Gedung Dirgantara corp.
Ruangan kantor sang presdir tampak kacau. banyak kertas berserakan di atas meja dan di atas lantai. Siapa lagi kalau bukan ulah Zidane sang pemilik ruangan yang melakukan semua ini.
Zidane yang nampak frustasi melemparkan berkas apa saja yang ada di mejanya. Pasalnya sudah 6 bulan dia mencari keberadaan Isyana namun orang suruhannya belum memberikan informasi bahwa Isyana telah ditemukan.
Flashback On
Enam bulan yang lalu hidup Zidane selalu dihantui wajah Isyana entah karena merasa bersalah atau dia mulai tertarik pada wanita itu sehingga wajah Isyana selalu mengisi memori di otaknya.
Zidane kemudian menyuruh Dion untuk mencari alamat Isyana dan Dion pun memberikan alamat Atmaja kepada Zidane. Zidane mendatangi rumah Atmaja dan menanyakan Isyana di sana namun Atmaja mengatakan bahwa dirinya telah mengusir Isyana beberapa bulan yang lalu dan semenjak itu dia tidak pernah mengetahui kabar Isyana.
Zidane lalu menyuruh Dion untuk memerintahkan anak buahnya melacak keberadaan Isyana. Saat itu keberadaan Isyana tidak bisa dilacak karena Isyana pergi ke Paris dengan menggunakan paspor orang lain.
Satu bulan setelah pencarian Isyana yang dilakukan pihak Dion tidak membuahkan hasil. Dion mendengar kabar bahwa ada seorang perempuan diketemukan bunuh diri di sebuah sungai dan kebetulan sungai tersebut dekat dengan kediaman Atmaja.
Setelah menyampaikan pada Zidane tentang penemuan tersebut Zidane lalu mengajak Dion untuk terjun langsung ke tempat kejadian. Zidane ingin memastikan apakah orang itu benar-benar Isyana yang dicarinya atau bukan, tapi tetap saja dia berharap semoga perempuan itu bukanlah wanita yang dicarinya.
Sesampainya di tkp Zidane meminta izin kepada polisi yang bertugas untuk melihat jasad korban. Ternyata jasad korban tidak bisa dikenali karena wajahnya yang sudah rusak namun baju yang dipakai perempuan tersebut mirip dengan baju yang dipakai Isyana waktu terakhir kali menemui Zidane begitupun postur tubuh dan rambut panjangnya yang lurus begitu mirip dengan Isyana dan itu sontak membuat Zidane percaya bahwa perempuan yang ada di hadapannya sekarang adalah Isyana.
Di tepi sungai itu Zidane meratapi kepergian Isyana. Dia merasa bersalah karena merasa dia lah yang menjadi penyebab Isyana bunuh diri. Zidane memukuli kepala dan menjambak rambutnya sendiri sambil terus menangis. Entah mengapa Zidane merasa kehilangan seolah Isyana adalah kekasihnya padahal mereka tidak ada hubungan apa-apa. Bukankah Zidane juga yang memutuskan agar dirinya tidak pernah berhubungan dengan wanita itu?
Dion yang berada di samping bosnya itu sebenarnya tidak mengerti ada hubungan apa Zidane dengan Isyana dan apa sebenarnya yang membuat Zidane ingin bertemu dengan wanita tersebut, yang dia tahu hanyalah gadis itu pernah keluar dari ruangan sang bos dengan berurai air mata. Dion tidak menyangka gadis itu bahkan bisa membuat Zidane yang dingin dan kaku itu bisa meneteskan air mata padahal sebelumya Dion tidak pernah melihat Zidane menangis. Bahkan saat patah hati karena ditinggal Belva di hari pernikahannya pun Zidane tidak sedikitpun mengeluarkan air mata.
Seperti biasa Dion tidak berani bertanya kalau sudah menyangkut urusan pribadi karena Zidane pernah mewanti-wanti bahwa Dion tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadinya kecuali diminta.
Dion hanya mampu menghibur lewat kata dengan mengatakan bahwa kemungkinan perempuan yang ditemukan tersebut bukanlah Isyana.
Mendengar pernyataan Dion tangis Zidane mulai lirih.
"Semoga saja yang kau kau katakan itu benar, dan ku minta jangan pernah hentikan pencarian dirinya. Aku harap kita bisa menemukan dia secepatnya!"
