"Ya begitulah ceritanya." Robert mengakhiri ceritanya membuat teman-teman Livia terdiam. "Karena sejak kejadian itu ia trauma ketika ada banyak orang yang berbicara tidak-tidak di depannya, Via mengangap mereka menuduhnya sebagai pembunuh orang tuanya. Aku sudah pernah mengajaknya ke psikiater namun tak menunjukkan hasil yang signifikan. Traumanya itu hanya muncul ketika ia dihadapkan di situasi dimana semua orang menatap dan bebicara yang tidak-tidak tentangnya."
Mereka tidak menyangka Livia mengalami hal seperti itu. "Lalu, dimana paman dan bibinya sekarang ?" Tanya Narul.
"Dari kabar yang aku dengar mereka sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena kasus tabrak lari dan sekarang Livia hanya sebatang kara. Paman dan bibinya tidak mempunyai anak karena bibinya tidak bisa hamil."
Hanna menatap jam dinding, "Yen, kita balik kerja dulu ya sudah sejam di ruang meeting. Ntar malam kita ke rumahmu."
"Ya."
Robert berdiri, "Aku juga mau pamit karena masih ada urusan. Kalau kenapa-kenapa kau bisa menghubungiku."
"Oke."
Sore harinya...
Livia membuka matanya mendapati ia berada di tempat tidur, "Di kamar Yeni." Gadis itu terbangun dan mengingat akan kejadian tadi siang. Oh ya.. sepertinya Robert sudah membongkar sisi gelapnya selama ini di depan teman-temannya.
"Kau sudah bangun ?" Yeni menghampiri Livia. "Ayo turun kita makan malam bersama orang tuaku dan anak-anak yang lain."
Livia tersenyum masam, "Aku pasti terlihat sangat menyedihkan ya tadi."
"Sedikit. Tapi, lebih menyedihkan wanita yang membuat kau jadi begini. Ya.. mungkin aku akan berpikir positif kalau tidak ada dia datang ke kantormu maka tak mungkin kami semua tahu sisi gelap mu di masa lalu dari Robert."
Livia terdiam. Sudah ia duga..
Yeni menarik tangannya, "Ayo turun."
Di tempat lain....
"Jadi, bagaimana akhir dari kejadian tadi siang ?" Papa Jimmy membuka pembicaraan diantara mereka.
Jimmy tidak memandang papanya, "Yah.. Tiara mendapatkan malu yang luar biasa lalu dia merengek tentang kakinya yang patah karena ditendang oleh Yeni Kusuma itu juga baru sembuh 6 bulan kemudian. Yeni memintaku untuk mengijinkan Livia tidak ikut perjalanan bisnis ke Taiwan plus meminta Livia untuk cuti sampai keadaannya membaik."
"Kenapa kau bisa membawa Livia ke Taiwan ?"
"Sengaja. Agar menjadi bahan pembicaraan lagi tapi, aku sama sekali tidak menyangka kalau Tiara akan datang dan membuat semua hal yang aku inginkan terjadi. Terkadang wanita itu berguna juga."
"Papa minta kau hentikan membalaskan dendammu. Terlebih lagi ada keluarga Kusuma di pihaknya."
"Aku tak perduli. Sejak Livia mendaftar untuk melamar pekerjaan di perusahaan ini aku sudah menyuruh orang menyelidikinya berserta semua teman-teman dekatnya. Siapa sangka dia memiliki banyak orang-orang seperti itu." Ya semuanya kecuali masa lalu tentang gadis itu. Ia tak perduli akan masa lalunya.
"Kita pernah hampir bangkrut karena berurusan dengan keluarga Wijaya lalu harus mengganti nama perusahaan. Dan sekarang kau juga berurusan dengan Kusuma. Kau ingin membuatku mati berdiri dengan semua ini."
"Apakah kakak tak pernah takut kalau seandainya kakak beneran jatuh cinta pada kak Livia ?" Tasya bersuara menatap kakaknya yang menatap tajam ke arahnya.
"Tidak mungkin aku jatuh cinta pada wanita seperti itu."
"Cinta dan benci berbeda tipis kak."
Jimmy berdiri, "Aku sudah selesai makan. Mau bersiap-siap untuk besok."
Seorang asisten rumah tangga berlari, "Maaf tuan di ruang tamu ada nona Tiara mengamuk disana."
Mereka berjalan menuju ruang tamu. Disana Tiara sedang duduk di kursi roda memerintahkan pelayannya untuk mengambil barang-barang kemudian memecahkannya. "Kenapa kau memecahkan semua barang disini ?" Tanya Tasya menatap tajam ke arahnya.
"Ini semua karena kelakuan kakakmu dan karyawannya yang baru aku jadi begini."
