Bab 18

Didalam kelasnya Elvan tampak santai sekali tampa memperdulikan bisikan-bisikan teman satu kelasnya. Hingga Jerry dan Rizal menghampirinya, "Elvan, ayok ikut kami" Ujarnya menarik pergelangan tangan Elvan.

"Hhhmmsss" Dengusnya mengikuti mereka berdua. Setibanya mereka diatas rooftop, "Ada apa?" Tanya Elvan melihat Jerry dan Rizal secara bergantian.

"Apa yang terjadi Elvan? bagaimana bisa kamu memukuli Deska sampai babak belur gitu?" Tanya balik Jerry sedikit marah.

"Dia pantas menerima ya" Jawab Elvan mendudukkan diri diatas salah satu kursi disana.

"Apa? kamu sudah gilanya Elvan, bagaimana kalau dia melaporkan mu ke kanton polisi? apa kamu sudah siap dipenjara?".

"Coba saja kalau dia berani".

"Astaga Elvan, apa sih masalah mu dengan Deska? kenapa kamu tidak mau cerita sama kita berdua" Garam Jerry melihat sang sahabat.

"Iya Elvan, apa masalah mu dengan Deska? kalau kamu ada masalah dengan ya, harusnya kamu cerita sama kita berdua, maka kita akan membantu mu dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah mu, bukan malah seperti ini kejadiannya" Sambung Rizal.

"Dan kamu tau Elvan, nama kamu sangat trending sekali di kampus kita, bahkan mereka mengeluarkan kata-kata tidak sedap tentang mu".

"Aku tidak perduli, kalau kalian sudah selesai sebaiknya aku pergi".

"Kamu mau kemana Elvan?" Teriak Jerry melihat Elvan yang sudah meninggalkan mereka berdua.

"Kerja" Jawabnya.

"Aaiiisss" Geram Jerry.

Begitu Elvan keluar dari sana, ia langsung memasuki kelasnya. Namun saat Ia memasuki kelasnya sepasang bola mata tengah menatapnya dengan tajam. "Elvan" Panggil Fayola.

Tetapi Elvan bukan ya menyahut, ia malah keluar begitu saja setelah Elvan berhasil membawa tasnya keluar dari sana.

"Elvan tunggu" Teriak Fayola.

Seketika Elvan menghentikan langkahnya, kemudian ia melangkahkan kembali.

"Elvan tunggu" Teriak Fayola mengejarnya. "Elvan".

"Tolong jangan membuat keributan disini" Ujar Elvan melihatnya.

"Apa?" Kaget Fayola melihat tatapan tajam Elvan. "Si-siapa yang membuat keributan disini Elvan?".

"Kalau gitu jangan ikuti saya" Perginya meninggalkan Fayola.

"Elvan" Lemasnya langsung melihat punggung Elvan yang sudah menjauh.

"Yola" Teriak Hasna memeluk sang sahabat. "Yola".

"Hasna" Lihatnya dengan mata berkaca-kaca.

"Iya Yola".

"Seumur aku bersama dengan Elvan, aku belum pernah melihat tatapan tajam Elvan Hasna, apa dia benar-benar Elvan yang selama ini aku kenal?" Tanyanya menggeleng.

"Kamu yang tenang dulu Yola, mungkin Elvan sedang sangat marah, jadi untuk saat ini kamu tidak usah mencampuri urusan dia dulu yah".

"Lalu kemana Elvan ku yang dulu Hasna? kemana Elvan yang sangat mencintai Fayola Hasna, kemana Elvan ku yang dulu Hasna hiks.. hiks.." Tangisnya di pelukan Hasna. "Segitu cepatnya kah dia melupakan aku? segitu gampangnya kah dia melupakan semua kenangan kami Hasna hiks.. hiks.."

"Kamu yang sabar ya Yola, aku tidak bisa berkata apa-apa tentang masalah hubungan kalian berdua".

Sedangkan Elvan yang sedang berada di parkiran motor menghela nafas panjang, dan lagi-lagi ia mendengarkan bisikan-bisikan para mahasiswa disana. Namun bukan Elvan namanya kalau ia memperdulikan bisikan tersebut, kemudian Elvan menyalakan sepeda motornya dan segera meninggalkan pekarangan kampus.

.

Didalam ruang rektor fakultas ekonomi, Deska sedang berada disana bersama dengan sang dosen.

"Ada masalah apa ini?" Tanyanya melihat Deska yang babak belur.

"Ini hanya masalah pribadi saya dengan Elvan saja pak".

"Kalau masalah pribadi, kenapa kalian berdua membawanya di area kampus? apa kalian tidak punya harga diri lagi? atau mau sok jagoan di kampus ini?".

