Our Love
Livia terduduk atas kasur sembari melihat-lihat berita online di ipad putih miliknya. Gadis 21 tahun itu sibuk mencari berita yang tengah hangat diperbicangkan oleh masyarakat.
"Kau masih belum menemukannya?" Nia berdiri di depan pintu kamar sambil melipat kedua tangannya di dada. Umur mereka hanya terpaut beberapa bulan sehingga membuatnya mudah akrab dengan siapa saja termasuk Livia.
Livia menggeleng lemas melempar ipadnya ke kasur, "Belum." Selain teman 1 kost-an juga merupakan teman kampus. Kini mereka sudah memasuki semester akhir yang dimana mereka harus menemukan tempat untuk On The Job Training /OJT dan menentukan tema untuk skripsi.
Gadis berwajah oriental dan bermata cokelat tua ini ingin mengambil keduanya agar bisa lulus tepat waktu. Tapi, tentulah tak mudah harus mengerjakan OJT dan skripsi secara bersamaan dalam 1 semester. "Kau sudah menemukan tempat untuk OJT?"
Untuk sebagian orang memang tak begitu mudah dalam 1 semester mengerjakan 2 makalah sekaligus. Tapi, tentu saja semua orang akan bisa melakukannya asalkan mereka berkerja keras. Dari pada tidak mencobanya sama sekali.
Bukankah lebih baik mencoba walau gagal daripada kita tidak melakukannya. Setidaknya kita tahu sampai mana batasan yang kita miliki.
"Sudah."
"Yang lain?"
"Sudah semua kecuali, kau." Ujar Nia yang mendapat respon desahan berat dari temannya. Waktunya tinggal sedikit lagi. Semakin lama ia mengundur waktu magangnya maka, akan banyak sekali laporan yang harus ia kerjakan. "Haruskah aku OJT di kampus sekaligus skripsi?" ia berharap Nia dapat memberikan saran.
Sebenarnya jika disuruh memilih Livia sedikit enggan untuk melakukan OJT di kampus karena ia ingin mencoba keluar dari zona nyamannya. Tapi, disisi lain jika ia mengambil OJT dan skripsi di kampus secara bersamaan bisa menghemat pengeluaran juga waktunya.
Andaikan saja ia tak perlu mengorbankan salah satunya.
Andaikan....
"Yah, jika memang tidak ada tempat lain yang belum dapat juga sampai seminggu kedepan maka, mau tak mau harus harus mengambil opsi itu."
Livia tertunduk lesu. Ya semoga. Ucapnya dalam hati.
"Temenin aku beli makanan yuk. Lapar nih."
"Iya bentar." Livia mengambil tas juga dompetnya, "Ayo."
Sapphire Blue Corp...
Seorang pria berpakaian rapi baru saja keluar dari mobil sport miliknya, menatap tajam ke arah semua karyawan yang membungkuk seiring berjalan masuk ke gedung yang kini dipimpinnya. Semua karyawan wanita tak berhenti memandangnya dari atas hingga bawah. Sungguh beruntung sekali mereka bisa melihat ciptaan Tuhan yang indah ini. Mata hitam jernih senada dengan warna rambutnya. Oh, tidak lupa badannya yang begitu atletis. Dibalik jas dan kemeja yang dipakai bisa dibayangkan bentuk tubuh berotot yang sempurna.
"Tuan muda, selamat datang di Perusahaan ini." Ujar seorang bapak berusia 40 tahunan. Beliau adalah karyawan yang paling lama bekerja di perusahaan ini. Bapak Rahmad selaku Direktur Humas.
"Bagaimana dengan persiapan untuk acara ulang tahun perusahaan?"
Beliau menundukkan kepalanya, "Belum tuan muda."
Pria yang dipanggil tuan muda menatap tajam kearah bawahannya yang kini tampak ketakutan, "Apa maksudmu?" Dibalik tampangnya yang menggoda tersimpan aura yang cukup menakutkan ketika sedang seperti itu.
"B..belum sama sekali kami kerjakan tuan muda." Semua orang di Lobby menunduk tak berani menatap boss baru mereka. Pemimpin sebelumnya adalah ayah dari tuan muda mereka sekarang sudah memberikan perintah untuk mengerjakan persiapan acara ulang tahun perusahaan yang ke-60 dikerjakan tepat di hari pertama putera sulungnya bekerja.
Tuan muda itu tersenyum merendahkan, "kau sedang tidak bercanda kan? ulang tahun perusahaan tinggal 3 bulan lagi dan kau mengatakan belum mempersiapkan apapun !!" Semua orang di lobby ketakutan mendengar teriakan pimpinan baru mereka. Lupakan bayangan indah dan mempesona mengenai pria di depannya. Ia lebih seperti iblis.