Jimmy berdecak, "Itu kan karena ulahmu sendiri. Jangan suka menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi padamu."
"Kenapa kau membela gadis itu ?"
"Siapa yang membelanya."
"Kau adalah kekasihku dan selamanya akan menjadi milikku."
Jimmy tersenyum merendahkan, "Wanita gila. Aku harus pergi ke kamar untuk bersiap-siap."
"Kau harus menemaniku disini Alex. Gara-gara kau dan wanita itu aku jadi seperti ini."
Jimmy berbalik menatapnya tajam, "Yang membuatmu seperti ini dan menyiramu bukan aku. Kau bisa cari teman Livia yang membuatmu seperti ini. Yeni Kusuma. Kau cari saja dia aku cape."
"Alex... Alex.. Argh..."
"Ayo kita juga masuk ke dalam. Bibi nanti dibereskan ya ?" ajak Mama Jimmy.
"Baik nyonya besar." Keluarga itu pergi meninggalkan Tiara sendirian bersama pelayannya. Wanita itu mengambil ponselnya, "Aku mau kalian mengobrak-abrik Perusahaan Kusuma malam ini juga. Saya akan membayar 2 kali lipat." Tiara mematikan ponselnya. "Ayo kita pulang." Ujarnya pada pelayannya.
Di Kamar Yeni....
"Makasih ya kalian sudah perduli dan mau menemaniku sampai seperti ini. Maaf kalau aku menyusahkan kalian." Livia menundukkan kepalanya.
Ai Chan merangkul Livia, "Tak apa. Kita 'kan sahabatan sejak awal kuliah. Kalau ada apa-apa cerita saja. Kita akan bantu kok."
"Yeni !!" Seorang pria yang 3 tahun lebih tua dari Yeni masuk ke kamarnya, "Kau kenal wanita bernama Tiara?"
"Tidak." Jawabnya singkat.
"Tiara nama wanita yang kau permalukan di kantor Jimmy tadi siang." Jelas Livia.
"Ohh dia. Kenapa ? kakak suka padanya ? Aku tak sudi punya kakak ipar seperti itu."
"Siapa coba yang suka padanya. Aku mendapat telepon dari orang suruhanmu. Dia mau menelepon mu tapi tak aktif."
"Owh, batre hp ku mati sedang di-charge."
"Dia bilang Tiara menyuruh beberapa orang datang untuk merusak kantor kita besok."
"Ck..seharusnya aku membuatnya meninggal kalau begitu."
Hanna menatap ke Yeni, "Mau kita bantu ?"
"Bagaimana caranya ?" Hanna, Nia dan Ai Chan saling tersenyum. Livia tak'kan mau ikut-ikutan. Biarkan saja mereka asyik dengan mainan barunya. Tapi, ambil lah sisi baiknya ia tak perlu pergi ke luar negeri besok.
"Kau tentu tahu kita tengah sibuk akan program baru hologram. Kita bertiga sudah menyelesaikannya. Bagaimana kalau kita langsung mengetestnya saja ?" Saran Hanna. Yeni menatap ke arah kakaknya, bagaimana pun keputusan harus berada di tangan kakaknya.
"Oke, tidak masalah kita bisa coba. Kakak akan menelepon security yang berjaga untuk tidak masuk ke dalam kantor."
"Kita pindah yuk ke ruang nonton film. Kakak sekalian ajak papa dan mama. Ai Chan, sekalian bawa laptopnya juga." Yeni tertawa kecil berjalan ke luar dari kamar. Mereka mengikuti Yeni menuju ruang film.
"Kau ingin menonton apa, Yeni?" Papa Yeni menunggu di dalam ruang film bersama istrinya. "Wanita gila yang aku permalukan di Kantor Sapphire Blue, dia tak terima aku buat tak bisa berjalan selama 6 bulan lalu, kakak masuk ke kamarku tadi dan memberitahukan jika wanita itu mengirimkan anak buahnya untuk merusak perusahaan kita. Si Hanna memberikan ide bagaimana jika kita kerjai saja mereka sekaligus mengetest proyek Hologram yang sudah kita buat bertahun-tahun."
"Gambar seperti apa yang ingin kau tampilkan ?"
"Hantu.. Pembunuhan sadis. Sepertinya cukup membuat mereka syok." Ucap Yeni dengan santai.
Ponsel Livia berdering "Saya permisi dulu om..tante.." Gadis itu keluar.
"Dengan binatang buas saja Yeni kalau mereka tidak takut baru ke hal yang lebih ekstrem." Saran mama Yeni membuat puterinya mengalah.
"Iya Ma. Lumayan dapat mainan baru."
