"Meretas itu apa ya Uncle?" tanya Nathan kepada Lexi karena penasaran dengan kata yang baru didengarnya itu.
Sekarang mereka berempat tengah berada di dalam mobil menuju rumah dengan Lexi yang mengambil alih jadi sopir sedangkan pak sopir dimintai tolong untuk membawa motor Lexi.
"Meretas itu maksudnya seseorang masuk ke akun orang lain dengan cara membobol pertahanan komputer tanpa diketahui siapapun karena tidak meninggalkan jejak."
"Tujuannya?"
"Bisa untuk mencuri data-data, mengkopi bahkan dapat menghapus rekaman yang ada. Orang yang melakukan itu biasa di sebut hacker," jelas Lexi
"Jadi hacker itu jahat ya, soalnya kata pak polisi mama di tahan karena ada seseorang yang meretas cctv."
"Tidak semua hacker itu jahat ada hacker yang baik makanya di dalam istilah kita dikenal black hacker dan white hacker bahkan di zaman komputer seperti sekarang keberadaan white hacker sangat di butuhkan."
"Di butuhkan untuk apa Uncle?" tanya Tristan ikut menimpali setelah sedari tadi hanya memilih menjadi pendengar saja.
"Karena adanya black hacker tadi maka di butuhkan seseorang untuk memperkuat sistem keamanan komputer dan jaringan, memulihkan informasi yang hilang serta melakukan pencegahan yang memadai untuk mencegah pelanggaran keamanan," papar Lexi.
"Oh begitu ya Uncle berarti kayak pisau dong bisa digunakan untuk kebaikan namun juga bisa di gunakan untuk kebaikan."
"Yups benar tergantung orang yang menggunakannya."
Mereka pun berbincang-bincang tentang banyak hal yang lainnya hingga tak disadari mereka telah sampai di depan pintu pagar rumah mereka.
Mereka turun dari mobil dan berjalan ke dalam rumah sedangkan Nathan digendong oleh Lexi.
"Ma lapar," rengek Nathan ketika mereka sudah sampai ke ruang tamu. Memang dari pagi mereka tidak sempat sarapan. Isyana pun sepertinya lupa kalau mereka belum makan sedari tadi. Bubur yang di sodorkan rumah sakit pun tadi hanya dia sentuh sesendok karena tidak berselera begitupun Nathan yang sama sekali tidak menyentuh makanannya karena terlalu khawatir dengan nasib mamanya. Namun sekarang perutnya sudah keroncongan.
"Mama tidak sempat goreng ikan tadi pagi cuma ada nasinya doang jadi mama pesan online dulu ya sayang!"
"Nggak usah Ma bikinin telor ceplok aja kalo pesen online kelamaan," usul Nathan.
"Oke mama ke dapur dulu sekalian bikinin uncle Lexi minuman."
Baru saja hendak berdiri kepala Isyana tiba-tiba pusing.
"Aduh kenapa pusing lagi ya!" ucap Isyana sambil memijit pelipisnya.
"Ya udah kalo begitu Tristan aja yang buat."
"Emang bisa? Udah ah mama aja yang buat mama nggak apa-apa kok," ucap Isyana. Dia memaksakan diri untuk berdiri namun Tristan mencegahnya.
"Udah Ma biar Itan aja mama nggak usah khawatir kan ada uncle Lexi yang bakal bantuin Itan," ujar Tristan sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Lexi.
"Iya ayo," ajak Lexi.
Mereka berjalan ke arah dapur dan membuatkan telur dadar untuk Nathan dan Isyana sedangkan mereka berdua tidak ingin makan karena sudah kenyang.
"Tara...." Tristan menghidangkan nasi dan telur ceplok karya Tristan dan Lexi, sedangkan Lexi berjalan sambil menyesap minuman yang dibuatnya sendiri."
"Ini siapa yang buat?" tanya Isyana ketika melihat telur ceplok di hadapannya dengan bentuk yang berantakan.
"Ini Itan yang buat Ma tadinya Itan ubek-ubek supaya bentuknya love seperti yang sering mama buatkan untuk kami tapi hasilnya malah kayak gitu."
Isyana tertawa melihat wajah Tristan yang cemberut.
"Kalo mau buat yang kayak gitu harus pakai cetakan sayang."
"Oh gitu ya Ma, tapi itunya di makan ya Ma kan Itan membuatnya dengan penuh rasa cinta."
Isyana mengangguk dan mulai mencicipi masakan Tristan yang katanya dibuat dengan penuh cinta tersebut.
"Tapi rasanya enak kok garam sama bawangnya pas."
Isyana melanjutkan makannya. Sedangkan Nathan berhenti makan.
