Jimmy tertawa kecil, "Saya juga sangat berterima kasih karena dapat diundang menjadi salah satu pembicara di kampus ini. Karena baru kemarin saya tiba di Jakarta setelah bertahun-tahun berada di Singapura. Saya tidak menyangka akan ada banyak penggemar dadakan disini. Mungkin diantara kalian ada yang mengira bahwa dimana-mana CEO suatu perusahaan adalah pria tua, gemuk dan memiliki lemak di perutnya. Anda salah, tidak semua CEO suatu perusahaan seperti itu." Yeni dan Narulita melirik ke arah Livia yang terdiam dengan pipi memerah karena malu.
Habislah dia. Pikir mereka. Ucapan itu tentu saja ditujukkan ke Livia. Walau gadis itu terlihat pendiam namun, terkadang sekali berbicara ia tak memikirkan keadaan sekitarnya atau mungkin tidak dicerna dulu di pikirannya dan langsung mengalir begitu saja. Seperti sekarang contohnya. Siapa sangka orang yang ia bicarakan berada di depan matanya.
"Sungguh ada yang berkata seperti itu ?" MC menatap tak percaya.
Jimmy mengganguk sambil tersenyum, "Ya. Seseorang itu mengatakan di depan teman-temannya, bahkan sekertaris saya menahan tawa karena mendengarnya. Tapi, saya senang ada orang blak-blakan seperti itu."
Pipi Livia semakin memerah menahan malu saat mendengarnya. Pria itu benar-benar....
"Haruskah aku tidak perlu datang untuk interview besok ?" Gumam Livia pelan.
"Jika aku diposisimu pasti aku tidak akan datang karena menahan malu. Mau ditaruh dimana mukaku besok jika bertemu dengannya." Ucap Yeni yang sibuk memainkan ponselnya.
"Besok kau interview oleh siapa ?" Tanya Narulita. "Bukan langsung dengan CEO nya 'kan?"
Livia tersenyum, "Tentu saja bukan. Aku interview oleh Kepala HR-nya dan itu di lantai 4 tentulah untuk seorang CEO mana mau datang ke tempat interview seperti itu."
"Semoga kau tak bertemu dengannya esok." Yeni ikut menimpali.
Amin. Ucapnya dalam hati.
Lampu ruang Grand Auditorium dimatikan untuk menampilkan profil dari Sapphire Blue Corp. Livia mencoba membuka ponselnya, lebih tepatnya mengecek WhatsApp.
+62812xxxxxxxxx: Bagaimana sudah ingat padaku ?
Livia: Tidak.
+**62812xxxxxxxxx : Kau yakin ?
Livia : ya**.
+62812xxxxxxxxx : owh. aku sangat sedih karena kau gampang sekali melupakanku 😢
Livia tersenyum kecil membacanya. Pria gila. Oh ya. Mungkin sekarang ia sama gilanya karena membalas chat dari pria yang jelas-jelas sudah ia bicarakan.
+62812xxxxxxxxx : Haruskah aku menyebut namamu di depan semua orang, baru kau akan ingat ?
Livia membulatkan matanya. Pria ini benar-benar sudah gila.
Livia: kau gila ?
+62812xxxxxxxxx : wah, kau mengingatku rupanya. Kenapa kau tak mengaku saja dari awal supaya aku tak perlu chat panjang lebar seperti ini? Owh, jangan bilang kau kangen padaku sehingga berbohong. Oke. Aku maafkan jika alasanmu seperti itu. 😊
Dasar pria gila. Livia hanya membaca dan memasukkan ponselnya kedalam tas. Video yang menampilkan profil dari perusahaan Sapphire Blue Corp. telah selesai. MC mulai berbincang kembali kepada para pembicara. Livia sama sekali tidak menyimak seluruh isi dari materi seminar hari ini. Kepalanya memikirkan berbagai macam hal.
Bagaimana bisa ia dipertemukan kembali dengan pria itu ?
Haruskah ia menolak interview esok agar tidak bertemu langsung dengan pria itu ?
Jika ia menolaknya, mau menunggu sampai kapan untuk pemanggilan interview lagi ?
Jika ia terima bekerja disana, bagaimana caranya ia tidak bertemu dengan pria itu selama 3 bulan kedepan ?
Otaknya mulai berimanjinasi bahwa ia dipanggil interview di Perusahaan tersebut dikarenakan pria itu yang memintanya. Tapi, apakah mungkin ?
Kesempatan seperti itu tidak akan datang padanya untuk dua kali.
Tak terasa sesi pertanyaan pun dibuka, banyak sekali mahasiswa/i yang mengangkat tangannya. MC memberikan kesempatan pada mahasiswi yang duduk tepat didepan Livia.
"Perkenalkan nama saya Lucy dari fakultas Psikologi. Saya mau bertanya pada bapak Jimmy. Hmmh.." Ia berhenti sejenak, "Apakah bapak sudah punya pacar ?"