Tak butuh waktu lama, ada 10 orang berpakaian serba hitam berhasil masuk ke perusahaan Kusuma dengan mudah. Tentu saja, kakak Yeni sudah menginformasikan renxana itu kepada security disana untuk membiarkan orang-orang tak dikenal pun masuk. "Hanna.. coba zoom wajah mereka semua." Yeni mulai memberikan perintah.
"Bentar." Hanna merupakan anak dari yang punya perusahaan yang bergerak di bidang IT. Tentulah, ia begitu pandai untuk urusan berbau komputer.
"Hanna nyalakan liftnya. Buka semua seakan-akan ada yang menekannya."
"Iya Yen. Biar aku, Ai Chan dan Nia yang ngerjain mereka. Kau diam saja dan menonton." Jawab Hanna. Beruntunglah jika Ai Chan dan Nia sempat mengerti mengenai IT juga jadi semua hal tak harus ia kerjakan sendiri.
Yeni tersenyum puas melihat pria-pria itu ketakutan. "Bentar, aku nyalain suaranya dulu." Di setiap titik perusahaan Kusuma dipasang CCTV yang bukan hanya untuk merekam tapi juga bisa mendengarkan suara orang-orang di mana pun dalam perusahaan itu.
"Boss.. k..kok liftnya terbuka semua." Seorang anak buah dari penyusup itu terlihat tampak ketakutan.
"Ayo masuk. Jangan penakut begitu. Kalian jaga disini beritahu kalau ada security." Perintah bossnya yang masuk ke salah satu lift bersama 7 anak buahnya. Boss penyusup menekan lantai 3 dari 20 lantai yang ada.
"Gantian aku ya. " Ujar Ai Chan yang menyalakan angka 13 sehingga lift tersebut melewati lantai 3 dan berhenti di lantai 13.
"K..kol kita ada di lantai 13 bos ? Tadi saya kan menekan lantai 3 ?" Sebagian anak buahnya mulai ketakutan.
"Begitu saja takut. Ayo kita lihat apa yang bisa kita lakukan di ruangan ini. Kalian berpencar dan rusak semua barang-barang yang ada." Peritah boss penyusup.
"Munculin cekikikan hantu." Perintah Yeni.
"B..boss suara siapa itu ?" Seorang anak buahnya mulai menatap ke arah sekeliling.
"Coba kita munculin 1 hantu untuk test apakah hologram ini seperti aslinya atau tidak ?" Ujar Nia.
Nia memunculkan 1 sosok pocong dalam bentuk hologram yang menghampiri sekelompok penyusup itu. "B..Boss.. Ada pocong.." Mereka berlari ke sisi lain dari lantai 13.
"Ikutin Nia. Aku mau tahu seberapa tahan lama hologram itu berfungsi dengan baik." Perintah Yeni yang memandang ke arah Pintu.
Kenapa Livia lama sekali meneleponnya ?
Para penyusup itu berhenti untuk mengatur pernapasan mereka, "Tidak disangka Perusahaan ini ada penunggunya. Buat kaget saja."
"Mana pocongnya, Nia ?"
"Hilang, Yen. Tidak bisa muncul terlalu lama."
"Coba kita munculin ular." Ujar Hanna.
"B..boss.. ada ular. Kyaaa..." Mereka berlari dan segera menekan lift. Pintu lift menyala , mereka menekan lantai 15.
"Liftnya matiin ah.." Karena ulah Ai Chan, lift seketika mati.
"B..boss ini kenapa mati liftnya ?" Tanya salah satu anak buahnya.
"Jangan-jangan penunggu disini marah karena kita merusak tempat mereka boss." Ucap anak buahnya yang lain.
Nia berbalik memandang Yeni, "Kita apain lagi mereka?"
Yeni tampak berpikir sejenak, "Kita tampilkan hantu dengan wajah rusak ke mereka dengan bilang untuk jangan pernah menggangu tempat ini, bisa ?"
Kakak Yeni bergidik ngeri, Adiknya terlalu sering menonton film hantu. "Bentar dicoba dulu." Membutuhkan waktu 5 menit Hanna mencoba dan ternyata berhasil.
1 ruangan film dikagetkan dengan teriakan para penyusup itu. Dengan segera mereka menekan lantai dasar dan lift turun. Begitu pintu lift terbuka mereka langsung lari terbirit-birit. Sebagian anak buahnya tampak bingung, begitu mereka berbalik hologram hantu wajah rusak itu menghampiri mereka dan ikut lari.
-To Be Continue-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Ika Aprianti SSC🌹
persahabatan yg kompak👍😁😁
2020-08-19
1
R⃟ tinilare 💕
😆😆😆😆😆
2020-08-17
1
Dii 💔🥀
ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣
2020-06-26
1