Mendengar perkataan Dion Vania malah semakin kencang menangis.
"Tolong jangan menangis! Katakan apa yang harus aku lakukan agar kau berhenti menangis." sepertinya Dion mulai putus asa.
"Aku tidak apa-apa Pak hanya hatiku saja yang sekarang lagi melow. Tolong antarkan saya pulang!"
Dion menghela nafas berat. "Aku tidak akan mengantarmu pulang kalau kamu belum mengatakan alasan mu menangis."
"Apakah bapak bohong tentang perasaan bapak tadi?"
"Apa maksudmu?" Aku tidak pernah membohongimu. Aku benar-benar mencintaimu."
"Tapi mengapa tadi bapak tidak ingin mendengar jawabanku?" Bahkan bapak memarahiku."
"Hei aku tidak tahu kalau kamu mau menjawab itu sekarang bukankah kau butuh waktu? Masalah suaraku yang agak tinggi tadi aku minta maaf sebenarnya aku hanya menggoda mu saja abisnya kamu kayak orang kesal aja ngomongnya."
"Jadi sekarang apa jawaban kamu?"
"Aku juga suka sama bapak."
"Cuma suka?" goda Dion.
Pipi Vania berubah merah karena menahan malu. "Aku... aku juga cinta sama bapak."
"Nah gitu dong."
Mendengar perasaan cintanya bersambut Dion benar-benar bahagia. Reflek dia merengkuh Vania dalam pelukan dan Vania pun tidak menolaknya.
Vania pun bahagia dia tidak menyangka bahwa Tuhan begitu baik padanya baru saja dia merana karena ditinggal kekasihnya tapi Tuhan begitu cepat mengganti dengan pria yang lebih baik. Apalagi pria yang Tuhan kirimkan adalah laki-laki yang dikaguminya selama ini dan pernah ia cintai dahulu. Ya cinta dalam diam sebelum akhirnya dia mutuskan untuk belajar mencintai tunangannya, Ibra walaupun tidak seutuhnya berhasil karena nyatanya nama Dion tetap bersemayam di hatinya sampai kini.
Lama mereka berpelukan, meleburkan rasa cinta dan kasih sayang yang lama terpendam.
"Kamu mau pulang sekarang?" Biar aku antar!" tawar Dion karena dia sudah berjanji mengantarnya tadi walau dalam hati rasanya tidak rela berpisah. Namun Vania malah menggeleng.
"Temani aku main ini ya Pak!" Vania malah mengajak Dion bermain pasir. Walaupun bermain istana pasir seperti anak kecil tapi Dion tidak menolak permintaan kekasihnya itu.
"Kamu mau buat apa?" tanya Dion.
"Rumah impian aku Pak."
"Oh."
Akhirnya mereka membuat desain rumah impian Vania dari pasir, namun nyatanya rumah-rumahan yang mereka buat tidaklah murni rumah impian Vania tapi hasil rembukan kedua orang tersebut.
"Nanti kalo kita udah nikah aku bakal mewujudkan rumah impian kamu itu."
"Eh kok rumah impian Vania sih itu kan bapak juga yang mendesain?" protes Vania.
"Ya udah berarti rumah impian kita," ujar Dion.
Vania tersipu malu.
"Ngomong-ngomong kamu dapat ilham darimana sehingga berinisiatif menjawab sekarang. Bukankah kamu yang minta waktu untuk menjawab."
"Waktu kan nggak cuma sehari dua hari Pak. Sejam, semenit juga waktu."
"Kamu mulai pintar ya ngeles." Ucap Dion sambil mencubit gemes pipi Vania.
Vania menggelembungkan kedua pipinya, manja.
"Beneran bapak mau tahu aku dapat ilham dari mana?"
"Iya. Jangan-jangan kamu lagi kesambet kali waktu ngomong cinta sama aku."
"Enak aja. Aku masih waras kok Pak."
"Ya terus, dapat petunjuk darimana?"
"Dari Sari."
Dion mengernyitkan kening kali ini dia benar-benar tidak mengerti. Emang Sari mengatakan apa tadi sama Vania bukankah mereka belum sempat bicara begitulah hatinya bicara.
Namun tiba-tiba Vania tertawa membuat Dion jadi curiga.
"Jadi karena kamu cemburu sama Sari makanya kamu berinisiatif menjawab secepatnya?" akhirnya otak Dion sampai juga pada pemikiran Vania.
Vania hanya menjawab dengan senyuman.
"Cih kamu kira aku akan tergoda sama dia."
