Biarkan Kami Yang Menyatukan
Di sebuah hotel bintang lima yang mewah sedang terjadi kesibukan yang begitu luar biasa. Pasalnya esok hari bos besar sekaligus pemilik hotel tersebut akan melangsungkan pernikahannya di tempat itu. Jadi hampir semua karyawan sibuk mendekor tempat itu mulai dari tempat acara dilangsungkannya pernikahan hingga suite room hotel yang akan menjadi kamar pengantin kedua mempelai.
Kejadian tak terduga terjadi. Waktu ijab kabul hampir berlangsung pengantin perempuan ternyata kabur meninggalkan tempat.
"Panggil pengantin wanitanya Bi!" perintah nyonya Alberto kepada pembantunya.
Bi Ina segera bergegas ke kamar hotel tempat pengantin wanita dirias.
"Non, Non Belva acara ijab kabul segera di mulai!" ucap sang bibi sambil mengetuk pintu kamar hotel.
Tak ada jawaban dari dalam. "Non, Non cepatlah semua orang sudah menunggu di bawah!"
Tetap tak ada jawaban. Akhirnya bi Ina memberanikan diri membuka ruangan tersebut. Bi Ina mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut namun tak nampak sosok perempuan yang dicarinya itu.
"Mungkin non Belva masih di kamar mandi," pikirnya.
Dia menghampiri kamar mandi dan mengetuk pintunya. "Non, apakah Nona ada di dalam?"
Tak ada jawaban. "Non, Non!" panggilnya sekali lagi.
Karena tidak mendengar jawaban bi Ina memberanikan diri membuka pintu kamar mandi secara pelan sambil mengintip mungkin saja Belva pipis di kamar mandi dan tidak mendengar panggilan darinya.
Ketika pintu kamar mandi terbuka sempurna dia tetap tak mendapati nonanya. Dia kembali ke lantai bawah dengan tergesa-gesa untuk memberitahukan bahwa Belva tidak ada di kamarnya.
"Nyonya non Belva tidak ada di kamarnya." Dengan nafas tersengal-sengal bi Ina melaporkan keadaan yang sebenarnya.
"Bibi sudah memeriksa kamar mandinya?" Tanya sang majikan masih dengan raut wajah yang nampak tenang.
"Sudah Nyonya bahkan di seluruh ruangan di kamar itu tidak ada."
"Bagaimana ini Dan, Jangan-jangan kekasih kamu itu kabur lagi. Mama sudah bilang kamu jangan nikah sama dia tapi kamu malah keras kepala." Protes nyonya Alberto kepada putranya.
"Biar saya cek di kamarnya Ma."
Zidane melangkah menuju kamar rias pengantin wanitanya. Dia mencari Belva di seluruh ruangan namun tetap tidak menemukan kekasihnya.
"Belva kamu di mana sih?" Dia menyugar rambutnya dengan kasar wajahnya nampak emosi.
"Kenapa kamu menghilang pas pernikahan kita?" Tangannya terus menjambak rambutnya sendiri, sepertinya dia frustasi.
Zidane lalu mengambil ponselnya dan menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Belva.
"Tolong cari Belva dan bawa ke hadapanku!"
"Baik Bos." Terdengar suara anak buahnya dari balik telepon.
Kemudian beralih ke panggilan lain. "Tolong hubungi bagian cctv dan bawa rekaman kamar rias pengantin wanita."
"Siap Bos!"
Tak menunggu lama orang bagian cctv membawa rekaman yang diminta.
"Tolong putarkan rekaman itu!" perintahnya pada orang tersebut.
Orang tersebut mengangguk sambil tangannya bekerja untuk memutarkan rekaman tersebut.
Awalnya Belva terlihat biasa saja saat selesai dirias. Namun bersamaan dengan MUA yang ke luar setelah meminta izin masuklah seorang lelaki ke dalam ruangan tersebut. Awalnya terlibat cekcok diantara keduanya namun kemudian mereka terlihat mesra.
Zidane mengepalkan tangannya melihat video yang berputar di depan matanya yang menunjukkan si lelaki tersebut mencumbu wanitanya. Apalagi Belva tidak terlihat menolak saat itu malah dia seolah menikmati sentuhan laki-laki tersebut.
"Brengsek!" Zidane semakin kuat mencengkram kepalan tangannya.
Setelah lama bermesraan kedua insan tersebut terlihat ke luar dari ruangan tersebut dengan cara mengendap-endap.
"Shit! Perbesar wajah laki-laki itu!"
Yang diperintah segera melakukan tugasnya.
Mata Zidane terbelalak melihat wajah pria itu. Ya pria tersebut kerap kali ditemukannya berduaan dengan Belva namun ketika ditanya Belva mengatakan bahwa pria tersebut adalah sepupunya. Selama ini Zidane percaya saja bahwa Belva itu Jujur nyatanya dirinya dibohongi.