Suara riuh berteriak ketika pertanyaan itu selesai. Tidak ada yang menyangka bahwa gadis tersebut akan bertanya seperti itu. MC berdehem, "Wow. Pertanyaan yang cukup personal. Silakan dijawab Pak Jimmy."
Jimmy tersenyum, "Bagaimana ya.. Sekarang ini saya belum memiliki kekasih." Ruang Grand Auditorium langsung histeris setelah mendengar jawabannya.
MC menatap Lucy, "Bagaimana ada pertanyaan lain ? Tapi, jangan bersifat secara personal ya."
Lucy berdiri kembali, "Tidak ada hanya itu saja."
MC mempersilahkan pertanyaan dari mahasiswa/i lainnya, "Iya. Anda yang berada di belakang. Silakan."
Kali ini mahasiswi di belakang Livia, "Perkenalkan saya Rini dari fakultas manajemen. Mau tanya kepada Bapak Jimmy, apakah ada lowongan pekerjaan di perusahaan bapak? Terima kasih."
MC tertawa kecil, "Silakan Pak Jimmy silakan menjawab."
Jimmy tersenyum kembali, "Untuk sekarang belum ada lowongan pekerjaan di perusahaan saya. Terima kasih."
MC menatap kembali ke Rini, "Apakah ada pertanyaan lain ?"
"Tidak ada." Jawab Rini.
"Bagaimana dengan mahasiswi di depanmu ? Apakah ada yang ingin anda pertanyakan ?" Jimmy tersenyum jahil menatap ke arah Livia yang membuat semua orang memandangnya.
Livia dalam hati mengutuk pria itu. Kenapa harus dia yang dia jadikan sasaran ?
Mentang-mentang orang didepan dan belakangku bertanya. Bukan berarti harus aku juga ikut bertanya.
Rini memberikan mic pada Livia yang mau tak mau harus berdiri dan berbicara. "Mohon maaf, tidak ada yang ingin saya tanyakan kepada Bapak Jimmy. Terima kasih."
"Kau yakin ?" Tanya Jimmy.
Livia mengganguk, "Ya."
"Sungguh ?"
"Iya Pak Jimmy."
"Jangan nyesal loh nanti."
"Tidak akan."
"Serius?"
"Iya !" Livia sedikit berteriak membuat semua orang kaget lalu memandangnya. Bagaimana ia tidak kesal coba. Bodoh amat dengan pemikiran semua orang tentangnya.
"Oh oke. Kau boleh duduk."Ia mengatakan pada Livia, "Kami persilakan untuk yang lain jika ingin bertanya." MC melanjutkan sesi pertanyaan.
Yeni tersenyum kecil, "Ciee yang langsung di-notice."
"Sepertinya dia benar-benar ingat akan kejadian di lift." Narulita ikut berbicara. "Kau tak berniat untuk meminta maaf ?"
"Tidak usah." jawab Livia pelan sambil mengambil ponselnya dari dalam tas.
"Kita kaget loh kau berani berteriak seperti itu." Ujar Narul.
"Lagian dibilang aku tidak ada pertanyaan masih digituin. Gimana ga kesel coba."
"Ingat dia pemilik perusahaanmu berkerja nanti."
"Bodoh amat."
+62812xxxxxxxxx: Mukamu langsung memerah 😂
**Livia : dasar pria gila 😑
+62812xxxxxxxxx : setelah acara selesai temui aku di backstage**
Tidak akan. Livia memasukkan kembali ponselnya dalam tas. Tanpa membalas chat tersebut.
Keesokan harinya, Sapphire Blue Corp...
Livia tiba di gedung yang cukup tinggi. Setelah semalaman berpikir pada akhirnya, ia harus datang untuk interview agar secepatnya dapat OJT dan menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah Tuhan berikan. Walaupun jauh di lubuk hatinya, ia akan gagal karena tidak mencukupi beberapa kriteria yang sudah tertulis di info lowongan tersebut.
Langkah kakinya membawa masuk ke dalam perusahaan milik pria yang ia hindari sejak kemarin. "Selamat Pagi, ada yang bisa saya bantu ?" Tanya seorang resepsionis wanita berparas cantik.
"Saya datang untuk interview dengan Bapak Andy."
"Untuk posisi apa kalau boleh tahu ?"
"Staff Intern Video Editor."
"Silakan isi di buku ini dan saya minta kartu tanda pengenal anda." Livia memberikan kartu pengenalnya untuk ditukarkan dengan kartu visitor. "Anda bisa naik ke lantai 4 untuk menunggu di ruang meeting."
Gadis itu mengucapkan terima kasih dan menunggu lift yang akan mengantarkannya ke lantai 4. Ramai sekali. Livia tiba di lantai itu dan melihat ada puluhan orang yang tengah menunggu untuk interview. Ia melirik jam tangannya. 10 menit lagi interview akan berlangsung.