"Dia kan cantik dan seksi udah gitu daun muda lagi."
"Ya ampun Vania kalau itu yang aku cari udah lama aku sama dia. Dia itu kan teman sepupuku Viola jadi dia sering ke rumah."
"Emang benar bapak nggak tertarik sama dia? Kalo aku lihat sepertinya dia suka sama bapak."
"Ya Viola udah sering ngomong
kalau Sari suka sama aku tapi sayangnya cintaku kan cuma buat kamu. Jadi secantik dan seseksi apapun dia tidak akan mampu membuatku berpaling darimu."
"Gombal."
"Apa itu Pak?" Vania bertanya kala melihat Dion menemukan sesuatu di dalam timbunan pasir.
Dion meneliti temuannya itu. Cuma cangkang kerang yang tengahnya berlubang persis seperti cincin. Ada bekicot kecil menempel seperti mata cincin.
"Cuma kulit kerang." Dion menyerahkan cangkang kerang tersebut ke tangan Vania.
Vania meneliti benda tersebut "Lucunya, bisa bapak pasangkan di jari manisku?"
Dion nampak ragu. "Kamu yakin mau pakai benda itu?"
"Iya."
Akhirnya Dion menuruti permintaan Vania dengan memasangkan cincin palsu tersebut ke tangan Vania dan menciumi jari Vania diiring tawa keduanya.
"Ayo aku antar pulang hari udah mulai sore nanti orang tua kamu nyariin!"
Keduanya pun berdiri dan berjalan menuju mobil. Dion pun melajukan mobilnya menuju rumah Vania.
"Jangan lupa besok siang tunggu aku di kantin kantor ya!"
"Oke."
Vania turun dari mobil dan melambaikan tangannya.
"Sampai ketemu besok Pak!"
🌟 🌟 🌟 🌟 🌟
Siang hari di kantor Dirgantara.
"Maura kamu lihat Dion tidak?" tanya Zidane kepada sekretarisnya.
"Dia sudah turun ke kantin lebih dulu Pak."
"Tumben dia tidak menungguku, ya sudah kamu boleh keluar!"
"Baik Pak."
Dion melangkah menuju lift dan turun ke lantai bawah tujuannya adalah makan siang sekaligus mencari Dion.
Sampai di kantin dia di sambut ramah oleh penjaga kantin.
"Permisi Pak, mau pesan apa?"
"Siapkan seperti biasa!" bicara tanpa memandang ibu kantin malah celingukan mencari keberadaan Dion.
"Cih pacaran dia." Ucapnya ketika melihat Dion duduk semeja dengan seorang gadis. Sebelumnya Zidane tidak pernah melihat Dion dekat dengan seorang wanita kecuali klien mereka.
Zidane menghampiri meja Dion. "Pacar kamu dia Yon?" sambil menepuk pundak Dion.
Dion yang tidak menyadari keberadaan Zidane terkejut saking terkejutnya ia sampai gugup bicara.
"I...ya Pak."
"Bua ha ha ha." Zidane tertawa ketika melihat penampakan jari manis Vania terpasang cincin dari kerang."
Sontak tawa Zidane membuat para karyawan yang lain menoleh ke arah mereka.
"Kamu itu yang ngasih?" tanya Zidane pada Dion karena curiga Vania selalu memutar-mutar cincin itu di jarinya.
Dion hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Begitupun Vania.
"Dion, Dion. Masak sebagai asisten Dirgantara kamu tidak mampu sih membelikan kekasih kamu cincin sungguhan? Jangan malu-maluin kamu!" ledek Zidane sambil terus tertawa.
"Pak Dion nggak banget ya masa pacaran nggak pakek modal."
"Pak Dion so sweet ya cara mengungkapkan perasaannya dengan benda yang unik."
Begitulah suara-suara karyawati yang mendengar pembicaraan mereka.
"Bukan tidak mampu Pak tapi belum sempat," elak Dion tapi memang itu kenyataannya.
"Cih."
Vania terus menunduk ia merasa bersalah karena merasa dirinyalah yang membuat Dion dipermalukan Zidane namun bagi Dion itu adalah anugrah karena selama dua tahun ini dia tidak pernah melihat tawa Zidane dan sekarang karena hal konyol tersebut Zidane malah tertawa lepas.
"Pak pesanan bapak mau ditaruh dimana?" Ucap ibu kantin.
"Bawa saja ke ruangan saya!"
Ibu kantin pun membawa pesanan Zidane ke ruangannya diikuti Zidane dari belakang.
Selepas Zidane pergi.