"Baiklah Pak, aku akan mencari gadis itu sampai ke lubang semut pun!"
Flashback Off.
Dion berjalan menuju ruangan Zidane baru saja membuka pintu penampakan ruangan yang kacau sudah terlihat di mata Dion. Melihat Zidane yang sepertinya tidak bisa diganggu Dion mengurungkan niatnya untuk memasuki ruangan tersebut dia takut kalau tetap masuk dia akan menjadi sasaran kemarahannya. Dion kembali menutup pintu dan berdiri dibalik pintu tersebut.
"Rupanya tanda tangan yang kamu butuhkan harus diundur lagi," ucap Dion berbicara pada berkas yang harus ditandatangani oleh Zidane yang kini ada dalam genggamannya namun gagal lagi karena si pemilik tanda tangan sepertinya sedang tidak bisa didekati. Rupanya Dion ikut frustasi sampai diapun berbicara pada kertas.
Bagaimana tidak frustasi jika sekarang tugasnya bertambah. Walaupun Zidane masuk kerja tetapi pikirannya seperti tidak berada di kantor. Zidane lebih
banyak melamun ketimbang bekerja bahkan ketika meeting dia sering tidak konsentrasi sehingga mengharuskan Dion mengambil alih semuanya. Karena kalau tidak perusahaan pasti dalam keadaan tidak baik.
Mendengar suara pintu ditutup Zidane sadar bahwa baru saja Dion ingin masuk namun tidak jadi.
"Dion sini !" panggil Zidane.
Mendengar Zidane memanggil Dion kembali masuk.
"Ada apa Pak?"
"Ada apa kamu ke sini? Apa ada berkas yang harus ditandatangani?"
"Iya Pak ini." Dion menyodorkan berkas ditangannya.
Zidane mengambil kertas tersebut dan membubuhi tanda tangan di kertas tersebut.
"Dion apakah kamu telah menemukan perempuan itu?"
Dion menunduk antara takut dan malu. Dia ingat dia pernah berjanji akan membawa Isyana ke hadapan Zidane namun nyatanya sampai sekarang dia belum berhasil menemukan wanita tersebut.
"Belum Pak, maafkan saya!"
"Dion boleh aku minta tolong?"
"Iya Pak, tapi kalau Bapak menginginkan saya membawa wanita itu sekarang maaf saya tidak sanggup!"
"Bawakan wanita yang lain yang bisa mengalihkan perhatian saya!"
"Baik Pak."
Dion melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Zidane. Dia masuk ke dalam lift dan turun ke lantai bawah. Dia melihat-lihat wajah karyawan wanita barangkali ada yang bisa menarik perhatian Zidane.
Setelah hampir dua jam berkeliling akhirnya dia menemukan satu karyawan wanita yang menurut Dion paling cantik diantara karyawan yang lain.
"Kamu ikut aku!" perintah Dion
perempuan itu terkejut, "Saya Pak?"
"Iya kamu."
Karyawati itu tertunduk sambil mengangguk dan berjalan mengikuti Dion dari belakang. Dalam hati dia terus saja berpikir kesalahan apa yang telah dia perbuat sampai dia dipanggil apalagi ketika sadar bahwa dirinya dibawa memasuki ruangan Zidane, semakin gugup saja perempuan tersebut.
Tok-tok-tok.
"Masuk!"
Dengan membawa gadis tersebut Dion menghampiri Zidane.
"Ini Pak, yang Bapak pesan."
Semakin gemetar saja tubuh gadis itu. Selama ini melihat dari jauh saja wajah Zidane dia merasa takut apalagi harus berhadapan langsung dan apa tadi katanya? Yang bapak pesan? Apa maksud dari semuanya?
'Oh God selamatkan aku!'
Memang selama ini semua karyawan merasa takut menghadapi Zidane selain wajahnya yang dingin dan kaku aura wajahnya juga terlihat angkuh. Jangankan para karyawan yang levelnya ada di bawah, Dion saja sebagai asisten harus berhati-hati kalau bicara dengan Zidane kalau tidak ingin kena masalah.
"Bawa dia ke sini dan kamu boleh keluar!"
Dion menggandeng tangan gadis itu dan membawa kehadapan Zidane.
"Kamu duduk!" perintah Zidan pada gadis tersebut.
"Ampun Pak maafkan saya!" Wajah gadis tersebut nampak ketakutan.