"Maafkan saya pak" Jawab Deska menunduk.

"Lalu kemana yang bernama Elvan?".

"Kata mahasiswa yang lainnya Elvan sudah pulang pak" Jawab sang dosen yang duduk dihadapan Deska.

"Hhmmsss" Dengusnya. "Besok panggil orang tua kalian berdua datang kemari, biar mereka tau kelakuan anaknya dilingkungan kampus, apa kamu mengerti?".

"Iya pak" Jawabnya.

"Sekarang kamu keluar".

"Kalau gitu saya permisi dulu pak".

"Mmmmmm".

Begitu Deska keluar dari ruangan ya, "Lalu bagaimana dengan yang satunya lagi, apa kamu mengetahui nomor orang tua ya?" Tanya ya melihat si dosen.

"Nanti saya akan mencoba menghubungi orang tua ya pak".

"Kalau kamu memiliki nomor telepon orang tuannya, berikan sekarang juga".

"Kalau begitu tunggu sebentar pak, saya mengambil catatan saya dulu".

"Mmmmm" Gumamnya menunggu.

Didalam ruang dosen, para dosen yang lainnya pun sedang melihat kearahnya. "Benarkah Elvan bermasalah pak?" Tanya buk Refi melihatnya.

"Iya buk" Jawabnya.

"Astaga.. Ada apa dengan Elvan? selama saya mengajar di kampus ini saya tidak pernah melihat Elvan melakukan kesalahan sedikit pun" Ujarnya.

"Saya sempat juga berpikir seperti itu buk, tapi saat saya melihat Elvan yang sangat bringas saya tidak mempercayainya lagi".

"Mmmmmm" Angguknya.

"Kalau gitu saya permisi dulu buk, saya mau memberikan nomor telepon orang tua ya".

"Tapi pak, bukankah orang tua ya Elvan seorang karyawan swasta?".

"Didata Elvan memang menulisnya seperti itu buk, bahkan orang tuanya hanya mendapatkan penghasilan sekitar 5 juta perbulan".

"Astaga.. Apa tidak sebaiknya orang tuanya Elvan tidak usah dipanggil pak, kasihan Elvan ya besok di permalukan oleh mahasiswa lainnya".

"Mau bagaimana lagi buk, tapi dekan telah meminta nomor orang tuan ya".

"Iyalah pak" Angguknya.

Kemudian si sang dosen tersebut kembali memasuki ruangan rektor, "Maaf pak saya sedikit lama" Ujarnya memberikan data Elvan.

"Mmmmm" Lalu ia menerima datanya Elvan, "Apa benar ini nomornya?".

"Iya pak".

Si rektor tersebut segera menghubungi orang tuanya Elvan yang tak lain adalah Vicky sandoro.

DDDRRRTTT.. DDDRRRTTT..

"Tolong kamu angkat ponsel saya" Ucap Vicky kepada asistennya.

"Baik tuan" Angguknya segera menjawab panggilan tersebut. "Selamat pagi, ini dengan siapa?" Tanyanya melihat nomor baru.

"Apa benar ini dengan orang tuanya Elvan?".

"Elvan?".

"Iya, saya dari kampus memberitahu kepada orang tuanya Elvan untuk mendatangi saya di ruang rektor" Jawabnya.

"Siapa?" Tanya Vicky melihat asisten pribadinya itu.

"Ini tuan" Berinya kepada Vicky.

"Dia mengatakan apa?".

"Elvan tuan".

Kemudian Vicky bertanya, "Ada apa dengan anak saya?" Tanyanya.

"Anak anda telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, kami minta orang tua ya Elvan untuk menghadiri undangan saya".

"Baiklah saya akan kesana besok pagi".

"Mmmm" Gumamnya langsung mematikan ponselnya.

"Bagaiman pak?" Tanyanya.

"Besok dia akan datang, kamu boleh pergi".

"Iya pak, permisi" Tunduknya meninggalkan ruangannya.

Dilain tempat Deska sedang tersenyum senang bersama dengan kedua sahabatnya.

"Hahahahah.. Menurut mu seperti apa wujud orang tuanya Elvan Deska?" Tanya Binar.

"Tidak tau, kita lihat saja besok" Jawab Deska menyeringai.

"Lalu, apa kamu sedang berencana mempermalukannya besok?" Sambung Candra.

"Tentu saja, aku akan membuat orang tuanya sangat malu memiliki anak seperti dia".

"Tapi aku dengar-dengar orang tuanya Elvan hanyalah karyawan swasta yang berpenghasilan sangat sedikit".

"Hahhahaha" Tawa mereka bertiga langsung membayangkan wajah Elvan dan orang tua ya.

Episodes
Episodes

Updated 105 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!