Esok hari setelah berkemas dan tentunya telah meminta Izin pada Vania Dion berangkat ke bandara dengan diantar sopir Zidane dan hari itu pun Dion terbang ke Paris Prancis.
Sampai di Bandara Internasional Paris Charles de Gaulle, dia menaiki taksi bandara menuju sebuah hotel untuk beristirahat sebelum memutuskan untuk menyambangi kakek Mike di kediamannya.
Puas beristirahat Dion memutuskan pergi ke mall untuk membeli oleh-oleh buat kakek Mike karena kepergiannya yang mendadak ia tidak sempat membeli oleh-oleh di Jakarta.
Lagi pula sudah menjadi kebiasaan tuan Albert ketika mengunjungi kakek Mike selalu membawa sembako dan kebutuhan harian lainnya karena kakek Mike tidak pernah menerima pemberian uang
setiap kali membantu mereka.
Kakek Mike tinggal di sebuah desa dan hidup dengan sederhana. Walaupun kemampuan komputernya yang tinggi namun dia tidak bekerja di kantoran namun memilih menjadi petani. Apalagi usianya kini sudah tua dia hanya berkebun anggur dan sekali-kali mengabdikan dirinya untuk mengajar komputer di sekolah dasar swasta tanpa meminta gaji.
Ketika sedang asyik berbelanja Dion seperti melihat sosok wanita yang dikenalnya. Ia terus meneliti wanita tersebut, ternyata benar dugaannya dia adalah wanita yang selama ini dicari atasannya.
Merasa yakin bahwa wanita tersebut adalah Isyana Dion mengikuti wanita tersebut yang kini tengah berjalan tergesa-gesa menuju toilet.
Isyana yang merasa ada yang mengikutinya buru-buru masuk ke dalam toilet wanita. Setelah menyelesaikan buang hajatnya dia membuka pintu dengan pelan dan mengintip keluar. Alangkah terkejutnya ketika dia mendapati Dion asisten atasannya dulu berada di luar.
"Ngapain Pak Dion ke sini?" tanyanya pada diri sendiri.
"Maaf Pak ini toilet wanita. Ngapain Bapak di sini?" tegur seorang pengunjung wanita dari arah luar.
"Saya sedang menunggui kekasih saya Nyonya." Jawab Dion agar wanita tersebut tidak curiga bahwa dia sedang mencari seseorang di tempat itu.
"Hufft." Isyana menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan pelan-pelan. Dalam hati dia berharap Apa yang dikatakan Dion pada wanita tersebut memang benar adanya.
Isyana memutuskan tidak keluar dulu dari toilet tersebut hingga Dion pergi namun sekian lama menunggu Dion belum juga pergi.
Lama menunggu membuat Isyana bosan untunglah tiba-tiba datang sepasang kekasih yang kebetulan prianya mengenal Dion. Ketika Dion sedang berbincang dengan pria tersebut Isyana mencuri kesempatan untuk kabur dari tempat itu.
Melihat Isyana yang keluar dari tempat tersebut Dion menyudahi pembicaraan dengan kenalannya itu sambil mengejar Isyana.
"Isyana tunggu!!"
Dion berteriak memanggil nama Isyana agar dia berhenti berlari namun Isyana semakin kencang berlari dan keluar dari mall tersebut hingga sampai ke parkiran ia buru-buru masuk ke dalam mobil namun Isyana terkejut ketika mendapati Nathan ada dalam mobil.
"Eh kok Atan ada di sini?"
"Mama ngapain lari-lari begitu? Kayak dikejar hantu aja." Nathan tidak menjawab pertanyaan Isyana malah balik bertanya.
"Mama nggak apa-apa kok. Eh dimana Itan?"
"Itan sama Daddy katanya mau beli mainan."
"Kamu kok nggak ikut?"
"Kaki Atan sakit Ma, ups." Nathan segera menutup mulutnya yang keceplosan bicara.
"Sakit? Kenapa?" Isyana tampak khawatir dan panik.
"Mananya yang sakit?" Sambil meraih kaki Nathan.
"Auw, jangan disentuh Ma."
"Kamu kenapa sih? Jatuh? Sini mama lihat!"
Isyana meneliti kaki, betis dan lutut Nathan. "Kok memar sih sayang, kamu sebenarnya kenapa?"
Melihat wajah Isyana yang memelas akhirnya dia memilih berkata jujur. Nathan menceritakan kejadian yang menimpa dirinya.
"Kita ke dokter ya sayang!" ajak Isyana.
"Nathan menggeleng. "Aku nggak mau Ma."
"Ayo dong sayang nanti mama beliin es krim. Mau ya! Atau nanti mama beliin apa aja yang Nathan pengen."
Nathan tetap menggeleng. "Aku nggak mau disuntik Ma."
"Nggak akan disuntik sayang paling dikasih salep sama obat."
"Kalo begitu mama beliin aja Atan salep di apotik, nggak usah ke dokter."
"Takutnya tulang kamu ada yang patah sayang jadi kamu harus diperiksa dokter."
"Nggak Ma nggak ada yang patah kok. Tenanglah Ma, aku tidak apa-apa."
"Kamu ya benar-benar keras kepala persis ay...." Isyana tidak melanjutkan perkataannya, hampir saja dia keceplosan mengatakan bahwa Nathan mirip ayahnya.
"Persis ay ... , apa Ma?"
"Nggak, nggak mama salah ngomong."