Livia mendapatkan nomor 42. Ini akan menjadi hari yang panjang karena ada banyak orang yang datang setelah dirinya. Gadis itu memfoto nomor antrian ke grup chat ia dan teman-temannya.
**Livia : dapat nomor 42. Uda kayak antri sembako 😑
Yeni : ketemu tidak dengan CEO disana ?
Ai chan : CEO siapa** ?
Narulita : Livia di lift mengatakan jika CEO Sapphire Blue merupakan seorang bapak tua, gemuk dan memiliki lemak di perutnya. Padahal di lift selain kita ada seorang pria memekai jas dan wanita paruh baya.
**Yeni : ga tahunya pria berjas itu adalah beneran CEO dari Sapphire Blue Corp. Dia masih muda dan lumayan tampan.
Hanna : anjirr 😂
Nia: ngakak 😅😅😅**
**Narulita : dia merupakan salah satu pembicara seminar kemarin dan dia langsung notice Livia.
Livia: aku mana tahu sih kalau itu adalah beliau**.
Ia berbohong.
**Hanna : ketemu ama tuh CEO disono ?
Livia : tidak. tapi, jangan sampai 😣**
**Nia: lagian bicara bukan dipikirin dulu langsung mengalir gitu aja.
Livia: namanya juga keceplosan, Ni 😢**
Tidak. Itu disengaja.
Livia belum menceritakan perihal ia mengenal CEO itu kepada teman-temannya. Mungkin ia harus menunggu waktu yang tepat. Semua yang datang untuk interview dibagikan formulir untuk diisi terlebih dahulu. Pada awalnya Livia mengisi dengan santai namun, di halaman terakhir membuatnya terdiam.
-Apakah anda memiliki kenalan di perusahaan kami ? Kalau iya, sebutkan nama dan posisinya.
Jika Livia mengaku ia kenal dengan CEO mereka maka, tak perlu interview akan langsung diterima begitu saja. Tapi disisi lain, ia juga tak menyangka akan bertemu dengan pria itu.
"Tinggal 1 menit lagi sebelum dimulai yang mendapatkan nomor 1, dipersilahkan masuk ke ruang meeting." Ujar salah satu staff HR. Livia langsung menulis 'Tidak' pada pertanyaan tersebut dan menyelesaikan form yang sudah diisi.
Sembari menunggu Livia mencari info lowongan pekerjaan yang lain untuk berjaga-jaga kalau ia tak diterima di perusahaan ini. Tak butuh waktu lama orang yang mendapatkan antrian nomor 1 keluar disusul dengan orang yang dapat nomor 2 masuk kedalam.
"Bagaimana hasilnya?" Tanya orang yang disebelah orang antrian nomor 1 itu.
"Lancar. Ternyata tidak hanya ada Pak Andy saja. Ada 3 orang di dalamnya." Ujar orang tersebut.
"Sungguh ? Siapa saja mereka selain Pak Andy?" Tanya orang lain padanya.
"Ada usernya langsung dan... errr.. saya tidak mengerti kenapa tapi, ada CEO di dalam ruangan itu."
Mata Livia membulat. Habislah dia sekarang.
"C..CEO ? kenapa bisa ada CEO yang hadir untuk interview orang yang bekerja diposisi staff ?" tanya pria yang duduk di depannya.
"Entahlah. Mungkin dia ingin tahu langsung bagaimana karakter karyawannya nanti."
"Lalu, bagaimana hasilnya ?" tanya temannya.
"Disuruh menunggu 2 minggu lagi seperti biasa kalau mereka akan terima maka akan dipanggil kalau tidak, ya berarti gagal. Saya permisi dulu ya...Masih ada urusan. Permisi." Orang nomor antrian 1 pun pergi.
Livia mulai berpikir haruskah ia pergi dari interview kali ini ? Ini diluar dugaannya bahwa pria itu akan ikut interview juga. Gadis itu membuka WhatsAppnya.
Livia : Guys, aku dengar dari yang selesai interview bahwa ada 2 orang lainnya selain Pak Andy dan salah satunya adalah CEO itu 😢
**Hanna : seriusan ? 😮
Livia : iya serius, Na..
Yeni : jangan pergi dari interview itu, hadapin aja sepertinya dia bukan orang yang akan mengigit kok.😂**
**Livia : pasti dia akan ingat banget kejadian di lift itu. Aduh, mau ditaruh dimana muka-ku.
Narulita: sudah pikir positif aja.
Ai Chan : nanti malam aku ama Yeni akan datang ke kost-an kalian untuk mendengar ceritanya**.
**Hanna : ikutt...
Narulita: mau juga..
Livia : kalian ini 😑**
Tidak terasa satu sentengah jam berlalu dan kini mendekati waktu Livia untuk interview.
-To Be Continue-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Ika Aprianti SSC🌹
seruuuu😍
2020-08-18
1
Dii 💔🥀
maaf kak wen , baru sempet mampir lagi
2020-06-26
1
Ky2 SSC💕
wah penasaran jadinya..
2020-06-09
1