"Pak maafkan saya ya gara-gara saya bapak jadi..."
"Sst." Dion menaruh jari telunjuk di depan mulutnya pertanda dia tidak ingin Vania melanjutkan ucapannya.
"Aku tidak apa-apa. Aku malah bahagia setelah dua tahun ini pak Zidane tidak pernah tertawa tapi karena ini dia jadi tertawa. Nggak apa-apa lah malu dikit yang penting bisa membuat bos kita bahagia."
"Syukurlah kalau begitu, saya pikir bapak bakalan marah sama saya."
"Nggaklah masa hanya gara-gara itu aku akan marah sama kamu. Eh nanti sore aku antar pulang ya sekalian kita mampir di toko perhiasan dulu buat beli cincin."
"Nggak usah lah Pak, nggak usah di belikan cincin segala."
"Nggak apa-apa itu kan sebagai pengikat bahwa kamu itu milikku sekalian aku lamar kamu sama orang tuamu agar merestui aku jadi tunangan mu."
"Bapak serius mau ngelamar aku?"
Dion mengangguk.
"Iya. Aku minta maaf ya karena aku bukanlah laki-laki yang romantis!"
"Tidak masalah yang penting bapak mencintai saya dan bisa menjadi pasangan yang setia itu sudah lebih dari cukup bagi saya."
"Itu pasti."
🌟 🌟 🌟 🌟 🌟
"Dion kamu sebenarnya serius nggak sih sama Vania?"
"Serius lah Tuan, eh Pak."
"Tuan, Pak , Bos bisa nggak sih kamu konsisten memanggil saya?!"
"Iya Pak."
"Jangan-jangan perasaanmu sama tuh cewek juga nggak konsisten."
"Ya nggak lah Pak. Kenapa bapak berkesimpulan seperti itu?"
"Abisnya sudah setahun kamu berhubungan kok nggak nikah-nikah juga?!"
'Cih nih orang nggak mau dicampuri urusan pribadinya tapi malah mencampuri urusan pribadi orang lain.'
"Apa yang kamu tunggu?"
Dion menghela nafas. Haruskah dia menjelaskan bahwa tidak mungkin dia berbahagia di saat atasannya masih terpuruk.
"Apa karena saya?" rupanya Zidane menyadari bahwa keputusan tersebut ada sangkut pautnya dengan dirinya.
Zidane bukanlah tidak tahu bahwa orang tua Vania sudah mendesak mereka untuk menikah namun mereka berdua selalu meminta waktu. Kalau terus dibiarkan ini akan menjadi masalah dalam hubungan mereka dan Zidane tidak mau dirinya menjadi alasan keretakan hubungan mereka.
"Aku tahu alasannya karena saya."
Zidane menyimpulkan sendiri karena Dion tetap diam.
"Tapi kami sudah sepakat Pak untuk menunda pernikahan kami hingga bapak menemukan kebahagian bapak."
"Bodoh! Mau sampai kapan kamu menunggu? Apakah kamu mau menunggu orang lain yang memilikinya? Tidakkah kau berpikir bahwa umurmu sudah mulai tua?"
'Cih emang sendirinya nggak ngerasa tua apa.'
"Tidak Pak bukan begitu Pak tapi..."
"Sudahlah kamu nikahi saja dia jangan pikirkan aku lagi. Aku sudah bisa bangkit kok dari keterpurukanku dan aku minta hentikan pencarian wanita itu."
"Apakah Bapak yakin?"
"Ya sangat yakin."
'Syukurlah pak Zidane sudah kembali seperti semula.'
"Tapi saya ada tugas buat kamu. Kamu tahu kan sistem keamanan perusahaan kita sedang dalam masalah, aku minta secepatnya kamu menemui kakek Mike di Paris untuk meminta tolong meningkatkan sistem kita supaya tidak mudah diretas lagi. Kayaknya semua hacker yang ada di negeri ini tidak mampu melawan musuh kita ini karena sepertinya lawan kita ini benar-benar jago dalam meretas."
"Baik Pak besok aku berangkat ke sana."
TBC ......
Hari Senin jangan lupa vote-nya ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments
C2nunik987
antara Nathan dan Tristan yg gangguin Daddy Zidane 😂😂😂
2024-05-25
0
Femmy Femmy
palingan anak anaknya Zidane yang punya kelakuan🤣🤣
2024-05-06
0
Kar Genjreng
wah jangan jangan ketemu Dion dan Isyana...di Paris 🤭🤭🤭🤫🤫🤫😮😮
2022-11-25
0