"Nathan menunduk!" perintah Isyana karena ternyata Dion mencarinya hingga tempat parkir.
Nathan pun menurut meski tidak mengerti mengapa harus melakukan itu.
Sedangkan Dion celingukan mencari arah kemana Isyana tadi menghilang. Tampaknya dia kehilangan jejak.
"Tadi kayaknya lari ke arah sini tapi kok tidak ada ya!" gumam Dion.
Akhirnya Dion mengakhiri pengejarannya ketika mengingat ucapan Zidane untuk tidak mencari lagi keberadaan Isyana. Dion pun bertekad untuk tidak menceritakan pertemuannya kali ini dengan Isyana pada Zidane karena takut atasannya itu akan kembali terpuruk. Bukankah Zidane baru saja bangkit dari keterpurukannya?
Setelah Dion pergi Isyana kini bisa bernafas lega.
"Mau ya sayang ke rumah sakitnya?"
Karena merasa tidak enak hati pada Isyana akhirnya Nathan hanya pasrah dan mengiyakan keinginan mamanya.
"Baiklah Ma, Atan mau."
Isyana pun mengambil ponselnya menanyakan keberadaan Lusy apakah masih lama di dalam mall. Mengetahui Lusy masih belum selesai berbelanja dan mereka pun mengatakan masih ingin makan selesai belanja Isyana memutuskan untuk meminjam mobil Edward karena ingin membawa Nathan ke rumah sakit sekalian menitipkan Tristan pada mereka.
Setelah mendapat izin dari Lusy dan Edward Isyana menyetir mobil keluar dari area mall.
Kini mobil melaju membelah jalanan.
"Ma itu mobil yang di belakang kayaknya kok ngikutin kita." Nathan memberi tahu Isyana karena takut mobil yang ada di belakangnya adalah penjahat namun ekspresinya biasa saja.
"Isyana mencoba berbelok mengetes apakah memang mobil tersebut mengikuti mereka dan ternyata dugaan Nathan benar karena setiap kali berbelok mobil tersebut terus saja mengikuti.
"
Paham bahwa mobil yang di belakang mengikutinya Isyana memutuskan untuk menambah kecepatan mobilnya namun mobil yang di belakang pun semakin melaju dengan kencang bahkan menyalip dan ingin menghadang dari depan namun tiba-tiba,
Brak. Mobil yang tadi mengejarnya menabrak sesuatu. Terlihat anak kecil bersimbah darah di atas aspal. Bukannya menolong orang dalam mobil tersebut malah mengencangkan laju mobilnya pergi dari tempat itu.
Sementara Isyana setelah mengerem mobilnya secara mendadak dia terpaku di tempat. Syok begitulah kira-kira dia melihat kejadian di depannya. Jangan tanya Nathan ia begitu ketakutan menyaksikan adegan di depannya.
Orang-orang yang menyaksikan kecelakaan itu berlari menghampiri korban. Sebagian dari mereka ada yang menelpon ambulance, ada yang menelpon polisi ada pula yang menghampiri mobil Isyana.
Tok tok tok. Mereka mengetuk kaca mobil.
"Turun!"
"Turun kamu!"
"Turun cepat!! Kamu harus bertanggung jawab.
Melihat orang-orang semakin menggedor-gedor pintu mobil dan Nathan yang ketakutan Isyana tersadar. Dia membuka pintu mobil dan keluar.
"Bukan saya Pak yang menabrak anak itu." Isyana membela diri karena memang kenyataannya seperti itu.
"Aaahh mana ada maling ngaku!"
"Kami melihat sendiri kamu yang menabrak anak itu."
Kejadian yang berlangsung begitu cepat ternyata mengecoh ketajaman mata mereka.
"Ayo kita ke kantor polisi," ucap salah seorang dari mereka sambil menyeret Isyana.
"Ampun jangan bawa saya ke kantor polisi karena bukan saya yang menabrak..."
"Aaah sudah kalau dia tetap tidak mau mengaku kita pukul saja dia." Salah seorang dari mereka memprovokasi.
Bruk bruk bruk. Mereka memukul Isyana. Ada pula yang menendang. Isyana yang seorang diri tidak mampu melawan mereka malah sekarang dia berjongkok menutupi kedua matanya tidak ingin melihat orang-orang yang menyiksa dirinya. Dia sudah pasrah.
Melihat mamanya yang dipukuli Nathan berlari ke arah Isyana dan memeluknya. Dia melindungi tubuh mamanya dari pukulan orang-orang.
"Hentikan!!! Jangan pukuli mama saya! mama tidak bersalah."
Namun massa yang sudah tersulut emosi tidak memperdulikan perkataan Nathan.
Bruk. Alhasil kepala Nathan terkena Bogeman mereka.
"Hentikan!!!!" Isyana berteriak histeris melihat Nathan menjadi sasaran amukan mereka sambil merengkuh Nathan dalam pelukannya.
Bersamaan dengan itu mobil polisi dan mobil ambulans datang dari arah yang berlawanan ke tempat kejadian perkara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments
C2nunik987
Isyana dan Nathan diamuk massa ya ALLAH kasian mrk 😭😭😭
2024-05-25
0
Femmy Femmy
ketemu deh langsung dengan Isyana
2024-05-06
0
Ida Lailamajenun
kok jadi main hakim sendiri sih nih org" apa gak bisa cek cctv jalanan tuh mobil siapa yg nabrak
2023-06-01
0