"Kenapa kamu gemetar seperti itu? Tenanglah aku tidak akan menyantap dirimu!"
Walaupun Zidane mengatakan seperti itu tidak mengurangi rasa takut gadis tersebut malah gadis tersebut semakin gemetar.
"Sudahlah kamu boleh keluar!"
"Bagaimana gadis ini bisa mengalihkan perhatianku kalau berhadapan saja denganku dia gemetaran seperti ini."
Setelah gadis tersebut keluar Zidane kembali menelpon Dion.
"Bawakan wanita yang lain yang Menarik!" Zidane menekankan pada kata menarik.
Dion salah fokus bagi Dion yang dimaksud Zidane dengan menarik adalah wanita penggoda. Dia kemudian menyuruh anak buahnya membawa wanita yang cantik dan berpenampilan seksi dan yang pasti bisa menggoda.
Tak memakan waktu lama selang tiga puluh menit wanita yang dipesan pun datang. Persis seperti keinginan Dion wanita tersebut berpenampilan seksi. Dia memakai rok mini dan blouse yang menampilkan belahan di dadanya.
Setelah sampai di ruangan Zidane wanita tersebut langsung melancarkan aksinya menggoda Zidane. Dia membelitkan tangannya di leher Zidane dan tangannya menjelajah ke dada bidang Zidane. Untuk sementara Zidane menikmati sentuhan wanita tersebut namun ketika wanita tersebut bertindak lebih jauh bayang wajah Isyana hadir di pelupuk mata Zidane.
"Shit!" Zidane mendorong wanita tersebut sampai terpental untunglah tubuh wanita tersebut jatuh di atas sofa kalau tidak bisa saja tubuh seksinya menjadi cacat karena dorongan Zidane yang terlalu keras.
"Keluar kamu!" perintahnya pada wanita itu.
Setelah membenarkan letak pakaiannya wanita tersebut keluar dari ruangan Zidane dengan wajah yang murka.
Sedangkan Zidane yang melihat wanita itu sudah keluar segera menelpon Dion.
"Dion ke sini segera!" Tanpa ingin mendengar jawaban Dion Zidane segera menutup teleponnya.
Dion yang sedang mengambil kopi di pantri langsung bergegas menuju ruangan Zidane.
"Iya Pak ada apa?"
"Siapa yang menyuruh kamu memanggil wanita murahan seperti dia?"
Dion hanya cengengesan menyembunyikan rasa takut dan gugupnya.
"Sudahlah kamu keluar saja! Lain kali kalo mau melaksanakan perintah dipikir dulu jangan ditelan mentah-mentah!"
'Cih lagipula siapa yang tahu wanita yang menarik buat bapak itu seperti apa.' protes Dion dalam hati karena kalau protes langsung dia tidak berani.
Dion melangkahkan kakinya keluar ruangan sambil terus mengoceh dalam hati.
'Ngapain dia memanggil saya ke ruangannya kalau hanya untuk ngomong seperti itu. Biasakan lewat telepon? Bikin saya gagal saja minum kopi."
Dion berjalan menuju ruangannya namun ketika membuka pintu tubuhnya terbentur sesuatu.
"Kamu ngapain kamu di ruangan saya?"
"Saya numpang pipis Pak. Memang ini ruangan Bapak?"
"Iya lah emang kamu pikir ruangan siapa?"
"Maaf aku pikir ini ruangan sekretaris Maura, sebab tadi dia yang mengantarkan saya ke ruangan ini."
'Maura? Apa maksudnya dia mengantarkan gadis ini ke ruangan saya. Bukankah ruangannya juga ada kamar mandinya? Ah sudahlah mungkin Maura masih dalam mode pelit.'
"Aku permisi Pak, terima kasih atas tumpangan kamar mandinya!" ucap gadis itu sambil berlalu.
"Tunggu!"
gadis itu menghentikan langkah dan menoleh pada Dion.
"Nama kamu siapa?"
"Vania Pak."
"Oh Vania ya? Sudah kamu boleh pergi!"
TBC....
Terima Kasih telah membaca, jangan lupa like nya ya! Kalau ada vote dan hadiahnya juga boleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments
C2nunik987
Dion sampe serba salah di hdp gara gara boss arogant 🤣🤣🤣
2024-05-25
0
Femmy Femmy
sabar Dion😃
2024-05-06
0
Femmy Femmy
😃😃😃😃
2024-05-06
0