"Shit!" Zidane bangkit berdiri dan menendang benda apa saja yang ada di sekitarnya.
Dia turun ke lantai bawah untuk memberitahu mamanya. "Ma bubarkan pestanya aku tidak jadi menikah!"
"Apa kamu bilang Dan? Kamu tidak serius kan?"
"Aku serius Ma. Belva kabur dengar laki-laki lain."
"Apa mama bilang wanita itu bukanlah wanita baik-baik."
"Sudahlah Ma aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Yang aku ingin mama segera membubarkan pesta ini," ucap Zidane dengan suara keras.
"Kamu jangan main-main Dan, kita akan malu besar kalau sampai pernikahan kamu dibatalkan. Banyak relasi dan teman-teman papamu di undangan ini. Bagaimana kalau kita suruh orang untuk mencari Belva dan memaksanya untuk melanjutkan pernikahan ini setelah ini kalian bisa bercerai."
"Zidane menggeleng lebih baik aku malu daripada harus bertemu dengannya lagi."
"Terserahlah!"
Nyonya Alberto beranjak dari tempatnya dan menghampiri suruhannya untuk membubarkan pesta tersebut. Namun sebelum membubarkan dia meminta supaya tamu disuruh mencicipi jamuannya yang sudah terlanjur di pesan kepada pihak catering.
Siang berganti petang para tamu undangan banyak yang meninggalkan hotel tersebut. Begitupun keluarga Zidane sudah sejak siang tadi meninggalkan area karena merasa malu.
Kegagalan akan pernikahan Zidane dengan Belva sang model menjadi buah bibir para tamu undangan bahkan beritanya pun sudah menyebar di berbagai stasiun televisi.
Isyana yang baru kembali dari kampung halaman menjenguk sang nenek tidak mendengar berita apapun. Dia buru-buru mendatangi hotel tempat acara berlangsung karena merasa dirinya sudah terlambat. Sebenarnya perjalanannya dari kampung sungguh melelahkan. Namun dia merasa tidak enak kalau sampai dia tidak menghadiri pesta pernikahan atasannya itu. Makanya dia bela-belain untuk hadir di pesta tersebut meskipun sudah agak terlambat.
Sampai di hotel Isyana keheranan karena melihat suasananya yang sepi.
"Apakah aku salah masuk hotel?"
Dia kemudian mengambil ponselnya melihat alamat yang dikirim Vania, sahabatnya.
"Iya benar ini tempatnya." Semakin yakin ketika melihat dekorasi yang indah di hotel tersebut.
"Tapi kenapa sepi ya!"
Dia terus saja memasuki lobi hotel dan mencari keberadaan pesta itu berada mungkin di lantai dua atau tiga atau mungkin lantai atas pikirnya. Tapi melihat hotel ini adalah milik atasannya Isyana berpikir pesta tersebut di adakan di lantai paling atas.
Isyana melangkahkan kakinya ke dalam sebuah lift. Dia memencet tombol lift menuju hotel lantai teratas.
Di sinilah sekarang Isyana di lantai teratas hotel tersebut namun keadaannya nampak sepi.
"Kok malah tambah sepi."
Tiba-tiba dia melihat Zidane sang atasan yang tergolek tak berdaya di atas sofa seorang diri. Dia menghampiri atasannya dan menepuk-nepuk bahunya.
"Pak, Pak bangun kenapa Bapak tidur disini?"
Mendengar suara wanita Zidane membuka matanya namun otaknya masih belum sadar sempurna.
"Belva kamu kembali!" Dia menarik tangan Isyana masuk ke dalam kamar pengantinnya.
"Kamu boleh pergi bersama kekasihmu itu tapi sebelum itu aku harus menghancurkan mu!"
Isyana tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Zidane apalagi Zidane berbicara sambil terus meracau akibat pengaruh alkohol.
Dia kemudian mendekap Isyana dan mencumbunya. "Begini kan yang dia lakukan terhadapmu?"
Isyana menggelengkan kepalanya sambil terus berusaha melepas pelukan Zidane dari tubuhnya namun sayang tenaganya kalah sampai ketika Zidane merenggut kehormatannya pun dia tidak bisa melawan. Berteriak pun percuma karena hotel dalam keadaan sepi sebab untuk sehari itu hotel tidak beroperasi seperti biasa karena di khususkan untuk pernikahan pemiliknya. Yang ada hanya pak satpam dan itu pun berada jauh di luar sana.
Isyana hanya mampu meratapi nasibnya dengan menangis sambil berlari ke luar hotel. Dia tidak memperdulikan rasa sakit di tubuhnya karena sakit di hatinya bahkan melebihi sakit di tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments
Nunik Wahyuni
hadir thorrr 😍😊
2024-05-25
1
Ida Lailamajenun
baru mampir moga bagus cerita nya
2023-06-01
1
Angga Pratama
cinta itu halal
2023-05-23
0