterson yang saat ini menjabat sebagai presdir kerajaan perusahaan bisnis raksasa Peterson Grup. Rumah sakit tersebut bisa beroperasi dengan sangat baik dan bahkan peralatannya sangat canggih karna bantuan dana dari Jack dan juga Perusahaan raksasa Peterson Grup miliknya.
Setelah semua yang di butuhkan selesai, tuan besar John segera di pindahkan dari UGD menuju ruangan rawat inap private yang sudah di siapkan oleh rumah sakit tersebut. Di dalam ruangan rawat inap tuan besar John, Jack masih terdiam dan pikirannya masih terbang kemana-mana. Sampai-sampai Jack tidak menyadari bahwa hari sudah mulai petang.
Pah kenapa sampai sekarang papah belum bangun juga, apa papah berencana meninggalkan aku dan mamah sendiri pah.
Batin Jack, sambil terus memegang tangan sang ayah.
Di tubuh tuan besar John sudah terpasang banyak sekali alat bantu agar hidup tuan besar John bisa terus berlanjut. Mulai dari alat yang membantu pernafasan, hingga alat untuk membantu detak jantung agar sirkulasi darah di dalam tubuh tuan besar tetap lancar seperti orang yang sehat.
Tepat Jam 9 malam Elizabeth Michel tiba di mansion, dan istri dari tuan besar John tersebut langsung mencari di mana anak dan juga suaminya berada. Namun Elizabeth tidak bisa menemukan dua lelaki yang di cintainya itu di dalam mansion. Lalu Elizabeth berinisiatif untuk menanyakan keberadaan suami dan anaknya kepada kepala pelayan mansion.
"Pak Ivan." Panggil Elizabeth.
"Iya nyonya besar, ada apa???" Jawab pak Ivan sambil berlari kecil karna mendengar nyonya besar-nya memanggil.
"Dimana tuan besar dan tuan muda??? Kenapa tidak ada di mansion." Tanya Elizabeth penasaran.
"Tuan besar sedang di rawat di rumah sakit nyonya besar, dan tuan muda sedang menemani tuan besar di sana." Jawab pak Ivan berusaha tetap tenang.
"Apa??? Apa yang terjadi pada suamiku???" Tanya Elizabeth sambil setengah berteriak karna kaget dan juga syok mendengar kabar dari kepala pelayan di mansion-nya.
Lalu pak Ivan menjelaskan semuanya dengan detail dan terperinci tanpa kurang apapun tentang hal yang terjadi di mansion tadi pagi. Setelah mendengar semuanya dari kepala pelayan yang sangat di percayanya itu Elizabeth langsung memerintahkan untuk segera menyiapkan mobil dan mengantarnya ke rumah sakit, tempat suaminya di rawat.
"Siapkan mobil sekarang!!! Antarkan saya ke rumah sakit sekarang juga!!!" Perintah Elizabeth dengan nada yang tinggi.
"Baik nyonya besar." Jawab pak Ivan sambil langsung berlari kecil.
Sesaat kemudian mobil yang biasa di pakai Elizabeth siap dengan supirnya, dan Elizabeth langsung menaiki mobil tersebut lalu langsung menuju ke rumah sakit tempat suaminya di rawat. Di dalam mobil Elizabeth terus berdoa kepada yang maha kuasa agar suami tercinta baik-baik saja dan akan segera pulih.
45 menit sudah mobil yang di tumpangi Elizabeth meninggalkan mansion, sampailah Elizabeth di rumah sakit tempat suaminya di rawat. Elizabeth datang secara mendadak jadi tidak ada yang menyambutnya di depan pintu masuk rumah sakit. Sesaat mobil berhenti Elizabeth langsung membuka pintu sendiri dan berlari kecil menuju meja informasi yang berada di depan UGD. Elizabeth menanyakan apa nama ruangan suaminya di rawat di rumah sakit tersebut.
Setelah mendapatkan nama ruangan suaminya Elizabeth langsung menuju lift dan memencet tombol lantai yang di tuju-nya. Elizabeth di temani oleh pak Albert, supir pribadi Elizabeth yang tinggal di mansion milik suaminya. Pak Albert juga sangat was-was karena takut hal yang tidak di inginkan terjadi pada tuan besar-nya.
Sesampainya di ruangan private suaminya, Elizabeth terpaku melihat keadaan suaminya. Bahkan Eliz tidak melirik anak laki-lakinya yang berada di sisi suaminya.
"Sayangku... Apa yang terjadi pada papah mu???" Tanya Eliz sambil mulai berderai air mata.
"Mahhh... Papah sudah stabil mah menurut dokter, tapi papah masih dalam keadaan koma mah." Jack menjelaskan sangat hati-hati sambil berjalan perlahan menuju ibu-nya.
Mendengar penjelasan dari putra semata wayangnya itu, Elizabeth langsung lemas dan tak kuat berdiri. Untung ada pak Albert di belakangnya yang langsung menangkapnya dengan sangat cepat.
Brukkk... Suara pak Albert menangkap badan nyonya besar-nya.
"Mamahhh!!!" Suara Jack meninggi. "Mahhh... Mamah harus kuat mah!!!" Ucap Jack sambil ikut memegang tubuh sang ibu.
"Pak ayo kita bawa mamah ke sofa." Ajak Jack.
"Baik tuan muda." Jawab pak Albert cepat, lalu memapah tubuh Elizabeth menuju sofa yang ada di ruangan tempat suaminya di rawat.
Elizabeth masih terkulai lemas, di dalam pikirannya sendiri dia tak percaya, bahwa laki-laki yang paruh baya yang tergolek tak berdaya di atas tempat tidur di depan matanya adalah suaminya. Laki-laki yang amat di cintainya dan laki-laki yang tidak pernah mengeluh kesakitan, juga laki-laki yang selalu sehat dan kuat di depan keluarganya.
Apa benar dia adalah suamiku??? Ayah dari anak semata wayangku Jack. Apa benar dia adalah belahan jiwaku dan juga cinta sejatiku??? Elizabeth bertanya-tanya di dalam hatinya yang hancur lebur.
"Mahhh... Kuat mahhh... Di sini masih ada Jack anak mamah." Ucap Jack lirih sambil memeluk tubuh ibunya. Dan Elizabeth masih terdiam bermain dengan pertanyaan-pertanyaan di dalam benaknya.
Tuan besar... Berjuang lah tuan.... Kasihan tuan muda dan nyonya besar tuan... Bangkitlah tuan... Ayo tuan... Bangun.... Saya mohon tuan besar.... Ayo bangun.... Do'a pak Albert di dalam hatinya yang terasa perih dan teriris melihat kondisi tuan besar-nya, yang masih tergolek tak berdaya. Tak mendengar suara apapun dan tak membuka matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Rosita Sopyan
hik hik hik
2020-04-14
4
Lisa Yen
😭😭😭😭😭
2020-04-12
4