"Kok berhenti sayang?" tanya Isyana.
"Telur ceploknya keasinan Ma."
"Coba mama cicipi, iya benar kok beda rasanya sama punya mama?"
"Kalo itu bukan Itan yang buat Ma tapi uncle Lexi," tukas Tristan.
"Mungkin uncle Lexi pengin nikah lagi," tambah Tristan.
"Enak aja satu aja belum masa dibilang mau nikah lagi," sanggah Lexi.
"Emangnya kamu dapat kata-kata itu darimana sayang?" tanya Isyana.
"Dari daddy Edward. Waktu itu mommy Lusy masakannya keasinan, eh daddy bilang gini 'Kamu mau punya suami lagi ya!' begitu kata daddy Edward Ma."
Mereka tertawa bersama.
"Ngomong-ngomong kabar aunty Angel gimana?" tanya Tristan.
"Uncle mah nggak tahu. Semenjak tahu dia hamil uncle putusin dia."
"Uncle kok tega sih ninggalin aunty dalam keadaan hamil!" geram Nathan.
"Iya seharusnya uncle jagain dia sampai dedek nya lahir. Kalo dedek nya lahir kan uncle nggak bakalan ganggu kita lagi."
"Oh jadi kamu merasa uncle gangguin kalian gitu?" ucap Lexi sambil menggelitik perut Tristan.
"Ampun Uncle, ampun! Geli Uncle."
Mereka pun kembali tertawa.
"Uncle kenapa nggak pernah ke butik lagi? Sekarang mama sudah punya butik sendiri dan mulai mendesain pakaian sendiri."
"Oh ya benarkah?"
"Iya bahkan sekarang mama udah punya tiga butik dan beberapa karyawan yang membantu." Tristan antusias bercerita.
"Nanti kalo uncle pengen beliin aunty baju lagi kita kasih gratis deh sebagai tanda terima kasih," ucap Nathan. Dia tidak percaya kalau Lexi memang sudah mengakhiri hubungannya dengan Angel.
"Saya kan udah bilang uncle sama aunty Angel udah berakhir jadi kalian kalo mau ngasih gratis ya buat uncle aja."
Isyana terkejut mendengar pengakuan Lexi. Hatinya terasa ngilu mengingat orang yang menghamili dirinya dulu juga tidak mau bertanggung jawab. "Kenapa harus berakhir di saat dia sedang hamil Tuan?"
"Ya karena anak itu bukanlah anakku tapi anak orang lain. Selama ini dia merahasiakan kehamilannya, mungkin itulah alasan mengapa ketika ingin aku belikan baju dia tidak pernah mau ikut."
"Maafkan saya Tuan bukan maksud saya untuk..."
"Sudahlah tapi boleh aku meminta sesuatu?"
"Apa itu?"
"Jangan panggil aku Tuan panggil Lexi saja."
"Oke kalau begitu kamu jangan panggil aku Nyonya juga tapi panggil Syasa aja."
"Oke. Yasudah aku pamit dulu ya!"
"Hati-hati Uncle!"
Setelah kepergian Lexi Nathan dan Isyana pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat sedangkan Tristan bermain mobil-mobilan remote yang baru dibelikan Lusy.
Sampailah mobil mainan itu di sebuah ruangan yang sepertinya digunakan sebagai gudang.
"Ini tempat apa sih kok nggak pernah dibuka?" Tristan penasaran dengan gudang tersebut. Kemudian dia mencari sesuatu alat untuk mencongkel handle pintu tersebut. Setelah sekian lama mencoba akhirnya pintu tersebut berhasil dibuka.
"Wah alat-alat musik." Tristan terpana melihat berbagai macam alat musik ada di sana.
Apa dulunya ini adalah studio musik?
Tristan kemudian mendekati alat tersebut dan mengelapnya karena alat tersebut dalam keadaan berdebu.
Setelah alat musik tersebut sudah bersih Tristan mencoba memainkannya satu persatu.
Setelah puas bermain dengan alat musik tersebut dia menemui Nathan di kamarnya untuk memberitahukan penemuannya tersebut dan mereka berdua pun sepakat untuk mempelajari alat musik tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments
Kar Genjreng
uncle ga taunya tidak jadienikah dengan Angel. ga taunya sudah hamil 🤰🤰🍆🍆 dengan pria lain... ya sudah dengan Mama Isyana saja ya 🤗🤗🤗🌹🌹🌹♥️♥️♥️
2022-11-26
0
Ratu Emilly
bukannya usia baby twin baru 3 th yaa
2022-08-07
0
Liana Rismawati
umurnya berapa sih twins kok udah bisa goreng telur😥🤔🤔
2022-05-25
0