"Maaf, tuan muda. Ayah anda yang menyuruh mereka untuk mengerjakan acara ulang tahun perusahaan tepat di hari anda memimpin disini." Ucap wanita paruh baya yang sejak awal selalu berdiri disisi tuan mudanya. Ibu Jasmine, sekertaris pemilik perusahaan yang sudah bekerja sejak lama.
Pria dipanggil tuan muda itu berbalik menatap sekertarisnya, "Kau yakin?"
Wanita tersebut mengganguk sebagai jawaban, "Iya tuan muda."
"Segera atur ruangan meeting dengan semua devisi 30 menit lagi." Tuan muda itu melonggarkan dasinya kemudian pergi naik ke lift menuju ruang kerjanya di lantai paling atas. Baru saja tiba di kantor ia sudah dibuat bad mood dan pekerjaan yang menumpuk. Sungguh menyebalkan.
Sapphire Blue Corp, merupakan salah satu perusahaan yang masuk dalam jajaran 5 besar perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang properti dengan anak cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan ini memiliki 12 lantai yang dimana setiap lantai hanya untuk 1 atau 2 devisi saja. Tidak ada lift khusus yang membedakan CEO dengan karyawannya. Kalau sudah seperti itu biasanya jika ada CEO di dalam lift maka, karyawan lain enggan masuk.
Aneh ?
Memang aneh. Tapi, itulah aturan yang sudah dibuat entah oleh siapa dan diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lain.
Ajaibnya. Tiap generasi tidak merasa keberatan dengan tidak adanya lift khusus CEO.
30 Menit kemudian...
Terdengar suara ketokan pintu.
"Masuk."
"Tuan muda." ucap sekertaris paruh baya yang langsung disela ucapannya.
"Jangan panggil aku tuan muda jika berada di kantor."
Sekertarisnya berdehem, "Pak Jimmy. Semua divisi sudah berkumpul di ruang meeting."
"Sebentar lagi saya akan kesana. Kau pergilah dulu Bu Jasmine."
"Baiklah. Saya permisi."
Di Ruang Meeting...
Semua karyawan berbisik membicarakan pemimpin baru mereka. "Kau sudah lihat wajahnya. O.M.G, tampan sekali." ujar seorang karyawan wanita dari devisi Marketing.
"Tampan sih tapi, auranya menakutkan." ujar karyawan yang lain.
Suasana berisik itu langsung berhenti ketika orang yang mereka bicarakan masuk ke dalam ruangan. Jimmy duduk menatap semua karyawannya, "Berikan aku ide kalian mengenai acara ulang tahun perusahaan nanti."
Semuanya terdiam dan saling menatap. Mereka memang mempunyai ide namun, biasanya pemimpin mereka yang menentukannya. Biasanya setiap tahun mereka tidak pernah diberikan ruang untuk memberikan ide atau tanggapan.
"Kenapa semuanya terdiam? Beginikah sikap kalian jika atasan kalian bertanya?"
"Maaf Pak Jimmy. Kami hanya terkejut saja karena biasanya kami tidak pernah diminta pendapat mengenai hal itu." Ujar kepala devisi Finance.
Jimmy hanya mengganguk, "Baiklah. Kalau begitu berikan daftar karyawan yang berada di divisi multimedia."
Sarah, kepala dari divisi Multimedia memberikan kertas berisi orang-orang bawahannya, "Maaf, hanya posisi video editor saja yang belum kami dapatkan karena tengah dipilih oleh pihak HR."
"Acaranya sudah semakin dekat dan sampai sekarang kau belum menemukan orangnya. Bagaimana jika kau saja yang menggantikannya? atau karyawanmu yang lain?"
Sarah menunduk, "Maaf pak. Kami semua sudah memiliki banyak deadline dengan client. Jadi, kami mau tak mau membutuhkan tenaga baru."
Jimmy hanya bisa mengganguk, "Baiklah. Besok kau, saya dan kepala HR yang akan langsung menginterview semua kanidat yang masuk."
"B..besok pak?" Tanya kepala HR dengan ragu.
Yang benar saja, baru kemarin sore ia sempat untuk mem-posting info lowongan kerja di salah satu website pencari kerja, Ia bahkan belum mengecek apakah sudah ada pelamar yang berminat atau tidak.
"Tentu saja. Saya tidak mau tahu nanti sore berikan semua kanidat untuk interview besok jam 9 pagi."
"B...baik pak." Semua karyawan diam-diam saling memandang satu sama lain. Beberapa bulan ke depan akan menjadi hari yang panjang untuk mereka.
-To Be Continue-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
rintaanastasia41
padahal, novel lama. aku mampir, wen. semangat terus untuk berkarya
2023-10-13
0
Ika Aprianti SSC🌹
aq mampir Wen......😄
2020-08-18
1
🌼⃟ʀyɴɴᴀ🍒
serruuu baru bc bab 1
2020-08-14
1